YCCMM - 42
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐰
.
.
.
.
Di dalam segala hal yang ada di alam semesta ini, sesungguhnya kita bisa melihat banyak keajaiban.
Jangan tanya kapan, tapi keajaiban pasti akan datang menghampiri orang yang selalu melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Namun, sebuah pepatah pernah mengatakan bahwa, tidak ada kesaksian yang cukup untuk membangun keajaiban, kecuali kesaksian dari jenis seperti itu, bahwa kepalsuannya akan lebih ajaib daripada fakta yang berusaha membangunnya.
Pernah kah kalian merasa, keajaiban itu tidak pernah berpihak kepada kalian, barang sekalipun? Itu hal yang dirasakan oleh Miu kini. Ia sedang berbaring di atas brankar rumah sakit sambil memandang jauh di luar jendela kamar yang terbuka.
Keajaiban? Keajaiban seperti apa yang pernah di terima dalam hidup mereka?
Omong kosong.
Kejaiban itu tidak ada!
Jari lentiknya meraba perut rata itu dengan putus asa, ditambah air mata nya tidak berhenti mengalir sejak 2 jam yang lalu setelah ia terbebas dari efek bius.
Menyakitkan.
Bukan tentang bekas jahitan, melainkan hatinya saat ini. Kalau orang bilang sakit hati rasanya ada ribuan jarum yang menusuk jantungmu, Miu tidak bisa setuju. Jantungnya tidak hanya terluka, tapi remuk seperti tertimpa beton yang beratnya ribuan kilogram.
Ia berharap semua omong kosong ini hanya mimpi buruk namun ia baru menyadari bahwa dunia tidak sebaik itu.
Ya, Miu setuju. Dunia ini kerap kali mengajaknya bercanda. Bukan hanya anak yang diambil, melainkan Ibu yang ia sayangi. Semua di ambil darinya tanpa persetujuan.
Mengingat semua hal itu, menambah sakit pada hati dan kepalanya hingga muncul satu pertanyaan bodoh.
Kenapa ia tidak mati saja?
Dunia membuatnya begitu menderita, apakah karena mengingingkan dia sadar betapa dunia begitu membencinya? Dimulai dari mengambil semua yang ia miliki, perlahan lahan tapi pasti tanpa menyisakan apapun.
"Hikss hik---hiksss" Isak tangis kembali memenuhi ruangan sebanyak 4x setiap setengah jam berturut-turut. Ia menutup wajah memakai kedua tangannya agar tidak seorangpun mendengarnya dari luar.
"Kenapa--hiks hidupku seperti ini---hiksss? Hiksss kenapa--hik hik hiksssss"
"Aku mau menyerah saja! Ini terlalu menyakitkan untukku----hikssss hikssss hik--hiksss"
.
TOK TOK TOK
.
"Miu, boleh saya masuk?" Terdengar suara Win dari luar pintu.
Miu enggan menjawab, sehingga Win menyimpulkannya seperti masuk saja.
.
CEKLEK
BLAM
.
Win mendekati ranjang Miu dengan hati-hati bersama keranjang buah di tangannya.
"Bisa tolong tinggalkan saya sendiri? S-Saya hikss-- sedang tidak menerima siapapun"
Win menaruh keranjang buah di atas meja samping ranjang lalu mengulurkan sapu tangan miliknya yang ia keluarkan dari saku celana kepada Miu.
"Saya tidak akan lama disini"
Miu melihat sapu tangan itu kemudian ia terima dan pakai untuk menghapus air mata sebagai bentuk menghormati.
Melihat wajah Miu yang dirundung kesedihan, Win dipaksa untuk mengingat masa kelam yang pernah ia alami dulu.
Ya, Win sudah mengetahui segala hal yang sudah terjadi pada Miu karena Gupi bercerita padanya barusan di depan pintu kamar Miu dengan wajah sembab dan dahi yang berdarah. Sepertinya ia kena 'senam olahraga' oleh kemarahan Istrinya sendiri. Yah, anggap saja itu hal yang pantas anak nakal itu dapatkan.
"Tuan, hiks---hik hikss s-saya--"
Win duduk di kursi, tepat samping ranjang Miu. Tangan kanannya terulur untuk mengusap kepala dan bahu Miu yang rapuh.
"Saya sudah tahu semuanya. Saya mengerti bagaimana perasaanmu sekarang karena saya pernah berada di dalam posisimu. Suami-suami bodoh itu memang sangat keterlaluan. Tidak mengerti perasaan kita"
Miu tidak menjawab. Ia memalingkan wajah ke arah berlawanan seraya kembali menghapus air mata.
"S--Saya tidak hiksss m-mengerti maksud anda, Tuan Win"
Win mengukir senyum tipis pada wajah manisnya.
"Saya pria carrier, sama sepertimu, dan pernah keguguran. Karena hal itu, rahim saya terpaksa diangkat sebab kondisinya sudah sangat parah saat itu"
Deg
Miu shock. Ia kembali melihat ke arah Win.
"K-Kenapa anda mengatakan hal itu pada saya--hiksss?"
"Entahlah. Saya hanya ingin bercerita?"
"K-Kenapa anda bisa----" Miu tidak berani melanjutkan namun menjadi penasaran.
"Keguguran? Itu karena saya pernah ditembak oleh musuh. Disini 3x dan disini 2x" Menunjuk perut dan tulang rusuk.
"D-Ditembak? Kenapa a-anda bisa kena tembak? Mengapa mereka memiliki senjata? Bukankah itu illegal?"
"Oh, kenapa kamu terkejut? Bukannya kamu dan saya dalam dunia yang sama? Dalam dunia kami, itu resiko yang wajar. Punya musuh, saling menembak dan mati" Tersenyum.
Miu merinding melihat Win bercerita hal menyeramkan dengan wajah ceria.
"Kita d-dalam dunia yang sama? M-Maksudnya?"
"Kamu tidak tahu kalau kami, termasuk anggota keluarga suamimu, adalah seorang mafia?"
DEG
Hati Miu mencelos.
Jujur, selama ini Miu melihat banyak kejanggalan terjadi pada keluarga tersebut, seperti mereka punya banyak penjaga bersenjata, aneka pistol dan pisau, serta kemewahan luar biasa. Ia mengira itu semua wajar karena Alex memiliki banyak perusahaan, Ploy memiliki butik terkenal, dan Gupi mewarisi kekayaan orang tuanya. Miu masih menganggap semua nya wajar sampai 5 menit yang lalu.
"Tapi tenang saja, kami bukan penjahat dan kami sudah mulai meninggalkan hal tersebut"
"Sebenarnya bukan kami, tapi Anak nakal itu. Dia berani ambil resiko, meninggalkan semuanya demi melindungi kamu. Dia punya banyak musuh, begitupun juga dengan saya dan Suami. Tapi, dia itu ingin kamu aman dan rela melepaskan semua kekuasaannya disana"
"Saya yakin dia tidak pernah memberitahumu hal ini, benar?" Melihat ekspresi Miu yang tidak berhenti terkejut dan mendapat gelengan lemah.
"Sudah saya duga. Anak itu tidak ingin membuatmu mendapat banyak pikiran"
"Dia ingin kamu selalu bahagia dan tidak takut pada apapun karena dia akan selalu melindungimu"
Miu tidak dapat berkata apa-apa. Otaknya masih mencerna semua ucapan Win.
"Maaf, saya tidak mengerti maksud dari ucapan Tuan Win. Jika Tuan disini hanya ingin membelanya, maka saya tidak dapat membantu anda dan ingin anda segera keluar dari sini"
Win menatap kedua manik Miu sejenak.
"Saya tidak membelanya. Saya hanya memberitahumu mengenai fakta keluarga dimana kamu berada sekarang. Kamu harus tahu bahwa Anak itu, dia punya alasan di setiap keputusannya, termasuk yang terjadi hari ini"
"Seperti yang saya katakan tadi, saya pernah keguguran dan saya ingin mengatakan padamu bahwa, dia melakukan semua ini karena dia tidak mau kamu meninggalkannya"
"Tolong keluar. Saya ingin sendiri" Miu mengalihkan wajahnya ke arah lain. Setiap mengingat dan berbicara tentang Gupi, hati dan kepalanya berdenyut sakit. Miu masih marah pada Suaminya tersebut. Ia bahkan tidak mau bertemu setelah tidak sengaja melempar vas bunga pada kening pria jangkung itu tadi pagi.
Memuakkan.
"Biar kuberitahu, kehilangan Anak, bukan akhir dari segalanya bila dibandingkan oleh kehilangan orang yang paling kau cintai didunia ini"
"Anak bisa kalian dapatkan dengan cara lain seperti adopsi atau menggunakan Ibu pengganti"
"Kau berpikir--merelakan hidupmu kepada bayimu dan dapat hidup tenang di surga, tapi bagaimana dengan Anak nakal itu? Dia hidup tanpa orang yang ia cintai di sampingnya. Apa itu terdengar adil?"
"KELUAR!!" Lalu menutup kedua telinga.
"Pikirkan baik-baik tentang apa yang saya katakan hari ini. Saya yakin kamu bisa berpikir lebih rasional dan dewasa dari Anak itu"
"Selamat beristirahat" Win bangkit berdiri lalu keluar dari pintu kamar, dimana ada Gupi, Type, Bright, dan Ploy menunggu nya.
"Hiksss hik----hiksssss hikkssss---hik bagaimana bisa dia memintaku untuk mengerti sedangkan---hikss mereka sendiri tidak mengerti tentang perasaanku--hiksss hik--hikssss"
:
"Bagaimana, Uncle cantik? Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Gupi.
"Keningmu kenapa tidak diobati?" Tanya Win.
"Tidak apa-apa. Hanya luka kecil. Aku lebih khawatir tentang keadaannya di dalam sana" Murung.
"Kalau ditanya itu harusnya di jawab, bukan tanya balik, Uncle jelek" Ujar Type.
"Kau baru keluar dari goa sudah buat Paman kesal saja, huh?! Rasakan ini" Menjewer telinga Type.
"A--Ampun ampun. Lepas--ih! Sakit"
Win melepas jeweran pada Type dan dihadiahi tatapan tajam.
"Dia baik-baik saja, kok. Kamu jangan temui dia dulu untuk beberapa waktu kedepan. Berikan dia waktu untuk beristirahat dan menenangkan diri. Dia masih shock"
"Ya" Jawab Gupi dengan nada lemah. Tidak menyentuh dan melihat Miu dalam beberapa hari, apakah ia sanggup? Baru saja ia dan Miu saling memadu kasih kemarin, kenapa sekarang berubah? Semuanya terasa seperti mimpi buruk bagi Gupi.
"Kau juga" Ucap Win pada Type.
"Aw? Kenapa aku?"
"Karena kau punya wajah yang sama dengan Kakakmu"
"Tapi kan sifatku berbeda darinya. Aku tidak pernah berbohong pada Phi Miu dan---AW!" Mendapat pukulan di belakang kepala oleh Gupi.
"Nong, bolehkah Phi jenguk menantu Phi di dalam sana?" Tanya Ploy kepada Win.
"Aku pikir sebaiknya tidak untuk saat ini. Besok saja kalau dia sudah merasa lebih baik, Phi"
"Hah,, Baiklah"
"Menantuku yang malang--hikss. Dia pasti sangat shock dan terpukul"
"Mom, Gupi minta maaf. Seharusnya Gupi tidak sembunyikan semua ini dari dia dan kalian. Seharusnya Gupi bisa lebih jujur---hikss,, Gupi menyesal--hik hiksss"
"Gupi egois. Gupi hanya memikirkan bagaimana agar dia tidak stress memikirkan kabar buruk itu"
Ploy mengusap punggung Gupi.
"Minta maaf secara pribadi pada Istrimu nanti. Beri dia pengertian dan hadapi dia dengan sabar, hm? Kamu telah membuat hatinya terluka dan kamu harus mengerti jika dia tidak bisa langsung memaafkanmu"
"Khab, Mom. Pasti"
Ploy mengulas senyum tipis sembari menghapus air mata pada pipi Anak pertamanya tersebut.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
2 Minggu Kemudian
Sejak diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Miu mengurung dirinya di kamar yang mana kamar tersebut awalnya milik Type. Terpaksa, Type mengalah dan tidur di kamar Gupi.
Sehari-hari, Miu hanya mengurung diri. Hanya maid kepercayaan Miu yang boleh masuk untuk membawakan makanan, itupun kadang di makan kadang tidak, sehingga banyak cerita dari maid yang Gupi dengar bahwa kondisi Miu semakin memburuk setiap waktu. Tubuh menjadi kurus, kantung mata hitam, tumbuh beberapa helai rambut putih karena efek stress, dan timbul tumpukkan kotoran di beberapa anggota tubuh karena jarang membersihkan diri. Ia hanya duduk diam di atas ranjang seperti patung sambil melihat ke arah jendela yang terbuat dari kaca. Menatap lurus kedepan seolah pemandangan diluar sana lebih menjanjikan.
Sudah tak terhitung jumlahnya ia melakukan aksi bunuh diri, namun selalu berhasil digagalkan sampai ia nyerah sendiri.
Setelah sampai dirumah dari rumah sakit, Miu tidak pernah bertemu siapapun, terutama Gupi. Oleh karena itu, terakhir kali Gupi dapat melihat Miu hanya saat ia membawanya pulang dari rumah sakit. Dilihatnya wajah Miu sudah pucat dan tatapan matanya kosong. Gupi khawatir melihat kondisi Miu yang seperti itu dan coba pelan-pelan berinteraksi tetapi seperti yang sudah bisa ditebak, hanya bentakkan yang ia dapat, membuat Type dan supir tersentak kaget.
"Hahhh" Memijit kening.
"Hahhhhhh"
"Cara apa lagi yang harus aku lakukan supaya dia mau maaf'in aku?"
"Hahhhhh"
"Berhenti. Nafasmu berat seperti Kakek-Kakek saja, Phi"
"Tck! Orang lagi galau malah diejek. Pergi kau sana" Menendang bokong Type.
"Ya! Aku akan pergi, Kakek tua jelek miskin"
"KAU----" Melihat Type telah menjauh.
"---Dasar. Tidak pengertian sama sekali. Pantas saja masih lajang"
Type pergi ke halaman belakang dimana Alex membuat lapangan kosong menjadi gudang latihan tembak disana untuk sekedar berlatih atau membunuh waktu. Disana, Type bertemu dengan Mild dan Ter.
"Selamat siang, Tuan" Ujar Mild sambil menunduk hormat bersama dengan Ter.
"Apakah hari anda menyenangkan?" Tanya Ter.
"Tidak" Jawab Type.
"Aw? Sepertinya saya salah bertanya" Lirih Ter.
"Tuan, potongan tubuh Toey sudah saya siapkan. Kapan anda menginginkannya?"
"Besok bawa kemari. Kebetulan Hazard sedang menginginkan camilan ringan"
"Baik, Tuan"
Type meraih peredam suara berbentuk headset sambil bertanya pada Ter, "bagaimana latihanmu 2 minggu yang lalu?"
"Yang mana maksud Tuan?"
"Yang di hutan itu" Jawab Mild.
"Oh, saat bersama pria bermasker itu, ya? Lancar, Tuan. Pria itu namanya Gupi, saya baru tahu namanya di akhir pertemuan. Dia gesit, dingin, dan membunuh musuh dalam hitungan detik sama seperti yang Tuan Type lakukan tapi dia suka ceroboh dan tidak sabaran. Saya baru tahu kalau dia pandai merakit bom melebihi pengetahuan saya. Melihat itu, saya jadi bertekad untuk menaikkan kemampuan saya menjadi lebih baik lagi agar sebanding dengan Anak buah pilihan Tuan Type si Gupi tersebut" Ujar Ter dengan tegas dan yakin.
Type tertawa mendengar penuturan Ter sedangkan Mild berkeringat dingin.
"TER, KAU SADAR APA YANG KAU KATAKAN?" Ujar Mild.
"Ya?" Ter kebingungan.
"Kau sungguh tidak tahu pria itu?" Tanya Mild, meyakinkan sekali lagi.
"Gupi, kan?"
Mild menepuk kening kemudian berkata, "BELIAU ADALAH TUAN KANAWUT!!!! BELIAU SAUDARA KEMBAR TUAN TYPE ALIAS GODFATHER!!!"
"HAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAAHHA A---HAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!!!"
"KALAU DIA ADA DISINI--HAHAHAHA,, DIA PASTI KESAL HAHHAHAHAAH" Type tidak berhenti tertawa sedangkan Ter hampir pingsan ditempat.
"O-Orang itu Godfather???!!!!" Meremas rambut. Ia sungguh tidak tahu karena tidak pernah bertemu dengan Godfather yang ditakuti banyak pemimpin gelap sebelumnya.
"HAHAHAHHAHAHA LUCU SEKALI---HAHAHHAHAHAHAHAH----AAAAAAAAAAA!!!!! ANDA SIAPA??!" Type tidak sengaja melirik ke samping dan mendapati orang asing di sisinya. Orang itu diam sambil menunduk seperti patung, rambutnya putih beberapa helai, tubuhnya kurus, kumis dan jenggot tumbuh dengan asal serta kulit putihnya tertutup dekil, seraya membuat Type, Mild, dan Ter terkejut atas kehadirannya.
"Type"
DEG
Type dan Mild melebarkan kedua mata mereka.
"PHI MIU/TUAN MIU?" Perlahan, Miu menegakkan wajahnya. Pipinya kurus menyisakan tulang, pandangannya redup, bibirnya pecah-pecah dan kulit wajahnya pucat.
Type langsung mendekati Kakak Iparnya tersebut. Ia masih tidak percaya bahwa Kakak Iparnya terlihat jadi orang yang sangat berbeda karena depresi.
"PHI, PHI BAIK-BAIK SAJA? KENAPA PHI JADI SEPERTI INI?" Ujar Type, hampir nangis lihat kondisi Miu yang jauh dari kata baik.
"Type, bantu Phi"
"Apa yang bisa aku bantu, Phi? Katakan saja. Aku pasti membantumu" Menyentuh kedua bahu Miu dan merasakan tulang disana.
"K-Kamu pernah bilang waktu itu mau ajari Phi bela diri dan senjata"
"Maksud Phi?"
"Ajari Phi caranya memakai senjata. Ada seseorang yang Phi benci dan ingin Phi lenyapkan"
Type langsung bersemangat mendengar tekad Miu.
"BAIK! AKU AKAN AJARI PHI PAKAI SENJATA SAMPAI MAHIR"
"Kalau boleh tahu, siapa yang akan Phi bunuh?"
Miu menggigit bibirnya dan berkata dengan lantang.
"Kakak mu, Gupi Traipipattanapong"
"Eh?"
To Be Continue,,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top