YCCMM - 34
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐰
.
.
.
.
Setelah seharian jalan-jalan mengelilingi 3 negara dalam waktu singkat, akhirnya Miu, Gupi, dan yang lainnya sepakat untuk mengisi perut dan tenaga mereka di salah satu restauran paling diminati oleh turis dari manca negara bernama Clay Dubai sebelum matahari terbenam.
"Welcome, Sir. Can I help you?" Sapa sang pelayan sambil membantu menarik kursi untuk Gupi dan yang lainnya.
"We have Sushi, Seafood, and---"
"Serve all the best menu's of you"
"Okay, Sir. Please wait a momment" Segera pergi ke dapur.
Gupi melirik sang kekasih imutnya yang sejak tadi tidak bersuara.
"Kok kamu diam saja, hm?" Mengusap kepala Miu lalu mencubit pipi bulat itu dengan gemas. Entah karena sedang hamil atau nafsu makan Miu memang bertambah, tubuh istrinya belakangan ini menjadi sedikit berisi dan montok. Lihat saja pipi yang kini ia cubit, seperti lemak babi yang siap dilahap kapanpun.
"Aku capek. Ngantuk. Mau tidur--hoammm"
"Setelah makan, kita langsung menuju penginapan untuk istirahat. Oke, na?"
"Hm" Miu mengangguk sampai poni nya berantakan.
"Kalau tidak tahan, kamu bisa taruh kepalamu di pundakku" Ucap Gupi sambil menepuk pundaknya sendiri.
Karena deretan kursi yang Gupi dan Miu duduki berupa sofa, memudahkan Miu untuk bergerak, menaruh kepala pada bahu serta tubuh ia senderkan dengan nyaman pada Gupi.
Gupi menerima perlakuan manja Miu dengan memeluknya erat-erat tanpa peduli pemikiran pengunjung yang melihat.
"Papaku imut sekali" Ucap Ohm dan langsung menerima sebuah laser tajam dari tatapan Gupi dan Type.
"Aw aw--santai bro" Mengangkat dua tangan.
Gupi, Type, Ohm, dan Nanon sibuk dengan ponsel, Miu tidur, dan Mild memperhatikan sekitar dari meja lain. Mereka semua tidak ada yang menyadari telah diperhatikan oleh sekelompok orang yang berkamuflase sebagai turis diantara pengunjung restauran yang hadir kecuali Mild.
"Seperti ada yang mencurigakan" Kedua manik tajam Mild fokus pada satu meja arah jam 3 dimana terdapat 4 orang pria sedang melihat ke arah meja Gupi sambil berbisik-bisik.
"Monitor 4, kau ada di tempatmu?" Tanya Mild melalui walkie talkie.
"Ya, Tuan. Saya ditempat"
"Tugasmu---perhatikan meja arah jam 12 dari tempatmu berjaga. Jangan sampai lolos"
"Baik, Tuan"
BIP
"Excuse me" Sang pelayan datang dengan membawa hidangan mewah di nampan.
Sejak makanan mulai diletakkan diatas meja satu per satu, sejak itu juga kantuk Miu jadi hilang.
"Woahh!! Kelihatnya enak-enak semua" Menjilat bawah bibir.
"Em--Sir, you left your trash here" Ucap Miu sambil menunjuk sebuah benda berwarna kuning seperti kertas pada sang pelayan.
Sang pelayan melihat benda yang Miu maksud dan berkata, "you misunderstand, Sir. it's gold, not trash"
"Owh" Miu mencerna sebentar.
"I can eat that?"
"Sure!"
Gupi melihat interaksi Miu dan pelayan itu dengan tatapan gemas.
Miu melihat ke arah Gupi, minta penjelasan.
"Emas itu beneran bisa dimakan" Ucap Gupi.
"Rasa nya bagaimana?"
"Hambar--jika kamu makan emasnya saja. Harus beserta makanan lain" Menyisipkan helai rambut Miu di belakang telinga. Miu mengangguk kecil kemudian mencoba untuk makan daging serta kertas emas itu.
"Bagaimana?"
"Tidak ada rasa emasnya. Cuma rasa daging yang manis dan kenyal"
Gupi tertawa kecil kemudian memulai kegiatan makan nya.
15 menit mereka menikmati makanan, Miu merasa ingin buang air kecil. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, mencari tulisan 'Toilet'.
"Aku ke toilet dulu, ya"
"Ng? Kamu tahu dimana letaknya?"
"Tahu. Itu disana" Miu menunjuk memakai dagu.
Gupi mengelap bibirnya dari saus secara singkat. "Ayo kutemani---"
"Tidak perlu. Kamu lanjut makan saja. Cuma ke toilet kok tidak sampai 3 menit. Oke, na?" Bangkit berdiri.
"T-Tapi---" Ucapan Gupi berhenti ketika Miu sudah melesat pergi.
"Biarkan saja kenapa, sih? Kau nempel terus padanya seharian ini seperti perangko. Mau kemana-mana jadi susah" Ujar Ohm.
Gupi berdecak singkat sementara Type merotasikan matanya.
Selesai mencuci tangan di wastafel, Miu membasuh tangan hingga kering pada tisu yang telah disediakan sambil berjalan keluar pintu.
DUG
"Aw?!" Pekik Miu ketika bahu kanan nya bertabrakan dengan bahu orang lain.
Sial!
Miu melihat punggung orang yang menabraknya pergi begitu saja tanpa minta maaf. Sungguh tidak punya sopan santun orang-orang di negara ini, pikir Miu.
SRAK
"Eng?" Miu melihat ke arah lantai setelah dirasa menginjak sesuatu.
"Apa ini? Kertas?" Ia ambil kertas itu kemudian dibacanya.
Tulisan itu berbahasa Thailand yang dapat Miu baca dengan mudah.
------------------------------
"Jika anda ingin tahu siapa sosok Gupi yang sebenarnya, datang ke XXX. Kami akan beritahu semua yang tidak anda ketahui tentangnya"
------------------------------
"Tempat ini---yang ada di sebelah utara Bangkok itu, bukan? Aku pernah dengar tempat ini sekali" Melihat ke arah dimana orang yang menabraknya telah hilang.
"Sial, siapa orang itu sebenarnya? Kenapa bisa tahu tentang Gupi?" Berpikir ulang.
"Apa yang tidak ku ketahui dari suamiku sendiri?"
"Ahh--aku jadi penasaran sekarang"
"Sayang, kamu sudah selesai?"
DEG
Miu reflek meremas surat itu lalu ia masukkan ke dalam kantong jaket.
"Y--Ya?"
Ketika manik gugup Miu bertemu dengan manik elang Gupi, sebisa mungkin Miu bersikap normal seperti tidak terjadi apa-apa.
"Kenapa disini? Belum selesai buang air kecil?"
"A--Aku sudah---ayo pergi" Miu berusaha tersenyum sambil menarik pergelangan tangan Gupi.
"Ada apa?"
"Hng?"
"Apa?" Miu mengedipkan mata berkali-kali.
Gupi dan Miu bertatapan mata selama beberapa detik.
"Tidak ada. Mungkin aku yang terlalu overthinking. Hari ini aku sangat lelah sampai overthingking ke segala hal yang sebenarnya tidak ada apa-apa" Tersenyum. Tapi aneh, senyum Gupi kali ini aneh. Seperti mengandung arti lain didalamnya.
"Em--ya. Jika begitu, ayo kita selesaikan acara makan dan segera pergi ke penginapan"
"Hm"
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
"Nghhh---suasana disini nyaman sekali" Ucap Miu sambil merenggangkan tubuhnya di atas ranjang.
Gupi naik ke atas ranjang lalu mengukung tubuh Miu. Dikekangnya kedua tangan Miu diatas kepala.
Miu tentu shock atas apa yang Gupi lakukan tiba-tiba tapi tidak melakukan perlawanan ataupun bertanya.
Pada posisi itu Gupi kembali menatap kedua manik cantik sang kekasih.
Gupi meyakini ada sesuatu telah terjadi saat di toilet tadi namun ia masih belum tahu apa itu. Ia pun tidak mau bertanya, takut Miu merasa tidak dipercayai.
"Kamu mau melakukan itu sekarang?" Tanya Miu dengan semburat merah muncul di kedua pipi.
"Boleh?"
"Tentu saja tidak!" Dengan satu gerakan, Miu berhasil membuat Gupi jatuh ke sisi kiri.
"Aku capek. Mau istirahat. Kalau mau, besok saja ya kita melakukannya. Good Night" Mengecup bibir Gupi sekilas.
Cup
Miu buru-buru membelakangi Gupi. Miu malu jika Gupi melihat wajah merahnya.
Gupi terkejut. Ia pegang bibirnya sambil tersenyum lalu memeluk Miu dari belakang erat-erat.
"Eyy---istriku bisa berlaku manis juga, hmm?" Mulai menggelitiki pinggang Miu.
"Hahahha"
*Benar. Kenapa aku malah mencurigainya dari tadi? Dia tetap istri manis yang ku kenal. Dia masih belum tahu apapun tentangku. Aku tidak boleh gegabah dan mencurigainya terus*
Cup
Gupi mengecup leher belakang Miu dan setelahnya mereka terlelap dalam mimpi.
Aktivitas hampir seharian penuh membuat semuanya cepat lelap, termasuk Ohm, Nanon, dan Type di kamar sebelahnya.
"Mereka telah tidur. Saatnya bergerak, bos?"
"Lakukan secara lembut dan tenang. Ciptakan kematian yang menyenangkan untuk mereka"
"Laksanakan"
Tutt tuttt tutttt
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Swushhh
Hilir dingin AC membuka kedua mata Gupi dan membuat mata elang pria tampan tersebut berfokus pada satu titik, tangga dekat jendela.
Sebagai pemimpin dunia gelap dan di incar banyak musuh dalam setiap menit, insting adalah nomor 1 dan tidak pernah meleset. Dengan sigap, Gupi bangkit berdiri, mematikan lampu utama hingga seluruh ruangan gelap, kemudian diam di satu tempat.
Crash
Whusshhh
"Engh" Lenguh singkat Miu terdengar.
"Kok gelap? Mati lampu, kah?" Miu mengucek kedua mata lalu meraba tempat tidur disebelahnya yang kosong.
"Gupi??"
Crashhhh
Zringggg
Bunyi dentingan ranting pohon bersamaan dengan sekelebat cahaya petir, masuk melalui jendela. Dan bertepatan dengan itu, Miu melihat dengan kedua matanya sendiri, sebilah pisau mengarah lurus tepat di depan wajah.
Terlalu shock, Miu merasa jantungnya berpindah ke perut.
"AA--AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA---------------"
.
BRAKKKKK
.
"Tutup mata dan telingamu"
Samar-samar Miu dengar suara Gupi berbisik padanya dan Miu langsung melakukan perintah tersebut.
Setiap jeritan kesakitan yang ia dengar, setiap kali itu pula ia menutup telinga rapat-rapat.
"Gyaaaaa----aaaaaaaaa"
"Arrrrrgggghhhhhhh!"
"Kumohon agar Gupi jangan sampai terluka--hiks hiksss"
Setelah musuh dibuat tidak bernyawa, Gupi menghidupkan saklar lampu lebih dulu sebelum menuju sang Istri.
"Sayang"
DEG
"Jangan buka matamu dulu!"
"Kamu tidak apa-apa? Hiksss" Berhambur ke pelukan Gupi yang tidak berpakaian erat-erat.
"Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir" Mengusap kepala Miu untuk menenangkannya.
"Hiksssss hikkssss apa yang terjadi---hikss hikssssss??"
"Siapa dia, Gupi? Hikssss hikssss kenapa--hikssss kenapa dia mau membunuhku? Hikssssssss hik hiksssss hikssss"
"Aku juga ingin tahu siapa mereka. Beraninya mereka mau melukaimu" Muncul kilat dendam dari sorot tajam Gupi.
Miu terus nangis histeris sampai pintu kamar mereka dibuka oleh Type.
"PHI MIU!!!! PHI GUPI!! KALIAN ADA YANG TERLUKA?" Type mendekati mereka berdua.
"Kami tidak apa-apa, Type" Jawab Gupi.
Type melihat ke arah dimana genangan darah musuh berada dengan tatapan marah.
"BRENGSEK---SIAPA YANG MENYURUH KALIAN, HA?!!! SIAPA BOS KALIAN????!! AKU TIDAK PUAS KALAU MATANYA BELUM DI CONGKEL" Type mengeluarkan belati dari saku dan melakukan kegiatan congkel mata.
"APA YANG TERJADI----ASTAGA TYPE APA YANG KAU LAKUKAN??!!!!" Ohm sangat shock. Pertama, baru kali ini Ohm melihat mayat dengan kondisi terburuk (tercabik-cabik dan leher hampir putus ) lalu mata nya sedang di congkel.
"Kalau mau ribut, silahkan diluar. Istriku masih shock" Tutur Gupi.
"T-Tuan, apa yang terjadi?" Tanya Mild yang baru datang dari tugasnya.
"Mild, urus itu"
"Baik, Tuan"
"Phi, lebih baik istirahat di kamarku saja. Aku belum selesai dengan ini (mata mayat)" Ujar Type.
"Baiklah, terserah kamu saja" Gupi menggendong Miu yang masih gemetar hebat ala bridal.
"Kita pindah ke kamar Type agar kamu bisa tenangin diri"
Miu tidak menjawab dan Gupi bisa maklumi itu.
Gupi dan Miu pun pindah ke kamar Type, meninggalkan Ohm, Nanon, Mild, dan Type di kamarnya.
"Kamu yang melukainya separah itu?" Tanya Ohm.
"Aku baru saja datang dan melakukan sesuatu padanya. Tidak lihat?" Memotong urat mata.
"Jadi itu perbuatan Gupi?" Ohm merinding.
"Kakak--Adik psikopat semua"
"Tch, sok suci" Type melihat ke arah Ohm sambil menyeringai.
"Bukankah kau juga sama seperti kami?"
Ohm menatap Type, begitupun sebaliknya.
"Aku tidak sama seperti kalian"
"Lalu menjauhlah dari lingkunganku dan Kakakku" Type melirik ke arah Nanon.
"Tidak terkecuali untukmu"
"Pergilah kalian berdua, menjauh dari Kakakku. Kalian cuma jadi beban untuk Kakakku saja"
"Apa maksudmu?! Beban? Hei--kau mengajakku berkelahi sekarang?"
"Tuan Ohm harap tenang" Lerai Mild.
Type bangkit berdiri lalu mendekati Ohm dan Nanon.
"Lalu berjanjilah akan melindungi diri kalian sendiri dan membantu Kakakku di kemudian hari karena kelak---" Melihat Ohm dan Nanon secara bergantian.
"---Kakakku tidak akan melindungi kalian"
"Ujian akan semakin berat untuknya dan dia perlu orang-orang yang mampu melindungi Miu dan bekerja sama dengannya"
"Keparat yang telah jadi mayat itu baru permulaan"
"Jika dirasa tidak mampu, silahkan mundur dari sekarang"
"Jangan bilang aku belum memperingati kalian"
Ohm dan Type saling melempar tatapan tajam.
"Kau tidak mengenaliku, Type"
Type hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Aku, Ohm Pawat, tidak akan pernah meninggalkan teman sendiri dalam kesusahannya, bahkan bila harus mengorbankan nyawaku. Tanam ucapanku di otak dangkalmu itu, fuck" Menunjuk kening Type kemudian meninggalkannya, diikuti Nanon.
"Mild, apakah dia bisa dipercaya?"
"Menurut informasi yang telah saya dapatkan, Kakak anda mempercayainya, Tuan. Bukankah itu berarti dia dapat dipercaya?"
"Entahlah"
"Aku hanya takut dia akan sama seperti teman Kakakku dulu. Menjual informasi Kakakku demi kepentingan sendiri. Memuakkan!"
"Untungnya orang itu sudah mati di tanganku" Mengepalkan satu tangan sedangkan Mild tidak berani melihat ke arah Type.
To Be Continue,,,,
Setelah Mama pikirkan, sepertinya alur ini akan dipersingkat, mengingat respon ( Vote ) dari pembaca yang berkurang.
Jangan lupa Vote ya supaya cerita ini cepat di update dan cepat selesai.
Terima Kasih ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top