YCCMM - 03
Jangan lupa Vote & Comment, ya!
Selamat Membaca🐺
.
.
.
.
Miu menghela nafas panjang sambil memperhatikan murid nya asyik bercerita satu sama lain, termasuk Gupi dan Ohm.
Ya, GUPI dan OHM!
Miu kembali menghela nafas panjang di ikuti tarikan yang berat.
"Kupikir hari buruk ku akan berlangsung panjang" Cicit Miu sembari menyeruput kopi di atas meja nya.
"Aku tidak pernah sangka anak aneh itu menjadi murid di kelas ku dan yang lebih tidak masuk akal, dia berteman baik dengan Ohm dan yang lain nya hanya dalam seminggu" Mengusap wajah.
"Sepertinya Kepala sekolah ingin membuatku secepatnya mengundurkan diri" Melihat Gupi mulai meninggikan suaranya pada Ohm.
"Apa lagi sekarang?"
"Gupi"
Ekspresi Gupi yang tadi nya cemberut, seketika berubah saat mendengar Miu memanggilnya.
"Khab, Pak cantik?"
Ini sudah ke-sekian kali Gupi memanggilnya seperti itu dan Miu cukup sabar untuk mengabaikan nya. Sebenarnya Miu tidak peduli panggilan apapun yang disematkan pada nya asalkan tidak memanggil nya dengan sebutan 'Ibu' atau ia akan memakan orang itu hidup-hidup.
"Ada apa? Kenapa berteriak?"
"Eng? Gupi tidak teriak kok, Pak cantik"
"Tadi bukan nya kamu teriak-teriak disana?"
"Eyy--tidak ada, Pak cantik. Bapak bisa tanyakan saja pada nya" Menunjuk Ohm.
"Kami tadi lagi iseng tes vokal, Pak. Salahkan saja dia yang punya suara melengking" Ohm menunjuk Gupi.
"Aow?" Gupi shock. Netra elang nya menatap tajam ke arah Ohm.
"Tolong, ya. Bapak minta tolong, nih. Bapak kan sudah kasih kebebasan kepada kalian untuk melakukan apa saja di jam bahasa jepang ini, tolong jangan buat keributan, ya. Bapak butuh istirahat disini. Oke? Mengerti? Terima kasih"
"Sama-sama" Jawab Gupi.
"Loh?!" Miu shock ketika mendapati keberadaan Gupi yang sudah ada di sebelahnya.
"Sejak kapan kamu ada disini?"
"Minum dulu, Pak" Menyodorkan segelas Starbucks rasa kopi dan cokelat pada Miu.
"Tch! Dia bergerak cepat! Aku tidak boleh kalah" Cicit Ohm dan ketika hendak berdiri menyusul Gupi, netra bulat nya tidak sengaja melihat Chimon, sang bendahara kelas, sedang memegang sejumlah uang kertas yang sangat banyak.
Ohm mendekati bangku Chimon.
"Banyak uang, nih"
Chimon melempar tatapan tajam nya pada Ohm dalam diam.
"Aduh" Tiba-tiba Ohm memegang kepala nya memakai tangan kanan.
Chimon mendengus kasar, berpikir bahwa Ohm hanya pura-pura.
"Kalau mau mati, jangan di bangku ku"
"Aduh aduh" Ohm kembali mengerang kesakitan. Tangan kiri nya kini bergerak seperti ingin memegang sesuatu dan berhasil membuat Chimon menjadi bingung dan sedikit khawatir.
"Kau kenapa, bangsat?"
"Kepala ku sakit, butuh pegangan nih---ada 500 Baht, tidak?"
"WAH----ANJING, BABI, PENIS!! BAYAR DULU IURAN MINGGU KEMARIN, KEPARAT"
Ohm langsung lari terbirit-birit keluar kelas.
"Ada apa lagi disana?" Tanya Miu dengan wajah pasrah.
"Eyy--abaikan saja, Pak cantik. Mending kita lanjut bercerita" Ucap Gupi, masih nyaman menopang dagu memakai kedua tangan di atas meja Miu.
"Kembali ke meja mu sana" Usir Miu dengan lembut. Biar bagaimanapun, Miu takut menyakiti hati anak murid nya. Selain karena ia orang yang tidak enak'an, tetapi juga orang tua mereka yang akan datang untuk menuntut nya jika anak mereka mengadu dan merasa tersakiti.
Ingat, Sekolah ini berisi 96% kalangan elite. Miu tidak mau sampai terjadi apa-apa yang menyulitkan diri nya sendiri di kemudian hari.
'Lebih baik mengalah daripada mendapat masalah' adalah kalimat yang selalu Miu pegang teguh selama menjadi guru di sekolah tersebut dalam 3 tahun ini.
"Yasudah. Ceritakan lah. Bapak akan mendengar saja"
"Gupi tadi kan sudah cerita. Sekarang giliran Bapak"
"Tidak ada yang ingin Bapak ceritakan"
Gupi cemberut. "Kalau begitu biarkan Gupi yang bertanya dan Bapak harus jawab, ya"
Miu berpikir sejenak.
"Tergantung pertanyaan nya"
"Haish---mudah kok. Tidak se-sulit pertanyaan matematika Bapak"
"Barusan kamu menyindir?"
"Eyy--tidak mungkin" Gupi meraih pergelangan tangan Miu di atas meja kemudian mengusapnya. "Gupi selalu menghormati Pak cantik" Tersenyum.
"Hei hei hei---tangan. Tanganmu, Gupi"
"Hmph" Gupi melepaskan pegangan nya dengan berat hati.
"Gupi mulai ya pertanyaan nya"
Miu mengangguk kecil, terpaksa meng-iyakan.
"Ehmm" Telunjuk Gupi bermain di bibirnya.
"Umur Bapak berapa?"
"31"
"Tinggal dimana?"
"Daerah sekitar sekolah"
"Tinggal dengan siapa?"
"Ibu"
"Bapak sudah punya pacar?"
"Belum" Terdiam sebentar.
"Hei, itu privasi, tahu. Seharusnya Bapak tidak memberitahumu" Melipat tangan didepan dada seperti anak kecil yang sedang merajuk.
Gupi tersenyum melihat ekspresi wajah Miu.
"Imut"
"Huh?" Melihat ke arah Gupi.
"Barusan kamu bilang apa?"
.
TRING TRING TRING
.
Gupi meraih ponsel di saku kemeja, tepat didepan Miu yang sedang terperangah dengan tingkah polos nya.
"Maaf, Gupi jawab panggilan ini dulu ya, Pak cantik" Kembali tersenyum lalu beralih ke ponsel.
"Halo?"
"Hadiah ulang tahun mu sudah sampai di tempat Uncle"
Gupi mengukir senyum yang kali ini sedikit---berbeda?
"Terima kasih, Uncle tampan. Gupi akan melihat nya nanti"
"Hmm"
"Kamu masih di sekolah?"
"Ya. Uncle tampan mau datang?"
"Tidak hari ini. Uncle cantikmu sedang sibuk jadi Uncle harus membantunya"
"Oh" Melirik Miu yang memberikan tatapan tajam padanya.
"Nanti Gupi hubungi lagi. Dadah"
Tutttt tutttt tutttt
"Sudah?" Tanya Miu dengan wajah ramah nya yang berhasil membuat Gupi sedikit khawatir.
"Sudah" Gupi berusaha untuk tenang sambil memamerkan giginya.
Miu mengulurkan tangan kanan kedepan dalam diam dan wajah yang tenang.
Gupi melihat tangan yang terulur itu kemudian meletakkan tangan kanan nya di atas tangan Miu.
PUK
Miu menepuk tangan Gupi.
"Berikan ponselmu dan lari keliling lapangan 10X"
"Aow? K-Kenapa?"
"Dilarang membawa ponsel ke sekolah, Gupi" Tersenyum.
"T-Tapi kata Daddy boleh"
"Itu kata Daddy mu, bukan kata Bapak" Meraih ponsel yang Gupi ulurkan sedikit-sedikit padanya.
"Ponselmu Bapak sita sampai jam pulang sekolah. Sekarang lari keliling lapangan"
"Aow, Pak, tapi---"
"Sekarang"
Gupi memaksakan kaki nya untuk berdiri di iringi decakan halus dan wajah murung.
"Sebagai gantinya, nanti kasih nomor Bapak ke Gupi"
"Ha? Bagaimana?"
Gupi langsung lari keluar kelas untuk menjalankan hukuman nya, di iringi gelengan kepala Miu setelah kepergian Gupi.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Setelah Gupi menyelesaikan lari nya, ia menyempatkan diri mampir ke kantin sekolah untuk membeli sebotol minuman.
"Totalnya 3 Baht"
Gupi mengeluarkan sebuah Black card dari dalam saku seragam lalu ia ulurkan kepada sang penjual.
"Maaf, disini tidak bisa menggunakan kartu itu"
"Hah?!" Gupi panik. Air nya sudah ia minum setengah botol dan ia tidak membawa uang cash.
"Ini uangnya" Tiba-tiba Joss mengulurkan 5 Baht kepada sang penjual yang tengah melayani Gupi.
"Baik, tunggu sebentar"
Gupi terkejut dan reflek memberi salam.
"Sawadikhap, Pak Joss. Terima kasih sudah bantu Gupi. Boleh minta nomor rekening bank milik Bapak? Nanti Gupi kembalikan"
"Tidak perlu. Bapak ikhlas membantumu" Mengambil kembalian.
"Aow? Tapi Daddy tidak suka Gupi berhutang"
"Ehm"
"Kalau begitu, bayar dengan cara lain, boleh?" Tanya Joss.
"Maksudnya? Gupi tidak mengerti"
"Begini. Wali kelasmu Pak Miu, kan?"
"Benar"
"Kamu bayar dengan cara membantu Bapak untuk bisa dekat dengan wali kelas mu"
"Bagaimana?"
Gupi melebarkan bola mata nya. "Bapak suka sama wali kelas Gupi?"
"Ssssttt!! Kecilkan suaramu" Melihat sekitar lalu mengayunkan satu kaki karena salah tingkah.
"Sebenarnya bukan suka, tapi Bapak sudah cinta sama wali kelasmu" Menaruh telunjuk didepan bibir.
"Jangan bilang siapa-siapa, ya? Ini rahasia kita berdua" Menggaruk belakang kepala.
"Jadi, apakah kamu bisa membantu Bap---"
"Maaf. Kalau itu, Gupi tidak bisa bantu" Gupi bisa melihat perbedaan raut wajah Joss dari yang tadinya bersemu menjadi murung dalam sekejap.
"Sedikit pun?"
"Hm" Gupi menganggukkan kepala.
"Maaf Pak, Gupi harus ke kembali ke kelas"
"Oh. Iya. Silahkan"
Gupi langsung pergi begitu saja meninggalkan Joss yang bergelut dengan pikiran nya sendiri.
"Kalau aku tidak bisa mendapatkan nya dengan cara baik-baik, apakah aku harus coba itu?" Joss meraih ponsel di saku celana kemudian menghubungi seseorang.
"Ada apa, Joss? Tumben kau menelfonku di siang hari seperti ini"
Hening
"Halo?"
"Ada barang bagus hari ini?"
"Hahahahahha"
"Jangankan hari ini, setiap jam barangku selalu bagus untuk menjamin kualitasnya"
"Bertanya tentang itu, jangan bilang kau mau coba?"
"Ya. Kirimkan yang terbaik ke apartmenku. Sekarang"
"Wow wow wow! Sabar, sob"
"Wanita mana yang akan kau jadikan milikmu malam ini?"
"Tidak usah banyak tanya. Aku tunggu"
"Baiklah"
"Senang berbisnis denganmu"
Tuttt tutttt tutttt
Melihat layar ponsel yang gelap, segelap tatapan nya.
"Miu Suppasit"
To Be Continue,,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top