8
"Kenapa sih, lo? Pagi-pagi muka udah kusut aja?"
Di latar tempat yang hampir tiap hari mengabsen kehadirannya, Sohyun tertunduk lesu dengan muka cemberut. Hidup terasa sulit, semakin sulit ketika tidak ada uang sepeser pun mengalir ke dalam kantongnya. Sohyun butuh uang! Satu-satunya orang yang bisa membantunya pun tak mau ambil peran.
Sohyun menyerah membujuk Hanbin. Padahal, harapannya hanya jatuh pada dua orang, si ketua BEM Jinhwan dan juga Hanbin.
"Ooh.. lo mikirin partner buat lomba debat itu? Emang Kak Jinhwan nggak mau bantu?"
Gadis berponi rata itu melirik iba, iba pada diri sendiri tentunya. Bagaimana pun, ia berhasil menemui Jinhwan dan menyampaikan niat baiknya, tetapi kepesimisan menjatuhkan semangatnya. Dari kalimat Jinhwan, Sohyun paham jika ketua BEM itu memandang rendah kemampuannya.
Daripada lelah.. apa lebih baik Sohyun mengibarkan bendera putih saja?
"Ya udah, sama gue deh."
Sohyun dengan wajah bodohnya tak percaya. Chaeyoung mau menjadi timnya? Bukan bermaksud meledek, hanya saja Chaeyoung paling anti dengan hal-hal berbau kompetisi. Lalu, kenapa sekarang gadis itu mau dibuat repot?
"Kamu serius? Mau ikut lomba bersamaku?"
"Ya,"
Mimik bahagia terpancar dari wajah polos tanpa make up-nya. Bibirnya tersenyum lebar, akhirnya harapan itu tiba.
"Asal lo beliin gue tiket ke konser BTS minggu depan, boyband kesayangan sejuta umat-ku!"
Ucap Chaeyoung sambil mengaitkan kedua tangannya, meletakkannya di depan dada seperti pose orang berdoa.
Sohyun nyaris pingsan. Chaeyoung sengaja mengerjainya. Dasar pemberi harapan palsu. Membeli tiket konser?? Mendengarnya saja sudah terbayang kalau Sohyun akan jadi gembel di Seoul dalam sekali kedip.
"Uh... Gue pingin dengerin rapp Suga Oppa! Dan juga melihat tarian sexy Jimin Oppa! Atau-atau!! Gue mau puas-puas mandangin abs Jungkook Oppa yang menawan itu!!"
Chaeyoung mulai gila. Sohyun menutupi mukanya, merasa dipermalukan dengan tingkah 'fangirl mode on' sahabatnya.
"Jual saja ginjalmu, Chae! Aku pergi! Lupakan tawaranmu, aku tidak tertarik!"
Sohyun melenggang pergi dengan jengkel, meninggalkan si fangirl gila yang masih tampak berbinar-binar meski dalam alam halusinasi.
***
Fyuh..
Nafas berat ia bebaskan melalui mulutnya. Gadis itu menatap letih brosur-brosur yang ada di tangannya. Rupanya, sisa brosur kemarin cukup banyak juga. Hari ini, PR Sohyun akan bertambah banyak.
"Segitunya kamu membutuhkan uang?"
Sohyun mendongak. Menyadari presentasi seorang pria yang berdiri sambil membenahi kacamata bacanya.
Ada rasa kesal dalam dadanya. Sohyun ingin meloloskan itu langsung di depan pria tersebut, namun ia masih sadar akan status yang disandangnya. Seorang mahasiswa dilarang bersikap kasar, mengutuk, apalagi menganiaya dosennya.
Andai peraturan itu tidak pernah ada, pasti mencari nilai sangatlah mudah..
"Bapak ngapain disini?"
"Ck. Ini tempat umum."
"Bapak mengikuti saya lagi, ya?"
"Sekadar informasi. Kamu sekarang sedang duduk di depan pintu ruangan saya."
Eh?
Sohyun sampai tidak sadar, kenapa kakinya menuntun ke tempat itu? Kenapa harus disana? Di tempat lelaki rupawan kebanggaan para mahasiswi itu singgah.
"Um.. yah.. terima kasih infonya, Pak. Tapi tempat ini terasa nyaman untuk melamun."
"Tidak baik kalau anak gadis suka melamun. Nanti kesambet baru tau rasa."
Gadis berponi itu terkejut. Kalau Taehyung berbicara demikian, apa artinya dia punya indra keenam??
"Bapak bisa lihat hantu?"
"Ya, dan ada satu di sebelah saya."
Jawab Sohyun santai.
"Hah?!"
Sohyun merinding sekarang. Siapa hantunya? Dia? Ataukah orang yang berdiri di samping Taehyung itu?
"Siapa hantunya?? Maksudmu aku?!"
Sahut seseorang di belakang Taehyung dengan mata merahnya yang menyala-nyala.
"Kim Taehyung..."
Terlihat Taehyung juga ikut terkejut saat orang itu merapalkan namanya. Sohyun menahan tawa, karena yang berada di samping Taehyung bukan hanya dirinya, tetapi kebetulan ada seorang pria tua dengan tubuh gemuk serta rambut bagian depan dan tengahnya yang botak. Beliau tidak lain adalah dekan fakultas, Pak Sihyuk.
"Pak Sihyuk?"
Sapa Taehyung salah tingkah.
"Ikut saya ke dalam. Ada yang perlu kita bahas."
Mengikuti langkah dingin atasannya, Taehyung pun pasrah. Kedua mata tajamnya memicing ke arah Sohyun, seolah mengatakan bahwa urusan mereka belum selesai.
Sohyun menahan geli di perutnya. Astaga.. kalau saja situasi seperti ini terjadi setiap hari dalam hidupnya, Sohyun pasti sangat terhibur dan melupakan tiap inci masalahnya.
"Terima kasih, Pak Dekan."
Gumamnya sebelum ia berlalu.
***
"Silakan berkunjung ke 'BakeMart', kami menyediakan berbagai jenis kue. Ada diskon di akhir pekan."
"Kak, silakan berkunjung ke 'BakeMart'. Ada promo khusus untuk pengunjung yang memiliki pasangan.."
Sohyun bersemangat mengedarkan sisa brosur kemarin ditambah brosur tambahan untuk hari itu. Dengan cekatan, ia menyampaikan informasi dalam brosur secara ringkas dan mengena. Tapi sepertinya, tidak untuk orang yang satu ini.
"Pacar gue baru aja minta putus.. hiks.."
"Andai aja gue belum putus, gue borong semua kue itu tanpa promo segala."
"Nih, gue balikin! Hiks.."
Sebaiknya, Sohyun mengamati ekspresi wajah targetnya sebelum memberikan brosur. Lihat saja, ia memberikan selembar brosur dengan penawaran khusus yang justru menyinggung perasaan hati sasarannya. Sohyun jadi bingung sendiri.
"E-h... Eng... Datengnya kalau sudah punya pacar baru saja ya, Kak?"
Hiburnya sambil menyerahkan brosur yang tadi dikembalikan.
"Ih....dibilangin juga! Kan gue jadi tambah baper!"
Gadis itu berlalu dengan terpaksa membawa brosur, menjauhi Sohyun dengan penyesalannya.
"Ah.. pacaran memang tidak pernah awet. Aku penasaran, berapa banyak gadis yang tersakiti gara-gara hubungan fana seperti yang dialami kakak tadi?"
"Jadi kau suka komitmen yang lebih pasti? Solusinya hanya satu, menikah."
Wah. Lagi-lagi pria itu. Sohyun jadi merasa dimata-matai. Taehyung muncul dimana pun ia berada. Sangat mencurigakan, bukan?
"Bapak lagi..."
"Kau mau uang? Dengan jumlah banyak dan dalam waktu singkat?"
Sohyun tidak mengerti, mengapa Taehyung tiba-tiba menanyainya seperti itu. Apa ada maksud lain dibalik pertanyaannya?
"Kenapa Bapak tanya begitu? Tanpa saya jawab, Pak Taehyung pasti sudah tau apa jawaban saya."
"Saya bersedia 24 jam. Kecuali di jam 11 malam sampai 7 pagi."
Hik..
Cegukan Sohyun mengakhiri percakapan singkat sore itu. Pria bermarga Kim yang tinggi rupawan berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Pak Taehyung bersedia 24 jam? Apa itu maksudnya?"
Matanya gelapnya menatap langit yang berwarna kemerahan. Tersirat bayangan gelap tentang dua orang yang bergelut di atas kasur.
"Aish?! Apa yang aku bayangkan?! Tidak mungkin! Aku sudah tidak waras!!"
"Ck. Tidak mungkin!!"
Sekali lagi ia memarahi pikirannya sebelum kembali ke rutinitas sebagai penyebar brosur harian.
***
Sohyun meregangkan ototnya, mengusir penat yang menjalar di sekujur tubuh setelah selesai melakukan pekerjaan ekstranya hari ini. Ia baru saja mandi, terasa segar ketika keringat yang menempelinya mengalir bersamaan dengan air yang tadi ia gunakan. Jam menunjukkan pukul 8 malam. Beruntung jalanan sangat ramai tadi sore, brosur itu habis lebih cepat dari biasanya, jadi Sohyun punya waktu untuk bersantai sebelum menuju ke alam mimpi. Bonusnya lagi, ini hari Jumat dan besok tidak ada jadwal perkuliahan.
"Baguslah, hari ini Jumat dan tidak ada tugas kuliah sama sekali."
"Besok aku harus menikmati liburku."
Selagi mengeringkan rambutnya yang masih basah, Sohyun menyambar ponsel yang ada di atas kasur. Oh, ia teringat sesuatu!
"Dimana ya aku meletakkan kertas itu?"
Gadis itu menggeledah tas dan juga saku jaketnya, berharap menemukan lipatan kertas yang tertulis angka-angka. Dosennya, Pak Bogeum, memberikan gadis itu kepercayaan untuk memegang posisi sebagai ketua di mata kuliah yang ia ampu.
Mengingat kembali pesan beliau, Sohyun akhirnya menemukan lipatan kertas tersebut dan mengetikkan angka-angkanya pada layar ponsel. Kemudian, ia menelponnya. Kebetulan belum terlalu malam untuk menelpon seorang dosen.
Terdengar bunyi sambungan telepon, pertanda bahwa dosennya itu bisa dihubungi. Sejenak kemudian, telepon diangkat.
"Selamat malam, Pak. Ini Kim Sohyun, mahasiswa tingkat empat dari kelas B."
"Oh.. Kim Sohyun, jadi kamu menerima penawaran saya?"
Sohyun menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Mengetahui suara yang begitu familiar, segera ia matikan ponselnya dan mengumpati dirinya sendiri.
Sohyun pun tidak akan bisa tidur pulas malam itu.
Menyebalkan! Apa dia jin yang bisa muncul kapan saja dan dimana saja?
To be Continued.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top