21
Taehyung POV
Hari-hari bergulir semakin singkat. Aku memulai kembali aktivitasku di kampus, menjadi dosen dan mengajar dengan penuh kesabaran kepada para mahasiswa yang ada disini. Membosankan. Namun, pada akhirnya aku lebih menikmati padatnya jam perkuliahan dibandingkan padatnya jam kantor sewaktu dulu aku masih di kantor papa, semua karena Sohyun.
Aku membuka pintu ruanganku sedikit kesal. Hari ini, aku pasti sudah menjemput dan mengajak Sohyun berangkat bersama kalau saja tidak ada Hanbin. Sebenarnya, memang bukan salah anak itu. Aku hanya menduga kalau Hanbin memanfaatkan kesempatannya saat ini. Dengan dorongan semangat dari Ibu Sohyun, Hanbin bisa melangkah mendahuluiku menuju hati Kim Sohyun.
Setidaknya aku masih punya harapan kan?
"Wah, baru sampai? Kupikir kau akan telat karena sibuk mengurus pacar ABGmu itu."
"Bisakah Anda berucap sedikit sopan, Pak Mark?"
Belum lagi, aku harus bertemu teman sebidang yang selalu memancing emosi ini.
"Loh, kapan saya bertindak tidak sopan? Selama apa yang saya katakan benar, saya nggak melanggar kode etik dong."
Tunggu, sampai tiba waktunya aku akan mengungkap semuanya, Mark.
Setelah itu, kau akan berhenti membanggakan dirimu sendiri dan bertingkah seolah kau yang terbaik di antara yang lain.
"Permisi, saya sedang tidak ingin membuang waktu. Saya harus melakukan agenda rutin hari ini."
Kuambil buku-buku yang akan kugunakan untuk mengajar di kelas, dan aku tinggalkan lelaki sombong ini.
***
"Hm, jadi kau sudah memaafkanku?"
Sohyun termenung.
Kata maaf memang sulit diucapkan, tetapi hatinya terlalu baik meskipun dirapuhkan berkali-kali. Bagi Sohyun, Hanbin masih mendapat tempat di rongga dadanya.
"Yah.. mau bagaimana lagi?" Jawab Sohyun pasrah.
"Kalau begitu, aku sangatlah beruntung. Nanti aku akan mengucapkan banyak terima kasih pada Bibi. Baguslah ya, karena Bibi berkunjung ke Seoul saat ini."
Hanbin antusias dengan pembicaraan terkait 'bibi' yaitu ibu dari Sohyun sendiri.
Sementara itu, Sohyun meragukan keputusannya. Apakah sudah tepat membiarkan Hanbin menjangkau posisinya sekali lagi? Bagaimana kalau ia mengulangi luka yang sebelumnya ia derita?
Sohyun trauma, tetapi ia tetap tidak bisa menolak kata hatinya.
"Hm, kita lama nggak keluar bareng. Kamu mau jalan-jalan?"
"Hah?"
Respon Sohyun sangat terkejut. Jalan-jalan?
Hal yang sering mereka lakukan dahulu, namun karena pacar Hanbin yang agaknya posesif, Sohyun jadi hampir tidak pernah menikmati waktunya bersama Hanbin.
Perbedaannya adalah, bahwa sekarang Hanbin dan Jihyo tidak punya ikatan apapun. Hanbin single, Sohyun pun juga. Artinya, jika mereka keluar bersama, Sohyun akan lebih leluasa berduaan bersama Hanbin. Benar kan?
Meskipun benar, tidak tahu apa ada yang salah dengan perasaannya. Sohyun tetap tidak bisa tenang. Seolah, ada sesuatu yang mengusik pikiran atau alam bawah sadarnya. Sayangnya, gadis itu tidak paham apakah akar masalah dari itu semua.
"Bagaimana?"
"Wow, jalan-jalan?! Saya boleh ikut dong."
Ucap seseorang dari balik tubuh Sohyun dan Hanbin, menjadikan ekspresi wajah Hanbin sedikit lesu.
***
"Mau yang rasa apa?"
Tawar Hanbin kepada Sohyun saat melihat papan menu.
"Terserah."
"Baiklah, aku pesankan yang rasa keju, ya?"
"Ah, tidak!"
Hanbin terhenti saat akan memesan chessy popcorn-nya kepada penjaga stand.
Mereka sedang berada di salah satu bioskop untuk menonton film. Bukan berdua, melainkan bertiga.
"Golden caramel ukuran medium, untuk gadis manis yang satu ini."
Serobot lelaki itu, sambil menyingkirkan posisi Hanbin dari sebelah Sohyun.
"Hei! Aku yang pesan duluan! Keju ya keju! Kenapa sekarang jadi caramel? Sohyun, katakan sesuatu!"
Sohyun lelah, sejak awal keberangkatan ketiganya, baik Hanbin maupun Taehyung, mereka berdua tidak pernah akur.
Misalnya saat di mobil Taehyung, lelaki itu memaksa Sohyun duduk di kursi depan. Namun Hanbin melarangnya dan malah menyeret Sohyun untuk duduk di kursi belakang.
'Kalian pikir aku sopir?', protes Taehyung saat itu juga.
Dan karena Sohyun merasa kesal, akhirnya ia yang meminta Hanbin duduk di depan menemani Taehyung. Sementara Sohyun sendiri memilih sendirian di belakang.
Tak berhenti disitu, bahkan ketika Hanbin dengan seenaknya menyetel musik di dalam mobil, Taehyung spontan dan dengan cepat mematikannya.
'Kenapa dimatikan?' Tanya Hanbin penuh kesewotan.
'Berisik. Aku tidak konsen menyetir!'
Jawab Taehyung dalam bahasa nonformal. Sekarang, kedua lelaki itu kelihatan seperti seumuran. Dua laki-laki yang berkeinginan sama untuk merebut perhatian Sohyun.
"Permisi, Tuan. Ini popcorn-nya."
Popcorn pun selesai dipesan. Harum caramel berbaur menjadi satu dengan udara, tampak lezat. Hanbin bahkan ingin mencomotnya langsung dari tangan Taehyung.
"Eh! Apaan nih? Kan kau tadi mau pesan yang keju. Pesan sendiri sana! Ini buat Sohyun. Iya kan, Sohyun?"
Hanbin melotot tidak suka. Sohyun hanya diam menuruti apa kata dosennya. Jujur, dia sebenarnya sangat merasa terganggu. Kedua lelaki yang bersamanya ini selalu berdebat hal-hal kecil. Kepalanya jadi pening sewaktu-waktu.
.
.
.
.
Di dalam bioskop, suasana hening mereka bertiga rasakan. Fokus para penonton tertuju ke layar yang lebar, menampilkan sebuah adegan film romantis yang berhasil mencuri perhatian.
Sayangnya, terdapat dua orang manusia yang sedari awal tidak menyimak film tersebut betul-betul.
"Wah.. romantis sekali, ya?"
Bisik Taehyung ke telinga Sohyun. Gadis itu menatap kosong film yang harusnya dia nikmati. Ia jelas-jelas terhanyut dalam pikirannya sendiri, ia bingung dan bisa dikatakan salah tingkah. Sebab, diam-diam Taehyung menggenggam tangan kananya cukup lama sepanjang tayangan tersebut diputar.
"Pak.. jangan pegang-pegang!"
Jawab Sohyun tidak kalah lirih.
"Apa sih? Lihat saja, bocah itu lebih tertarik pada film-nya dibandingkan dirimu."
Kemudian, Sohyun melirik Hanbin yang berada di sebelah kirinya. Benar saja, lelaki itu sibuk mengunyah popcorn selagi bibirnya tersenyum-senyum sendiri menonton cuplikan adegan romantis yang disetel di layar.
"Kalau kita jadi pasangan, aku bisa lebih romantis dari pada apa yang dilakukan oleh si tokoh utama itu." Kata Taehyung yang sedikit membahas apa yang ia lihat dari film.
"Kalau kita menikah, aku pastikan... hanya kau gadis satu-satunya yang akan aku sentuh. Aku tidak akan melirik yang lain."
Sohyun semakin merinding, Taehyung dengan berani mendekati ceruk lehernya dan berbisik disana.
"Tunggu sampai aku berhasil dengan usahaku, Sohyun. Beri aku waktu." Ucap Taehyung sekali lagi.
Tiba-tiba layar mati dan lampu menyala.
"Hah? Sudah selesai?" Kejut Sohyun sambil melepaskan tangannya dari genggaman Taehyung.
"Iya, bagus ya? Sampai-sampai kamu nggak tau kalau film-nya udah kelar." Kata Hanbin. Laki-laki itu merapikan sampah makanan yang ia bawa.
Sohyun menatap tajam ke arah Taehyung. Sedangkan mimik wajah lelaki itu santai-santai saja, ia bahkan masih sempat tersenyum usil.
Bagaimana bisa fokus menonton filmnya kalau dari tadi otakku diisi oleh Pak Taehyung?
Aduh! Kenapa kau ini, Sohyun??
***
"Dia kembali."
"Siapa?"
"Gadis itu, dia kembali untuk menuntut balas. Seharusnya, tak kubiarkan dia lepas begitu saja!"
"Lalu, bagaimana rencana Tante selanjutnya?"
To be Continued.
Halo, aku kembali!
Akhirnya menjelang lebaran, nggak kerasa ya. Apalagi aku terlalu sibuk belakangan, jadi jarang update dan jarang menyapa kalian semua😭
Tapi, author ngucapin makasih banyak. Buat yang nyimak cerita ini dari awal.
Oh iya, satu lagi minal aidzin wal faidzin ya kawan2
Hehe..
Next ?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top