35
"Pa, ambulance! Mana ambulance-nya?!"
"Taehyung ... sudah terlambat. Ambulance akan segera datang, tapi ... mamamu...."
Taehyung menangis, ia berusaha menolak kenyataan yang ia hadapi saat ini. Nyawa mamanya melayang. Sudah tidak mungkin lagi terselamatkan karena kehabisan darah. Juga, luka tusuk di dada sebelah kirinya, sudah pasti mengenai jantung.
Taehyung memandang nanar kedua telapak tangannya yang berlumur cairan merah. Kenapa harus begini kematian mamanya?
Bukankah Tuhan menggariskan takdir yang terlalu kejam?
"Tidak akan kubiarkan pembunuh itu lolos! Aku yakin, sekarang dia menculik Seoyun supaya kita tidak lapor polisi. Dia pasti akan mengancam!"
Tuan Kim tak mampu berbuat apapun. Ia ikut terpukul atas kepergian wanita yang mendampinginya selama berpuluh tahun itu. Ia jauh lebih terpukul karena melihat sang putra yang harus lagi-lagi mengalami kesedihan.
"Pa ... apa mama punya musuh? Sungguh. Aku tidak akan pernah membiarkan orang itu berkeliaran dan melakukan hal yang sama pada Seoyun!"
"Tenangkan dirimu, Nak. Biar polisi yang urus, bahaya."
"Tidak, Pa! Dia membawa istriku! Bagaimana aku bisa tenang?!"
Napas Taehyung tersengal, emosinya tidak terkontrol. Sementara itu, ambulance berhasil tiba. Mayat mamanya diangkut dan akan segera diautopsi. Polisi pun juga tampak hadir, menginterogasikan beberapa pertanyaan pada Tuan Kim.
Taehyung masuk ke dalam ambulance, ikut mengantarkan mamanya yang sudah tak bernyawa ke rumah sakit.
***
"
Pak Taehyung?!"
Suara derap langkah yang dipercepat menggema di sepanjang lorong rumah sakit. Terlihat gadis berambut panjang—sedikit basah—berlari menuju seorang lelaki yang terduduk pasrah menundukkan kepalanya menatap lantai yang dingin.
Sohyun dengan cepat memeluk tubuh lelaki itu. Beberapa kali, pipi Taehyung ditangkupnya. Pertanyaan, "apa Bapak baik-baik saja?" terus berulang memenuhi indera pendengaran Taehyung.
Jelas sekali, gadis itu khawatir. Apalagi, mendengar dari Tuan Kim bahwa telah terjadi pembunuhan di kediamannya, dan yang menjadi korban adalah mama Taehyung sendiri.
"Sohyun...." lirih Taehyung. Ia mendekap tubuh mungil Sohyun dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan gadis itu.
"Semua akan baik-baik saja, Pak. Tenanglah.... Polisi akan segera menangkap pelakunya. Aku yakin."
Entahlah. Hati Sohyun ikut tersayat. Tak pernah ia lihat Taehyung menitikkan air mata sebelumnya. Lelaki yang sebenarnya tampak kuat pun juga punya sisi yang rapuh. Ibu adalah bagian keluarga yang terpenting. Wanita pertama yang memberi mereka kehidupan, memberi mereka ASI. Dan yang melahirkan mereka dengan penuh perjuangan, rela menghadapi kematian.
Kehilangan seorang ibu tentu bukan perkara sepele.
Di saat yang sama, Jungkook menyusul Sohyun. Memastikan tidak ada bahaya yang mengikuti gadis itu.
"S-siapa?" bisik Taehyung ketika menyadari keberadaan Jungkook.
Tidak mungkin Sohyun menjelaskan kebenaran soal Seoyun—dengan kata lain Tzuyu. Apalagi di tengah kondisi Taehyung yang seburuk ini. Sohyun hanya akan meperparah mental Taehyung jika ia mengatakan bahwa seseorang yang dianggap Taehyung sebagai Seoyun selama ini adalah penipu.
"Dia temanku," sahut Sohyun saat Jungkook hampir menimpali Taehyung dengan jawabannya.
Lirikan mata Sohyun yang seolah memohon agar tidak dulu membocorkan kebenaran pun berhasil membungkam mulut Jungkook untuk berbicara.
"Semua terjadi begitu saja.... Pembunuh itu.... Sekarang dia menculik Seoyun. Aku tidak bisa tinggal diam, Sohyun?! Aku harus menghabisinya!!"
"Tenang, Pak. Tenang...."
Bersamaan dengan itu, tim autopsi keluar dari ruangannya. Menyatakan bahwa kegiatan mereka telah selesai. Apa yang terjadi dengan mama Taehyung, itu murni pembunuhan. Terdapat luka memar di lehernya, menunjukkan bahwa sebelum terbunuh, mama Taehyung sempat dicekik oleh pelaku.
Pertanyaannya, siapa yang tega melakukan itu?!
Benarkah ada pembunuh dari luar?
Jungkook yang ikut mendengarkan penjelasan tim bedah, dalam pikirannya ikut menebak-nebak. Apa mungkin ... Tzuyu pelakunya?
Melihat catatan medis gadis itu sebelumnya, jelas sekali, kejiwaan Tzuyu mulai kambuh.
***
Sohyun terkantuk-kantuk. Semalam, tidurnya tak cukup nyenyak. Ia menjaga Taehyung, memastikan lelaki itu mendapatkan istirahatnya dengan cukup.
Lelaki itu menolak untuk dibawa pulang ke rumahnya. Bayangan mamanya yang berdarah-darah masih melekat di ingatan. Taehyung tidak mau terperangkap dalam kegelapan yang penuh penyiksaan batin itu.
Akhirnya, Jungkook bersedia meminjamkan apartemennya untuk tempat Taehyung beristirahat. Tidak mungkin Sohyun membawa Taehyung ke kosan yang masih berumur setengah bulan ke depan itu.
Lagi-lagi, Sohyun hampir kehilangan kesadarannya. Kantung matanya semakin menebal, tapi ia tak boleh tertidur begitu saja.
Hingga, pergerakan kecil pun Sohyun rasakan. Taehyung terbangun dari tidurnya.
"Sohyun?"
"Bapak udah bangun? Mau saya buatkan sarapan?"
Tubuh Sohyun direngkuh. Gadis itu pun jatuh pada pelukan Taehyung yang hangat.
"Terima kasih," ucap Taehyung begitu pelan, "terima kasih sudah menjagaku. Aku akan membalas semua kebaikanmu, Sohyun. Pasti. Pasti akan kulakukan apapun untuk membalas setiap perhatianmu."
"Nggak perlu ...," jawab Sohyun dengan sebelah tangannya menyentuh pipi Taehyung.
"Bapak nggak perlu ngasih balasan apa pun. Justru saya lah. Saya yang berkewajiban untuk membalas kebaikan Bapak. Bapak yang selalu memperhatikan saya."
"Saya mungkin telat untuk mengatakan ini, tapi ... Saya suka sama Bapak."
Taehyung membulatkan matanya, menatap dalam wajah Sohyun yang sayu. Ia yakin, dari sana terpancar sebuah ketulusan. Sudah lama Taehyung menantikan kalimat itu keluar dari bibir Sohyun. Tapi kenapa harus pada saat ini? Saat Taehyung kehilangan seseorang yang paling berharga. Apakah pernyataan cinta Sohyun harus berbalas nyawa?
Tidak. Taehyung tidak pernah menyalahkan Sohyun atas apa pun. Suasana hatinya hanya sedang tidak baik. Ia tidak bisa menikmati betapa senangnya dirinya hari ini karena ungkapan cinta Sohyun. Kesedihan masih meliputinya, seolah menumpulkan jiwa kasmarannya.
"Sohyun...."
Taehyung pun membalas pernyataan Sohyun dengan sebuah kecupan ringan di kening.
"Maaf, kau harus menyaksikan wajahku yang menyedihkan ini."
"Pak, saya akan selalu ada buat Bapak. Sebaiknya, Bapak segera bersiap. Kita akan berangkat ke suatu tempat."
"Ke mana, Sohyun?"
"Jungkook dan saya akan memberitahu Bapak di mobil."
***
"Perkenalkan, saya Dongmin. Ini istri saya, Mingzhu, dia orang Cina. Bisa sedikit berbahasa Korea."
Ruang tamu Tuan Kim kini kedatangan tamu tak diundang. Tamu yang datang bersamaan dengan Taehyung. Jungkook yang membawa mereka.
Tampak Taehyung dan papanya yang dilanda kebingungan. Mereka sama sekali tidak mengerti, apa yang orang Korea dan istri Cina-nya itu lakukan di sini?
"Tuan, mungkin ini bukan waktu yang tepat. Tapi, kami tidak bisa membiarkan kebohongan terus terjadi," kata Jungkook yang begitu rancu.
"Apa maksudmu?" Taehyung menyela.
"Mereka adalah orang tua angkat dari Tzuyu, kekasih saya."
"Tzuyu?"
"Gadis yang Anda nikahi baru-baru ini."
Keheningan melanda beberapa saat. Hingga, gebrakan meja pun terdengar.
"Apa maksudmu?! Yang aku nikahi hanya satu, Kim Sohyun?! Tolong jangan bergurau di saat seperti ini? Apa Anda mengerti?"
"Dengarkan saya dulu. Saya berkata jujur. Tzuyu, kekasih saya kabur beberapa bulan lalu. Dia mengubah wajahnya menjadi mirip dengan Sohyun. Yah, dan ada satu hal lagi yang perlu kalian ketahui," ujar Jungkook begitu tenang. "Tzuyu adalah adik kandung dari Seoyun, mereka berasal dari panti asuhan yang sama."
Sebuah foto tergeletak di atas meja. Jungkook sengaja menunjukkan itu pada Taehyung agar ia percaya. Seoyun dan Tzuyu bersaudara.
"Omong kosong apa ini?!"
"Dia Tzuyu, menyamar menjadi Sohyun, lebih tepatnya Seoyun, agar ia berhasil mencapai rencananya."
"Rencana?"
"Rencana mengungkap kematian kakaknya yang janggal."
Wajah Taehyung tampak memerah. Urat-urat lehernya tercetak jelas. Apakah pantas membahas masalah ini ketika keluarga Taehyung masih dirundung duka?
Tidak sopan!
Namun apa boleh buat? Jungkook terpaksa. Karena ia yakin betul, kematian Nyonya Kim kemarin ada hubungannya dengan rencana Tzuyu yang masih belum ia ketahui secara pasti.
"Pak Taehyung ... Jungkook benar. Yang Bapak nikahi waktu itu bukan saya, tapi gadis lain."
"Sohyun, kau ikut-ikutan? Jangan diperdaya olehnya! Dia orang asing, pasti dia sengaja membuatku terlihat bodoh sekarang ini di hadapanmu!"
"Pak, saya saksinya. Tzuyu yang menikah dengan Bapak. Tzuyu yang bersama Bapak pergi ke rumah orang tua saya. Tapi, waktu itu Bapak mengira saya sebagai Tzuyu dan Bapak membawa saya kembali ke Seoul. Setelahnya, Bapak tau sendiri. Seorang gadis datang, dengan wajah yang mirip dengan saya, dia mengaku sebagai Seoyun."
"APA INI?! CERITA APA YANG KALIAN KARANG, HAH?! KALIAN MEMBUATKU PUSING!"
"Singkatnya, Seoyun yang asli memang sudah meninggal tiga tahun lalu," timpal Jungkook.
Taehyung yang tadi berdiri penuh amarah, sekarang badannya terasa lemas. Ia mendudukkan lagi dirinya di atas sofa. Kedua tangannya mengusap wajah, begitu tertekan.
Tertekan dengan kebenaran yang tidak bisa ia sangkal lagi.
"Jadi, apa tujuan kalian sekarang?" tanya Taehyung dengan wajah yang tampak lelah.
"Kami akan membawa kembali Tzuyu. Kesehatan mentalnya sering kambuh, saya ... saya curiga dia ada kaitannya dengan kematian Ibu Anda."
Lagi, ucapan Jungkook terdengar seperti sebuah puzzle. Seperti teka-teki tidak terpecahkan. Taehyung merasa dirinya berada di sebuah labirin yang membingungkan, dia ingin menemukan pintu keluar. Sayangnya, ia terjebak.
"Sungguh, aku tidak mengerti. Jadi, gadis yang selama ini saya nikahi dan saya kira Sohyun, serta gadis yang mengaku sebagai Seoyun itu Tzuyu?" tanya Taehyung mengonfirmasi.
"Benar."
"Ya Tuhan...."
Sohyun berdiri dari duduknya, hendak menghampiri Taehyung yang terlarut sedih. Ia ingin menenangkan dosen itu, namun, seseorang dari arah belakang menggores lengannya dengan pisau.
Sohyun terjatuh dalam keadaan syok. Semua orang ikut panik, terutama Taehyung. Karena, orang yang baru datang tiba-tiba itu adalah gadis yang sedang mereka bicarakan.
"Mati kau?!" teriak gadis itu yang mulai menggila.
"Aku akan membunuh kalian semua?! Haha?!"
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top