YCCMM - 12

Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca 🐺

.

.

.

.

Malam hari

Setelah menyelesaikan acara pemakaman yang menyita waktu hampir seharian, mereka duduk tanpa sepatah kata pun di ruang tamu mansion Trai. Mereka terdiri dari Miu, Gupi, Win, dan Bright.

Jangan tanya Miu mengapa dia berada di tengah mereka semua karena Miu sendiri juga tidak tahu. Sejak tadi ia hanya duduk manis di salah satu sofa bersama Gupi yang terus melihat nya dengan tatapan cerah.

Ingin rasa nya Miu menghajar wajah tampan itu tapi ia selalu takut akan keberadaan Win di sana, memperhatikan nya dari seberang sofa.

Miu menggeser tubuh nya sedikit ke arah Gupi dan mengatakan, "Berhenti melihat Bapak dengan tatapan bodoh seperti itu" Bisik Miu.

"Eng? Tidak mau"

Miu berdeham singkat lalu melirik ke arah Win sekilas yang kebetulan sedang sibuk bicara dengan suami nya, Bright.

Miu mengayunkan tangan, memberi isyarat pada Gupi.

"Mendekat. Bapak ada pesan untukmu"

Gupi penasaran. Ia mendekat sesuai perintah dan langsung saja, Miu menjewer telinga Gupi sebelum tertangkap basah oleh Win.

"Aw? Atitttt!! Kenapa telinga Gupi di jew--ehm"

Miu segera membekap mulut Gupi memakai tangan dan ia cukup beruntung bahwa Win tidak melihat ke arah nya atau ia akan berakhir di pecat dari sekolah karena sudah melukai keponakan nya satu ini.

"Makanya nurut sama Bapak" Miu memberikan tatapan tajam pada Gupi.
"Keluarkan Bapak dari sini. Bapak mau pulang" 

"Tinggal disini saja untuk malam ini, Pak cantik" Rayu Gupi dengan mengusap wajah nya pada bahu Miu.

Miu merinding atas perbuatan Gupi. Ia mendorong Gupi menjauh tapi entah mengapa anak itu cukup kuat sekarang.

Setelah berulang kali menyentuh tubuh Gupi, Miu baru menyadari bahwa Gupi memiliki otot yang begitu sempurna bagi seorang siswa SMA.

Miu iri.

"Bapak mau pulang sekarang. Bapak harus masak untuk makan malam---"

"Gupi sudah mengirimkan pelayan dan koki terbaik untuk Mae sejak pagi tadi. Pak cantik tidak perlu repot masak makan malam lagi"

Miu shock hebat.

"APA???! K-Koki dan p-pelayan?!!"

"Eyy---tidak perlu berterima kasih. Gupi jadi malu"

"Siapa yang suruh???"
"Kenapa kamu selalu se-enak nya ke Bapak, Gupi?"
"Bapak tidak mau tahu--Bapak mau pulang. Suruh mereka untuk pergi dari rumah Bapak sekarang" Miu bangkit berdiri.

Gupi ikut bangkit berdiri sambil menahan pergelangan tangan Miu.

"Bukan seperti itu---Gupi hanya tidak mau merepotkan Pak cantik dan memberikan pelayanan terbaik untuk Mae"
"Pak cantik juga tidak perlu khawatir karena Mae dijaga dengan sangat baik dan dipenuhi semua kebutuhan nya selama Pak cantik bersama Gupi satu hari ini"
"Jangan pergi. Ayo tinggal semalam disini sama Gupi--hiks" Memasang ekspresi sedih.

"Bagaimana kamu bisa begitu yakin jika Ibu Bapak baik-baik saja? Bapak harus pulang dan lihat langsung"

Perdebatan mereka rupa nya menyita perhatian Win dan Bright. Mereka saling pandang sekilas lalu mengeluarkan seringai kecil.

"Anak itu benar-benar. Sejak kapan serigala sadis yang ku kenal bersikap demikian? Seperti bukan dia saja" Lirih Bright yang didengar oleh Win.

"Hei--kalau dia mengeluarkan 'asli'nya sekarang, pria mungil itu bisa lari sambil terkencing-kencing" Ucap Win sambil memukul sisi kepala sang suami.

"Benar juga"

Melihat perdebatan Gupi dan Miu semakin sengit, Win jadi tidak tahan---bukan.

"Tuan Miu, kenapa anda tidak hubungi Ibu anda untuk memastikan apakah beliau baik-baik saja dirumah? Setelah itu, anda tentukan jawaban nya untuk tinggal semalam di sini atau tetap pulang"
"Menurut saya, seharus nya tidak jadi masalah jika anda menginap semalam di sini karena bagaimana pun kalian adalah murid dan guru. Anda bisa lihat bagaimana tingkah murid kesayangan anda di diluar sekolah"
"Lagipula, 2 pria tidur bersama dalam satu kamar tidak akan membuat salah satu nya hamil"

DEG

Ucapan Win berhasil membuat Miu diam dan berpikir sejenak. Sebagian besar dari kalimat Win memang ada benar nya tapi ia kurang setuju dengan kalimat terakhir yang terdengar merendahkan nya.

Drrrtttt

Drrrtttt

Miu meronggoh saku celana, melihat nama pada layar ponsel kemudian menjawab panggilan.

"Khab, Mae?"

"Acara nya sudah selesai?"

"Sudah. Baru saja"
"Miu akan segera pulang---"

"Tidak perlu. Kamu istirahat saja disana, Nak"

"Hah?"

"Kamu pasti sangat lelah seharian ini"

"Ya memang, tapi--"

"Mae baik-baik saja. Tadi Gupi kirim koki dan pelayan untuk Mae. Kamu tahu tidak? Mereka baikkkkkkkkkk banget!!! Koki itu masakkin Mae banyak sekali makanan sampai perut Mae mau meledak rasanya. Hahaha. Dan pelayan wanita itu sangat ramah diajak bicara. Mae senang karena ada teman bicara yang nyambung dengan Mae"

Miu menyimak dengan seksama sambil mengayunkan kaki kanan.

"Miu senang mendengarnya, Mae"

"Hohohoho. Untuk malam ini kamu istirahat saja disana. Tidak perlu pulang kerumah. Tadi Gupi juga sudah minta izin sama Mae agar kamu dapat beristirahat di rumah nya"

Miu tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Hm. Iya"
"Mae tidur ya sekarang. Sudah malam. Jangan lupa minum obat"

"Iya, anakku sayang. Kamu juga istirahat, ya! Jaga kesehatan dan jangan tidur larut malam. Bilangin Gupi juga untuk segera tidur"

"Ya" Hening sejenak.
"Miu---"

Tuttt tutttt tutttt

Miu menatap layar ponsel dalam keadaan lesu.

"Mae bilang apa, Pak cantik?"

Miu menatap Gupi dengan tatapan malas.

"Kamu menang kali ini" Memasukkan ponsel di iringi senyum lebar Gupi.
"Dimana kamar untuk Bapak?" 

"Ayo Gupi tunjukkin" Ucap Gupi sambil memeluk angin sebab Miu sudah mundur lebih dulu menjauhinya.

"Pffttt" Bright hampir tertawa lepas melihat bagaimana Miu bersikap acuh pada Gupi.

Gupi dengar dan tersinggung. Seketika ia melirik Bright dengan tatapan tajam dan senyum penuh misteri.

"Uncle tampan kenapa ketawa?" Senyum nya pudar.
"Hukuman dari Daddy belum Uncle tampan terima, bukan?"
"Gupi cuma mau ingatkan agar Uncle tampan bersiap-siap mulai sekarang" Menyeringai di akhir kalimat.

Bright meneguk ludah.

"Shiaaa!!!"

Gupi kembali memegang Miu dan kali ini di pergelangan tangan.

"Gupi---jangan pegang-pegang" Miu berbalik dan memberi hormat pada Win dan Bright.
"Saya permisi dulu, Tuan Win. Tuan Bright. Selamat malam" Miu berlalu setelah menerima anggukkan dari keduanya.

"Win, kumohon selamatkan aku dari Alex"

Win menghela nafas lemah.

"Salah mu sendiri datang-datang main tembak. Aku dan Gupi memang bisa langsung menghindar tapi tidak dengan ikan bodoh itu"

"Win tolong aku--hikss hikss hik"

"Wajahmu jelek sekali. Menjauh dariku" Mendorong-dorong wajah Bright.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Begitu sampai di kamar, Miu segera membersihkan diri dan memakai piyama putih yang telah disiapkan oleh para pelayan. Sedikit menyisir rambut yang masih basah memakai jari mulus nya sambil menaruh handuk ke dalam ember yang telah disediakan.

Baru saja Miu akan duduk di tepi ranjang, suara pintu kamar terdengar.

.

CEKLEK

BLAM

.

Gupi masuk ke dalam kamar dan langsung merebahkan diri di atas ranjang.

"Hei hei hei--apa yang kau lakukan disini?"

"Eng?"
"Bobo"

"Bobo di kamar mu sana"

"Ini sudah di kamar"

"?" Miu tegang sejenak.
"Ha?"

"Ini kamar Gupi. Ayo bobo di sebelah Gupi" Ia tersenyum lalu menepuk tempat kosong disebelahnya dengan tampilan sedikit gila menurut Miu. 3 kancing atas piyama yang Gupi pakai terbuka, memperlihatkan otot nya yang kekar. Entah Gupi ingin pamer atau menggodanya--Miu tidak mengerti.

Miu segera menyambar selimut dan bantal lalu berbaring di sofa panjang yang kebetulan ada di dalam kamar tersebut.

"Loh kok Pak cantik tidur disana?" Tanya Gupi, kecewa.

"Ssst"
"Jangan berisik dan selamat malam" Miu menyamankan diri memakai selimut lalu memejamkan kedua mata dan terlelap tidak lama setelah nya karena ia benar-benar kelelahan seharian ini. Beruntung sofa yang ia tiduri sangat empuk dan luas sehingga ia tidak perlu kesusahan untuk berbalik ke kanan dan ke kiri.

Gupi memperhatikan Miu dari ranjang dengan raut datar. Menatap lurus ke arah punggung Miu yang saat ini tengah membelakanginya.

Sejenak, Gupi ketuk-ketuk telunjuk nya di atas selimut tanpa memutus perhatian nya pada punggung Miu.

"Hmph" Mengeluarkan smirk.
"Lumayan" Memperhatikan lekuk tubuh Miu di luar selimut dari kepala sampai kaki.
"Miu Suppasit, kau cukup menguras kesabaranku"

Gupi bangkit dari ranjang menuju sofa dimana Miu berada. Ia menunduk untuk melihat wajah Miu dari atas.

"Cantik" Perlahan membelakangi helai rambut Miu lalu mengusap pipi nya menggunakan jari telunjuk.
"Di siang hari kau begitu menyebalkan tapi saat tidur--kau seperti bayi yang lemah dan harus selalu dilindungi" Perlahan membalik tubuh Miu dari menyamping jadi menghadap ke atas.
"Saat pertama kali bertemu denganmu, sudah ku pastikan sejak saat itu kau hanya diciptakan untukku" Menggendong Miu ala bridal ke arah ranjang dan menaruhnya secara perlahan dalam posisi telentang.
"Sejak aku tahu kau diciptakan hanya untukku, aku akan mengikatmu dengan kencang agar kau tidak bisa kemana-mana" Berbaring di sisi Miu lalu menarik selimut.
"Dan jika kau memberontak, aku akan membuatmu memohon dibawah kakiku" Menempatkan kepala Miu di lengan tangan nya, menggantikan bantal, lalu memeluk Miu dari samping.
"Jika suatu saat nanti kau tahu asliku, aku harap kau tidak kecewa karena sejak awal aku tidak menyembunyikan nya dari siapapun termasuk kamu" Mengusap rambut Miu.
"Jangan marah padaku atau aku akan sedih karena aku sungguh-sungguh menyukaimu, Miu Suppasit"

Cup

Mencium pucuk kepala Miu kemudian memejamkan kedua mata dan ikut terlelap ke alam mimpi.



To Be Continue,,,,,


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top