27
Sohyun POV
"Datanglah, aku dengan hormat mengundangmu untuk datang ke pernikahan putraku."
Deg.
"Pernikahan?"
"Iya, Taehyung,"
"Dengan gadis ini, Nayeon."
Pikiranku melayang. Membayangkan kejadian 30 menit lalu yang membuatku hampir tak tenang.
Apa salahnya? Pak Taehyung akan menikah, harusnya aku turut bahagia.
Tapi hatiku menolak, aku merasakan sakit di dalamnya. Apa ini berarti Pak Taehyung akan berhenti menggangguku lagi?
Rasanya aku belum cukup mengikhlaskannya pergi.
Cinta pertama yang gagal, bahkan sekarang orang yang menginginkanku jadi kekasihnya pun tidak lama lagi bergandengan dengan wanita lain.
Tok.. tok..
"Permisi, Nona Sohyun?"
"Suster, ada apa?"
"Kondisi Nona sudah berangsur normal. Dokter mengizinkan Nona pulang besok pagi."
"Ada apa, Nona? Nona tidak senang karena sudah sembuh?"
Bukan begitu. Sohyun senang karena pada akhirnya ia bisa terbebas dari ruangan berbau obat yang setiap saat menikam indra penciumannya. Ia senang karena akhirnya kebosanannya selama di atas ranjang bisa terbayarkan secepatnya.
Tapi bagaimana dengan biaya??
"Uhmm.. Suster..."
Sohyun memainkan kedua jarinya. Menabrak-nabrakkannya kedua ujung telunjuknya di depan dada dengan bola mata yang jatuh tertuju ke lantai.
"Bagaimana dengan biaya perawatanku?"
"Ah, Nona ternyata mengkhawatirkan itu. Pacar Nona sendiri yang sudah menyelesaikan segala administrasinya."
"Pacar? Saya tidak punya pacar, kok."
Sohyun memiringkan kepalanya, mengerucutkan bibirnya sekaligus menahan malu karena membongkar ke-single-annya.
"Lalu, cowok yang kemarin nganter Nona kesini waktu pingsan siapa dong? Cowok itu sendiri yang mengaku sebagai pacar Nona dan menemani Nona samapai Nona sadarkan diri."
Sohyun menepuk kepalanya. Sekarang ia merasa semakin buruk.
Pak Taehyung sebentar lagi menikah. Tapi masih bisa-bisanya dia mengaku sebagai pacarku. Dia bahkan membayar biaya rumah sakitku.
Apa tujuannya?
Toh, ujung-ujungnya aku dengar kabar pernikahan itu. Dan aku mendapat undangannya secara terhormat. Hufft..
***
"Hati-hati di jalan, Nona. Semoga selalu sehat."
Ucap Suster itu ramah pada Sohyun sebelum Sohyun menjejakkan langkah terakhirnya keluar dari pintu utama rumah sakit.
Ia sedikit kecewa. Saat ia sembuh pun tak ada yang menjemputnya darisana. Apa orang-orang tidak tau kalau Sohyun sakit dan dirawat selama tiga hari di rumah sakit?
"Tidak." Gumam gadis itu.
Gosip mengerikan itu berhasil mempengaruhi pikiran semua orang. Tak ada lagi yang mempedulikan Sohyun. Gadis yang mereka kenal menggoda dosen bernama Taehyung. Gadis yang menghabiskan malamnya di bar, minum-minuman alkohol sambil bercumbu panas dengan lelaki yang menjadi dosennya sendiri.
"Siapa orang gila yang tega memfitnahku?"
Lalu, sebuah mobil sedan silver mendarat tepat di depan matanya. Seseorang keluar dari dalam sana, mengenakan kacamata hitam dan jas lengkap dengan dasinya. Rapi.
"Anda Nona Sohyun?"
"Iya, siapa ya?"
"Saya diperintahkan Tuan Muda untuk menjemput dan mengantar Nona pulang."
"Tuan Muda?"
"Ya, Tuan Taehyung."
Wah, apa ini? Dia mengirim pesuruhnya untuk mengantarku pulang?
Dia sendiri kemana?
"Ayo, Nona."
"Baiklah."
***
"Pa, aku tidak tau apa alasan Papa bertindak seperti ini. Tapi aku kecewa!"
Kalimat itu Taehyung lemparkan terakhir kalinya, sebelum dua orang lelaki dipimpin oleh kakak iparnya sendiri menuntun Taehyung masuk ke dalam sebuah ruangan.
Ide gila muncul dari kepala istri Tuan Kim. Semakin ia menunda, maka Taehyung akan semakin gencar melawan perintahnya.
Pernikahan yang awalnya direncanakan minggu depan, mendadak diadakan untuk hari ini. Semua persiapan juga telah disiapkan dengan matang. Seolah, tak ada kata mendadak dalam kamus hidup wanita tersebut.
Ia begitu detail dan teratur. Wanita yang berstatus sebagai ibu kandung Taehyung, telah merencanakan segalanya sejak awal.
"Mama serius? Ini sangat mendadak."
"Tidak, Pa. Semua sudah Mama atur. Tentang tamu, gedung, dekorasi, konsumsi. Mama memang merencanakan pernikahan itu hari ini."
"Bagaimana dengan putra kita? Dia tampaknya tidak menyetujui kesepakatan kita."
"Papa tenang saja. Taehyung itu anak penurut, dia tidak akan melawan orangtuanya sendiri."
"Apapun yang terjadi, pernikahan ini harus berlangsung." Timpalnya sekali lagi.
.
.
.
.
Inikah namanya pernikahan?
Jauh berbeda dari apa yang aku dan Seoyun lakukan tiga tahun lalu.
Pernikahan tanpa cinta, penuh pemaksaan.
"Anda sangat tampan, Tuan."
Puji sang perias yang mempermak wajah Taehyung yang tampan menjadi semakin rupawan.
Ia mengenakan setelan jas warna putih. Rambutnya yang kecokelatan disisir rapi dengan mempertontonkan bagian keningnya yang tegas.
Taehyung menarik nafas.
Lalu tersenyum simpul.
"Ya, aku akan menikah hari ini."
Dengan orang yang kucintai, lanjutnya dalam hati.
.
.
Taehyung berdiri di depan altar. Menantikan pengantinnya yang cantik datang. Kali ini tak ada penolakan. Ibu Taehyung yang juga berada disana ikut bahagia menyaksikan pernikahan sang putra dengan seorang gadis yang sejak awal ia inginkan. Im Nayeon adalah satu-satunya yang sempurna.
Dia gadis cantik. Dan lagi, keluarganya yang sangat kaya akan mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan suaminya.
Pengantin wanita pun datang. Digandeng oleh sang wali, menuruni tangga dengan ball gown yang berat dan terlihat pas di tubuh. Wajahnya tertutup oleh kain veil, membuat Taehyung semakin penasaran akan polesan warna sempurna yang menambah kemanisan sang gadis.
Akhirnya, mereka berdua disandingkan. Mereka saling mengucap janji pernikahan. Beberapa orang tak menyadarinya, tetapi Tuan Kim, tau betul bahwa Taehyung yang ia lihat sekarang bukanlah Taehyung yang berdebat sengit dengannya kemarin malam.
Dia terlihat lebih tenang, apa yang Taehyung rencanakan?
Hingga mereka pun resmi dinobatkan sebagai pasangan suami-istri. Para tamu bertepuk tangan. Taehyung membuka kain penutup sang pengantin, lalu melakukan kegiatan yang biasa para pengantin lakukan seusai mengucap janji pernikahan.
Taehyung melebarkan senyumnya.
Benar, gadis itu tampak sangat menawan ketika mata, bibir, pipi, dan semua bagian wajahnya diriasi make up.
"Kau cantik, tapi hari ini jadi semakin cantik saja."
Taehyung mendekatkan wajahnya, agak sedikit menunduk karena tinggi tubuhnya yang tidak sebanding dengan istrinya tersebut.
Perlahan, dan jantung Taehyung berdebar.
Bibirnya menyapu lembut bibir sang istri. Ia mengecupnya pelan dengan sedikit lumatan. Di sela-sela kegiatannya, ia tersenyum.
Tidak akan ada yang bisa menghalangiku. Aku hanya mencintai gadisku, dan aku hanya akan mau menikah dengannya.
Ucapnya dalam hati sebelum sebuah bantingan pintu terdengar keras, mengagetkan seisi ruangan.
"Nayeon?!!" Seru sang mama.
Mukanya terlihat bodoh, karena ia tersadar satu hal.
"Jika kau berada disana, lalu siapa yang menikah dengan Taehyung?!!"
Kemudian, kekacauan pun terjadi. Ibu Taehyung pisan, para tamu heboh sendiri-sendiri. Dan Nayeon, ia tak mempedulikan keadaan. Ia terus maju dan menghadapi kedua pengantin baru itu, masih dengan gaun putihnya yang sama bentuk dengan yang dikenakan gadis yang resmi dinikahi Taehyung.
Plak!
Sebuah tamparan mengenai pipi kiri Taehyung. Sangat keras sampai semua orang terdiam dan menjadi fokus kepada seorang pria dengan dua gadis bergaun pengantin sama yang ada di depan mereka.
"Bagaimana bisa kau lakukan ini padaku? Kau membuatku malu!"
"Dan kau!!"
Tudingnya pada seorang gadis yang diam membisu. Meskipun situasi terbilang tidak kondusif, gadis itu tetap tenang mempertahankan ekspresinya.
"Dasar gadis sialan!! Kenapa kau tidak mati saja sih?!!"
"Harusnya aku yang ada di posisimu sekarang, dasar pelacur!!"
Plak.
Kali ini, suara tamparan lagi-lagi terdengar. Para tamu undangan lalu bergeming, menciptakan backsound yang seolah-olah mengolok Nayeon yang tersungkur di atas lantai saat ini.
Benar, Kim Sohyun menampar Nayeon sampai urat malunya putus.
"Tolong berkacalah. Kau orang kaya, kau punya kaca kan di rumah?"
"Mau menghinaku sebagai pelacur? Kau ini wanita yang tidak tau malu. Kau memaksa seorang pria menikahimu dengan memanfaatkan hartamu. Bukankah sama saja kau membelinya? Kau pikir Taehyung barang yang bisa kau beli seenaknya?"
"Meskipun kau menikahinya, kau tidak akan pernah mendapatkan hatinya. Camkan itu!"
Sohyun lalu mengaitkan tangannya pada lengan Taehyung. Sejenak, ia membelai bekas tamparan yang masih memerah di pipi suaminya.
"Apa sakit, sayang?"
"T-tidak. Aku baik-baik saja."
Rupanya, usaha Taehyung mengelabuhi keluarganya berhasil. Ia menyuruh seseorang menjemput Sohyun dan segera mendandani gadis itu bak pengantin.
Sohyun sendiri tak menolak, awalnya ia terkejut. Namun, lama-kelamaan ia menyetujuinya.
Kalau saja Taehyung tidak mendengar percakapan mamanya dan Nayeon sebelum hari pernikahan, ia tidak akan tau kalau keesokannya adalah hari pernikahan itu dilangsungkan.
Dan lelaki itu menyusun semua rencana ini tanpa sepengetahuan siapapun.
***
"Kau kesakitan?"
Tanya Sohyun sambil menyentuh pipi kiri Taehyung yang merah serta ia tampak khawatir pada bekas memar di sudut bibirnya.
"Kau menentang semua orang hanya demi aku. Kau gila." Kata Sohyun.
"Aku mencintaimu, itu yang membuatku gila."
"Ngomong-ngomong, kau sudah sembuh total kan?"
Tanya Taehyung karena gara-gara dia, Sohyun yang baru keluar dari rumah sakit harus mengalami banyak kejadian hari ini.
"Menurutmu?"
"Aku ikut senang, kau sehat. Hanya saja, aku agak sedikit terkejut saat kau menamparnya tadi. Dan mengatakan kalimat yang tak bisa kupercaya itu keluar dari bibirmu."
Sohyun hanya tersenyum. Lalu ia menimpali,
"Aku hanya tidak bisa menahan kesabaranku menghadapinya. Dia menyakitimu, jadi aku harus membalasnya."
"Apa kau sedang mendeklarasikan cintamu padaku?"
"Anggap saja begitu."
Mereka tertawa, lalu terdiam. Menatap mata satu sama lain. Tak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini. Semua akan berjalan baik, yang jelas Taehyung berhasil menikah dengan gadisnya sekarang.
Mamanya akan segera sadar dari pingsan. Dan mungkin butuh waktu agar papanya memerima kehadiran Sohyun.
"Aku siap melakukan apapun juga demi membelamu, Sohyun. Terima kasih, karena mau menjadi pendampingku."
"Jadi sekarang apa?" Tanya Sohyun menggoda.
"Apapun yang kau mau, akan kau dapatkan malam ini." Jawab Taehyung dengan mengangkat sebelah alisnya.
***
Sementara itu, di lain tempat.
"Pak, kemana kau membawaku? Arah kos kan kesana? Kau pergi ke arah yang berlawanan."
Gadis itu berdecak sebal. Apakah sopir itu tuli? Ia protes beberapa kali namun tidak mendapat tanggapan.
"Pak, jangan bercanda. Aku mau segera sampai kamarku, lalu mandi dan beristirahat. Aku sangat lelah. Antarkan aku pulang!"
Lagi. Sopir itu diam. Gadis yang sudah menahan emosinya sampai ke ubun-ubun itu pun akhirnya berteriak.
"Stop!! Turunkan aku disini!!"
"Kau tidak dengar?? Aku bilang stop!!"
"Kau tuli ya?? Ah, ayolah! Aku mau segera pulang!! Atau aku akan melaporkanmu pada Pak Taehyung!!"
Ancamannya tak juga berhasil.
"Baiklah, lihat! Aku mengambil teleponku, dan aku akan melaporkanmu pada—"
"Hmmphh!!"
Di luar dugaan, seseorang muncul dari balik kursi yang gadis itu duduki di belakang. Sebuah kain membekap mulutnya, membuat saraf-sarafnya lemas dan matanya sampai tak berdaya untuk dibuka.
"Dia sudah pingsan, cepat! Kita harus sampai sana sebelum Bos memarahi kita!"
"Siap."
To be Continued.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top