14
"Kemarin kan saya sudah bilang, biar saya antar pulang." Ucap Taehyung ketus, lelaki itu sepertinya mengetahui permasalahan yang Sohyun sedang hadapi.
Sohyun sampai tercengang mendengar ungkapan kalimat Taehyung barusan.
"Memangnya Bapak tahu?"
"Apa yang saya nggak tahu?"
Sohyun mengerucutkan bibirnya, membuat Taehyung gemas. Namun, lelaki itu berhasil mempertahankan wajah dinginnya. Menjaga image-nya kuat-kuat.
Mereka sedang berada di luar kampus. Sohyun tidak tahu, alasan apa yang membawanya bersama Taehyung. Tiba-tiba saja dosen itu menarik lengannya, tanpa argumen yang jelas. Setidaknya, Sohyun bersyukur atas insiden tidak mengenakkan itu. Sebab, secara tidak spontan, Taehyung membebaskan Sohyun dari peristiwa yang kemungkinan bisa terjadi—bertemu dengan Hanbin.
"Itu... wajah Bapak kenapa memar?"
Tanya Sohyun penasaran. Ada sedikit rasa takut saat ia hendak menanyakan perihal itu, namun ia buang jauh-jauh. Kekhawatirannya serta rasa ingin tahunya begitu besar, mengalahkan ketakutan yang hampir menguasai seluruh tubuhnya.
"Menurutmu?" Jawaban Taehyung yang terdengar menuntut Sohyun untuk menebak, membuat gadis itu bertambah penasaran. Tidak mungkin kan, apa yang ia pikirkan benar-benar kejadian? Bahwa luka memar di wajah Taehyung berkaitan erat dengan Kak Hanbin-nya?
"Benar."
Sohyun membelalak. Heol. Apa baru saja Taehyung membaca pikirannya? Apa Taehyung menjawab kegelisahan hatinya?
"Benar, apanya Pak?"
"Apa yang kamu pikirkan, itu benar."
"Mak..sudnya.. Bapak dan Kak Hanbin berantem?"
"Ck. Anak brengsek itu.."
"Bapak nggak boleh ngomong gitu! Kak Hanbin sebenernya cowok yang baik, kok."
Ujar Sohyun ngeyel.
"Kalau dia orang baik, dia tidak akan pernah melukai perasaan kamu. Apalagi kalian berteman sejak kecil. Dan parahnya.. kau suka pada si brengsek itu kan?"
Sohyun sungguh tak percaya, Taehyung mengetahui segalanya tentang dia. Ada apa dengan dosen itu? Haruskah dosen sejeli ini terhadap masa lalu dan kehidupan sehari-hari mahasiswanya? Bukankah ini berlebihan, jika seorang dosen sampai mengetahui privasi mahasiswanya?
Alih-alih mengklarifikasi kevalidan pertanyaan Taehyung, Sohyun justru menundukkan kepala. Malu. Ah, benar. Hanbin itu brengsek, tetapi Sohyun terlalu baik untuk mengumpati sahabatnya sendiri. Apalagi, ia menyukai Hanbin sudah sejak lama. Sayang, meskipun Hanbin berbuat buruk padanya, hatinya tetap menolak untuk mengujar kebencian.
Sohyun, kau terlalu lugu dan baik hati.
Taehyung mengangkat sebelah alisnya. Mendengar suara tangisan Sohyun yang tertahan, lelaki itu segera mengangkat dagu gadis tersebut. Ia sibakkan anak rambut yang menghalangi pemandangan wajah Sohyun yang tragis.
"Ish.. kau menangis? Gara-gara anak itu?" Ledek Taehyung.
"Lupakan dia. Dia hanya akan menyakiti hatimu."
"Bapak.. tau apa?"
Akhirnya Sohyun merespon, dengan suara terbata-bata dan air mata yang terus terurai membasahi pipinya. Hidungnya bertambah merah, persis seperti tangisan anak kecil umur lima tahunan.
Mengapa Taehyung merasa geli melihatnya?
"Saya.. tau apa?" Jawab Taehyung, menunjukkan bahwa dirinya tidak paham akan orientasi pertanyaan Sohyun.
"Bapak nggak tahu, gimana rasanya mencintai seorang sahabat yang sudah bertahun-tahun hidup bersama kita, menantinya setiap waktu, berharap untuk diberi perhatian yang lebih dari seorang sahabat, berharap dia juga merasakan hal yang sama seperti yang kita rasakan. Bapak nggak pernah merasakannya kan? Bapak nggak tau apa-apa. Dan ini semua seperti tidak nyata, walaupun dia menyakitiku, aku tetap nggak bisa membencinya. Aku harus bagaimana?"
Sohyun pun meloloskan tangisannya, tak lagi ia tahan suara yang menyesaki dadanya itu.
Terlalu sulit untuk berpura-pura tegar, apalagi ia hanyalah gadis belasan tahun yang belum cukup mental untuk merasakan apa yang dinamakan patah hati.
Taehyung pun merasa bersalah. Seharusnya, ia —sebagai orang dewasa—mampu memberikan solusi dan bukannya menghakimi.
"Maaf.."
Ucap Taehyung kemudian.
Ia mengulurkan tangan kanannya ke depan wajah Sohyun. Gadis itu mengintip, melirik apa yang Taehyung lakukan pada saat itu.
Sohyun berpikir, kemudian ia tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
Masih dengan air matanya yang mengalir, ia mengambil lengan Taehyung, dan secara tak terduga, Sohyun mengeluarkan ingusnya di lengan jas milik Kim Taehyung. Membuat pria itu berteriak dan melotot tajam.
"Yakk!! Kim Sohyun!!! A-apa-"
Taehyung menarik lengannya, mengamati cairan menjijikkan itu dengan mulut terbuka.
"Ya Tuhan.. jasku yang mahal.." Sorot mata sedihnya pun terpancar.
"Pak?" Panggil Sohyun lirih.
"Sohyun.. kau gila?" Tanya Taehyung, kali ini dengan nada seakan 'ingin menangis'.
"Habis.. Bapak ngulurin tangan Bapak tadi.. jadi.. saya kira.. itu.."
"Kamu nggak ingat, sebelum keluar dari apartemen saya, apa yang kamu janjikan?"
Sohyun menatap ke atas, mencoba mengingat kembali percakapannya dengan Taehyung kemarin sebelum pulang.
"Oh!" Sohyun menepuk jidatnya. Kemudian, ia tersenyum meringis.
"Hehe.. itu ya, Pak.."
"Sudah ingat?"
"Kemarin saya ketiduran, jadi nggak sempet ngelanjutin tugas yang kemarin belum kelar di apartemen Bapak. Jadi.. saya nggak bisa menyerahkanya sekarang."
"Bagus kalau masih ingat. Terus ini gimana??" Kata Taehyung sambil menunjukan lengan jasnya.
Sohyun menelan ludah, sebelum akhirnya dia memilih untuk kabur dari Taehyung. Meninggalkan lelaki itu sendirian—bersama jasnya yang belepotan ingus Kim Sohyun. Gerutuan tidak jelas pun muncul dari mulut lelaki itu. Ia ingin berkata kasar, namun, tak tau.. bibirnya malah tersenyum tidak jelas setelah Sohyun pergi.
Ia tertawa terbahak-bahak. Gila? Iya, mungkin Taehyung sudah gila. Karena, tingkah Sohyun barusan mengingatkannya pada seorang gadis yang bertahun-tahun lalu pernah menjadi pelipur laranya.
"Ah.. kalian sangat mirip."
***
"Kim Sohyun!"
Sohyun melanjutkan langkah kakinya tergesa-gesa. Ia menutup kedua telinganya, ingin mengusir suara-suara panggilan yang tak ingin ia dengar.
"Kim Sohyun! Tolong dengarkan aku dulu!"
Sohyun berlari, dan terus berlari. Tak peduli, seberapa sakit tungkainya karena ia sempat terjatuh saat kabur dari Taehyung sebelum itu.
Seharusnya, ia tak bertemu lelaki 'ini'. Terlalu cepat, pikirnya.
'Sial' teriaknya dalam hati.
"Sohyun! Dengarkan penjelasanku! Jangan kabur begini!"
'Tidak! Aku belum siap!' Sohyun membatin.
"Sohyun!!!"
Sedetik berikutnya, matanya terpejam!
Gelap!
Sohyun merasakan, seseorang mendekap tubuhnya dari belakang. Ia masih tak berani membuka mata, suara klakson beberapa mobil terngiang-ngiang di kepalanya.
Nafasnya memburu. Apa yang terjadi?
Beruntunglah Sohyun. Ada seseorang yang menolongnya saat itu, tepat waktu. Jika tidak, mungkin tubuhnya sudah teronggok berlumuran darah di jalanan.
"Berhenti mengejarnya, Kim Hanbin."
"Kau tidak pantas untuknya."
Ucap seorang lelaki dengan suara khas baritone-nya.
Hati Sohyun berdesir.
Apakah suara itu milik seseorang yang sedang ia bayangkan saat ini?
To be Continued.
😄😄
Nggak tau kenapa, jadi pingin update. Rindu sama vote dan comment kalian.
Btw, minta doanya ya.. besok aku ada UTS.
Dan jangan lupa semangatin aku terus supaya rajin update.. hehe.
Annyeong.

Nggak tau kenapa, masih takjub sama editan ini😋

Tunggu kelanjutannya😗
Stay love #TaeSo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top