23


"Nona?"

"S-saya dimana?"

Sohyun sadar sepenuhnya. Ia dalam kondisi linglung, tak tahu dimana keberadaannya dan siapa lelaki yang muncul di hadapannya ini.

"Nona di rumah sakit. Saya menemukan Nona pingsan di tepi jalan tadi."

Sohyun, gadis itu mengingat ulang kejadian apa yang menimpanya sebelum akhirnya ia berada di atas ranjang rumah sakit. Hatinya lagi-lagi sesak, bukan karena asmanya kambuh, tetapi kali ini berbeda. Dadanya terasa seperti ditekan oleh rasa sakit yang tak bisa diindera.

"Sebenarnya, apa yang terjadi Nona?"

"Ah, mungkin.. asma-"

"Bukan, saya melihat ada hal lain. Maaf, tapi saya sempat melihat Nona keluar dari gedung dalam keadaan menangis."

"Eh, tidak masalah kalau Nona tidak mau cerita. Itu hak dan masalah pribadi. Niat saya cuma mau membantu selagi ada yang bisa saya bantu."

Lelaki ini sangat sopan. Namun tetap saja, Sohyun tak bisa memberitahukan permasalahannya pada orang asing. Lagipula, yang harus ia lakukan sekarang adalah berterima kasih.

"Terima kasih, untung kamu nolong saya. Kalau nggak, mungkin saya udah nggak bernafas lagi."

"Sama-sama Nona. Tapi, tidak bagus berkata seperti itu. Nona nggak boleh nyerah buat bertahan hidup, Nona juga tampaknya masih sangat muda. Masih ada banyak hal yang perlu dikejar kan?"

Banyak hal. Iya, tentu saja. Sohyun ingin lulus menjadi seorang sarjana dan bekerja di sebuah kantor yang besar. Ia ingin menghasilkan banyak uang terutama untuk kesejahteraan keluarga kecilnya.

Ya Tuhan, bagaimana bisa Sohyun menyerah pada hidup begitu saja?

Ia setidaknya harus menunjukkan aksinya.

Dan yang terpenting, ia tidak boleh mundur hanya karena masalah cinta.

Tunggu, cinta?

"Oh iya, Nona. Perkenalkan, saya Jeon Jungkook."

***

"Lo nggak papa kan, Hyun? Kok nggak nelpon gue aja kemarin?"

Sohyun tak perlu melakukan rawat inap. Ia cukup diberi alat bantu nafas selama beberapa jam ke depan, setelah itu ia diperbolehkan pulang.

Saat ini, ia sedang berada di apartemen Chaeyoung. Ia berniat tidak kembali ke kosnya dulu, takut-takut kalau Hanbin mengetahui kondisinya yang seperti itu. Lemah dan berlumuran air mata.

"Chae, aku baik-baik aja kok. Untung kemarin Jungkook nolongin aku."

"Jungkook, siapa?"

"Aku juga nggak tau. Kami baru kenalan juga kok."

"Wah, ganteng nggak? Kalo ganteng, boleh dong jodohin dia sama gue?"

"Apaan sih Chae? Sahabatmu dalam keadaan kayak gini, kamu masih bisa bercanda ya? Dan lagi, Jungkook itu kesini nyariin pacarnya. Jangan berharap kamu bisa jadian sama dia deh."

"Nyari pacarnya? Emang pacarnya kemana?"

Sohyun menarik napas sambil membetulkan posisi bantalnya. Ia sedang berada di kamar Chaeyoung. Sahabat Sohyun itu tak keberatan mempersilakan Sohyun untuk menginap dan tidur di kamarnya. By the way, itulah arti sahabat. Iya kan? Teman di kala senang dan susah.

"Dia sih nggak banyak cerita. Cuma kemarin bilang, kalau pacarnya itu hilang. Dan kabarnya dia ada di Seoul. Makanya Jungkook berangkat dari Busan ke Seoul, bela-belain buat nyari keberadaan pacarnya itu."

"Aduh, kasihan. Ganteng-ganteng ditinggalin ceweknya."

"Tau darimana kamu kalo dia ganteng? Ketemu aja belum."

"Feeling aja.. hehe. Oh ya, Hanbin udah tau kalo lo sempet masuk rumah sakit kemarin?"

Sohyun menggelengkan kepala.

"Kenapa nggak dikasih tau? Ntar dia khawatir loh!"

"Justru itu, Chae. Aku nggak mau bikin Kak Hanbin khawatir."

"Kebiasaan deh, ini nih yang bikin Kak Hanbin dari dulu nggak peka-peka sama perasaan lo. Lo-nya sembunyi terus dalam cangkang, seharusnya lo lebih berani dan buktiin kalo lo beneran cinta sama dia."

"Dan juga, gue mau kasih pendapat. Soal Pak Taehyung, nggak tau kenapa perasaan gue nggak enak tiap kali dia deketin lo."

Sohyun terhenyak. Chaeyoung yang notabene-nya tidak tau bahwa semalam Taehyung-lah penyebab asmanya kambuh, malah punya suatu firasat yang dirasa Sohyun benar. Taehyung terlihat seperti bukan lelaki baik-baik. Tapi bagaimana mungkin gadis itu membuat kesimpulan sedemikian rupa?

Hal semacam ini baru sekali terjadi. Dan setahunya, kesimpulan dibuat tak cukup hanya dari satu bukti.

Sohyun perlu mengumpulkan bukti yang lain. Terkait, siapa gadis yang bersama Taehyung malam itu, dan mengapa sampai sekarang Taehyung tak memberinya kabar apapun. Apa dosen tersebut tidak mengingatnya lagi?

***

Keesokan harinya, Sohyun memulai aktivitas seperti biasa. Berkuliah, menimba ilmu, dan bertemu banyak orang. Tak terkecuali, Kim Taehyung.

"Sohyun!"

Sohyun memalingkan muka. Dia bergegas, menggerakkan kaki-kaki panjangnya untuk menghindar.

Namun, entah mendapat kekuatan super darimana, Taehyung selalu berhasil menghentikan tindakan gadis itu.

"Mau kemana? Hei! Kenapa nomormu tidak bisa kuhubungi sejak kemarin? Aku khawatir. Apa sakit perutmu sudah sembuh?"

Sakit perut? Siapa? Aku?

"Kau sendiri yang meminta tidak mau diantar pulang. Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Apa? Apa maksudnya? Aku tidak paham sama sekali!

"Sohyun??"

"Hei! Kau melamunkan apa?"

Sohyun menepis tangan Taehyung yang menyentuh pundaknya. Iya, sekarang ia harus mulai berhati-hati!

"Ada apa? Kau sakit? Kau sedikit pucat pagi ini."

"Bukan urusan Bapak."

"Loh! Sohyun? Tunggu!"

Lagi. Taehyung mencegah Sohyun pergi.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu."

Katanya sebelum sebelah tangannya menarik Sohyun untuk duduk di suatu tempat.

"Ngomongin apa? Kalau Bapak mau ngebahas soal kemarin, maaf. Aku lagi gak pingin bahas itu." Ujar Sohyun dengan wajahnya yang semakin datar.

"Kamu aneh banget hari ini. Tapi, dengar. Aku punya beberapa saran untukmu. Mungkin kamu akan tersinggung, jadi.. tolong dengarkan dulu penjelasanku sebelum kamu marah-marah."

Sohyun terdiam, tegang. Rasa ingin tahunya meledak. Apakah Taehyung akan membicarakan tentang wanita yang ia cium malam itu?

"Sohyun.. yang malam itu, tolong jangan kau masukkan hati ya. Maksudku, tolong jangan libatkan pikiran itu untuk saat ini."

Pak Taehyung ngomong apa sih? Kok tambah nggak nyambung gini?

"Jadi yang mau aku omongin.."

Sohyun menatap lekat iris coklat gelap milik Taehyung. Jantungnya berdebar.

Baiklah, gadis itu siap menerima kenyataan, kalau sebenarnya Taehyung lelah menantikan Sohyun dan justru memilih perempuan yang malam itu ia cium dengan panas.

Akh! Memikirkannya Sohyun jadi malas sendiri.

"Sohyun, bisakah kau berhenti bersahabat dengan Chaeyoung?"

"Apa?!"

"Apa maksud Bapak bicara begitu? Chaeyoung itu sahabat aku, mana mungkin aku ngelakuin itu?"

"Sudah aku bilang kan? Tolong jangan marah dulu. Dengarkan penjelasanku."

"Stop! Bapak udah keterlaluan! Setelah Bapak nyakitin perasaan saya, sekarang Bapak mau nambah rasa sakit itu lagi? Bapak sadar nggak sih? Bapak udah bikin saya kecewa dan makin nggak percaya sama Bapak!"

"Bener kata Chaeyoung, Bapak itu nggak bener! Bapak bukan lelaki baik-baik! Saya kecewa sama Bapak!"

"Dan ya, silakan saja Bapak suka sama wanita lain, lagipula, saya nggak suka sama Bapak. Saya benci penipu, dan ini jawaban saya soal pernyataan cinta Bapak dulu,"

"Saya nggak bersedia jadi kekasih Bapak. Saya nolak Bapak. Titik!"

***

Sohyun pov

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Apa yang aku pikirkan selama ini?

Bagaimana aku tidak menyadari kelakuan Pak Taehyung?

Seorang dosen yang di hari pertama tiba-tiba menciumku. Dan beberapa waktu ke depan menyatakan cinta padaku. Dari sekian banyak kenahean, mengapa aku menyadarinya terlalu lambat?

Sekarang, jika aku sakit hati dan merasa kecewa, maka yang patut disalahkan adalah diriku sendiri. Aku yang bodoh karena telah mempercayai seorang penipu dan tukang mempermainkan perempuan seperti Pak Taehyung.

Dan saran agar meninggalkan Chaeyoung adalah hal terburuk yang pernah kudengar.

Kami bersahabat. Meskipun tidak cukup lama seperti persahabatanku dan Kak Hanbin, tapi aku sangat menyayanginya.

Chaeyoung selalu ada saat kubutuhkan. Meskipun sifat kami saling bertolak belakang, tapi dia orang kedua yang membuatku nyaman setelah Kak Hanbin.

Aku sungguh tidak yakin, bagaimana bisa Pak Taehyung menyuruhku memutus persahabatan dengan Chaeyoung? Mendengar ide gilanya ini tanpa ragu aku memilih untuk membuatnya berhenti mendekatiku.

Aku mengikuti feeling Chaeyoung. Jika dia mengatakan ada yang nggak beres dan perasaannya tidak enak terhadap kedekatanku dan Pak Taehyung, maka sepenuh hati aku mendukungnya.

Buktinya pun muncul di depan mataku sendiri.

Pak Taehyung bukan orang baik-baik. Keyakinan itulah yang sekarang ini kupegang dengan erat!

***

"Halo? Tuan Kang, apakah ada berita tentang Tzu?"

"Maaf Tuan Muda, Nona Tzu sampai sekarang belum kami temukan keberadaannya. Tetapi, salah satu di antara anak buah saya mengatakan bahwa mereka menemukan barang-barang Nona Tzu di sekitaran Sungai Han."

"Ap-apa? Apa maksudnya ini semua Tuan Kang?"

"Ada kemungkinan...

Nona.. bunuh diri."

















To be Continued.

Hola..

Ceritaku balik lagi.

Gimana baca ini?

Menemukan keanehan?

Hm.. apa aku yg aneh ya? Haha.

Maafkan..

Selamat menunggu next part-nya😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top