19 💧 Aku pacarnya.

Kamp tempat tinggal kami pagi-pagi lumayan sibuk, selain karena persiapan pekerjaan yang semakin menumpuk dan situasi makin genting, tetapi ada satu hal lagi yang membuat beberapa rekanku berkumpul tepat di depan tenda. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, tersenyum canggung saat pagi hari menyingsing aku kembali pulang dengan didampingi oleh Dick di sebelahku. Sambutan dari rekan-rekan sesama jurnalis, reporter, dan orang-orang yang bergelut di bidang pemberitaan pun memerhatikan kami.

"Oh, dia ... asisten pribadiku. Dia menyusul ke sini buat bantuan aku." Aku memberikan penjelaskan, sedikit mengenalkan tentang sosok Dick yang profesinya sekarang dibuat-buat.

Dick mengulurkan tangan dan disambut oleh Joe yang berdiri paling depan dari tenda istirahat. "Dick Grayson."

"Nightwing?" Ucapan Joe membuatku dan Dick saling pandang, tidak mengerti dengan maksud pertanyaannya yang demikian.

"Oh, kamu ingat kan kemarin Nightwing bilang mau nganter orang dari Gotham? Nah orangnya itu ternyata Dick Grayson, hahaha. Dia asistenku." Aku menjawab. Bisa bahaya kalau Dick yang menjelaskan. Orang yang tidak pandai berbohong sepertinya bisa gampang ketahuan.

Masalahnya ....

"Kau jelas kelihatan bohongnya, Res."

Aku juga tidak pintar berbohong. Sudah sering kali terjadi, kata orang-orang, ekspresiku ketika jujur dan berbohong itu bisa mudah dibedakan. Meski pintar menyusun kata-kata tetapi pandangan mata dan air muka tidak bisa disembunyikan. Aku menelan ludah kasar. Kenapa jadi seperti ini, sih?

"Apanya yang berbohong? Aku memang diantar Nightwing, kok." Dick menanggapi ucapan Joe. Kali ini aku sepertinya diam saja.

"Tidak. Itu aku percaya. Yang tidak kupercaya adalah kau yang tiba-tiba diakui sebagai asistennya." Joe menatap sinis pada Dick.

Anehnya, Dick terlihat jadi tidak nyaman. Genggaman tangannya pada tanganku semakin erat, bersamaan dengan pandangannya yang tajam pada Joe. "Aku memang asistennya."

"Lalu apa yang kalian lakukan di luar? Asisten dan atasan semalaman tidak pulang dan baru hadir sekarang. Aku butuh penjelasan!" Joe meninggikan suaranya.

"Oh, aku emang tidur di luar tadi malam soalnya masih ngobrol sama Dick." Mata Joe memicing setelah mendengar ucapanku. Aku menambahkan, "Aku beneran tidur di hutan."

Iya, di hutan. Tepatnya di dalam kamar bat plane yang ada di hutan.

"Berdua? Dengan lelaki ini? Itu berbahaya, Res. Kau tidak boleh sembarangan di tempat seperti hutan dengan lelaki tidak jelas." Joe menanggapi.

"Berbahaya? Tidak jelas?" Dick tiba-tiba terkekeh setelah mengutarakan itu. Atensi Joe jadi terfokus padanya. "Asal kau tahu saja selain asistennya, aku itu ...,"

"Apa?" Joe tidak sabar dengan jeda panjang yang Dick berikan.

"Pacarnya." Dick mengucapkan itu dengan tegas. Tangannya berpindah ke pinggangku, memelukku tanpa mengalihkan pandang dari Joe.

Aku tidak mengerti. Tetapi ucapan Dick barusan menghentikan segala percakapan yang terjadi selain orang-orang lainnya yang mulai mengerubungiku dengan bertanya apakah itu benar. Aku hanya menjawab mengiyakan, menjelaskan seadanya sedangkan Joe pergi entah ke mana tak terlihat lagi.

Pada akhirnya, waktu dua bulan yang tersisa selama di Pystonia tidak begitu mengerikan. Dick membantuku dengan sigap, entah kemampuan dari mana tiba-tiba dia menjelma menjadi seorang videografer ahli, dia juga sangat rajin memberikan bantuan kepada rekan-rekan lain.

Usaha-usaha kami selama dua bulan terakhir menjadi lebih mudah, kondisi di Pystonia dan apa yang sebenarnya terjadi di antara perang kedua negara jadi diketahui dunia dan diambil tindakan setelahnya.

Organisasi gabungan negara-negara di seluruh dunia jadi mengecam dan memberikan ultimatum sehingga Asraham mengeluarkan pernyataan menyerah serta memberikan denda serta sanksi akibat tindakan yang dilakukan. Perang usai dan aku bisa pulang kembali ke Metropolis dengan aman.

.

.

A/N : Tinggal dikit lagi tamat yeiy!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top