our memories
sorry buat pengupload'an yang kelewat lama,, selamat menikmati :)
======++++++======
Dino POV
setelah 1 jam perjalanan akhirnya sampai juga di bandara. Disana kak Bagas berpamitan denganku, kak Dika, dan Lova.
"jaga diri ya kak" kata lova sambil memeluk kak Bagas.
"kamu juga cantik. jagain mama ama papa juga" kata kak Bagas memeluk Lova balik.
"oke kak. kalau pulang jangan lupa titipanku yah" kata Lova melepaskan pelukannya.
"siip. bakal gue beli'in 5 deh kalo perlu" kak Bagas kemudian mencium puncak kepalanya Lova.
"udah deh sana pergi, ketinggalan pesawat ntar" kata kak Dika.
"iya..iya.., kayaknya seneng banget sih kalau gue pergi" balas kak Bagas dengan mimik muka sedih.
"haaha.. iyalah. kalau kak Bagas pergikan kota ini jadi damai dan tenang. Sungguh kasihan warga jogja yang harus menampungmu kak. haha" ledekku sambil tertawa dan di ikuti oleh suara tawa dari kak Dika dan Lova .
"wah..sialan loe dinosaurus. Gak gue restuin loe pacaran ma adik gue" kata kak Bagas ngambek.
"terserah. yang penting kan restu dari om Tommo dan tante Ella.week" jawabku spontan sambil tertawa.
"Nah itu Din masalahnya. emangnya setelah papa sama mama ngasih restu, terus Lovanya mau apa pacaran sama situ??" kata kak bagas santai sambil tersenyum jahil kepadaku.
ahh.. sialan. Ni orang beneran tau cara bikin orang speechless. Dan napa juga tadi aku pake acara ngomong kayak gitu. Mampus deh, malu kan ama Lova. haduuhh, mau di taruh mana nih muka.
"y..yaa.. it..ituu..." balasku sambil melirik kearah Lova yang terlihat merah padam karena percakapanku dengan kak Bagas.
"udah..udah.. pada ngapain sih. sana deh kak pesawatnya juga dah mau berangkat" kata Lova sambil mendorong kak Bagas pergi.Dan akhirnya kak Bagas nurut juga buat pergi dan ngucapin salam perpisahan dan berbye ria dengan kami.
"yaudah ayo pulang" kata kak Dika kepadaku dan Lova.
kemudian kami kembali menuju kearah mobil kami berada. Kamipun masuk kedalam mobil dan mengambil tempat duduk yang sama seperti semula. kak Dika di kursi kemudi, aku dan Lova di kursi belakang.
"wow... berasa jadi sopir taxi deh gue" kata kak Dika melihat kearah kami berdua.
"haha.. ya udah sini gue aja yang nyetir kak kalo gitu" kata Lova sambil tertawa.
"Gaya banget loe pake sok-sok'an mau nyetir, emang situ bisa apa nyetir mobil?" tanyaku pada Lova.
"hah.. Loe belom leat aja keahlian gue ngendarain mobil" jawab Lova menyombongkan diri.
"percaya deh. Loe emang ahlinya ngendarain mobil dari kursi penumpang. haha" kataku kemudian sambil tertawa. Lova..Lova semua orang didunia juga tau kalau kamu enggak bisa nyetir mobil. haha
"huuaaa.. sialaan loe ya!!" teriaknya sambil mukulin lengan tanganku."berhenti tertawa!! kak Dika tukar posisi sini!!biar gue yang nyetir terus gue masukin kejurang ni anak!" lanjutnya lagi sambil terus mukulin aku. Kak Dika hanya tertawa sambil bergeleng -gelek kepala.
"udah deh kalian berdua diem atau kalian mau gue masukin jurang" ancam kak Dika sambil menyalakan mesin mobil.
"Dino tuh yang mulai duluan!!" kata Lova sebal sambil melipat kedua tangannya di dada dan memaandang garang kearahku.
"gue kan cuman ngomong jujur. situ kan emang gak bisa nyetir" balasku sambil menjulurkan lidah kearahnya.
"Dasar ABG!" kata kak Dika sambil terus fokus pada jalan yang didepan.
"shut up!!" kataku dan Lova bersamaan.
Kak Dika hanya tersenyum rese kepada kami berdua. Aku dan Lova memang gak suka di katain ABG, apalagi kalau yang ngomong itu kak Dika atau kak Bagas. Karena kakak kami berdua selalu menganggap kami itu masih kayak anak kecil yang labil. Padahal menurutku mereka berdua enggak kalah labilnya dari kami.
(Thousand years)
‘I have died everyday waiting for you
Darlin' don't be afraid I have loved you for a Thousand years
I'll love you for a Thousand more
And all along I believed I would find you
Time has brought
Your heart to me I have loved you for a Thousand years
I'll love you for a Thousand more’
Terdengar lagu Thousand years mengalun di dalam mobil. Yupp, kak Dika nyalain radio di mobil sekarang. Dan tanpa sadar Lova ikut melantunkan lagu tersebut. Suaranya tetap merdu seperti biasa bahkan sekarang aku merasa suaranya bagaikan nyanyian dari surga. begitu indah.
"apa?" tanyanya dengan dahi berkerut.
Tanpa kusadari ternyata dari tadi aku memandanginya yang sedang bernyanyi dan sekarang dia balik memandangiku bingung. Ya tuhan, bagaimana bisa aku terpesona oleh suaranya!!
"Loe... berisik!!" jawabku spontan. jujur aku enggak tahu harus berkata apa. enggak mungkin juga aku harus bilang 'wow suara loe keren banget!!!'.
"Bodo' " balasnya sambil terus bernyanyi dan semakin ngerasin volume suaranya.
Dan itulah Lova, semakin di bilangin dia bakalan semakin menjadi. Aku hanya bisa tersenyum sambil mengalihkan pandanganku kearah jendela.
Sambil mengingat – ingat sifat konyolnya Lova dan semua tingkah lakunya yang lucu, aku malah jadi keinget percakapanku dan kak Bagas tadi waktu dibandara . Dan satu yang masih ngganjal yaitu kata - kata kak baga yang 'Nah itu Din masalahnya. emangnya setelah papa sama mama ngasih restu, terus Lovanya mau apa pacaran sama situ??'.
Nah loh? apa maksudnya kak bagas itu kalau lova udah gak cinta sama aku. Ga boleh!! Lova hanya boleh cinta sama aku!! Masak segitu mudahnya Lova move on!! Ini gak boleh terjadi!! seketika aku langsung menoleh kearah Lova yang sedang asyik maaenan hape sambil nyanyiin lagu 'call me maybe', udah ganti lagu ternyata.
"apa??" tanya Lova bingung ketika melihatku memandanginya lagi. "mau bilang suara gue berisik lagi??"
"enggak kok, gue cuman mau bilang kalau suara loe keren, hehe.. berisik tapi keren” kataku sambil nyengir kuda dan ngacungin dua jempol.
Setelah mendengar kata – kataku tersebut dia hanya mengernyitkan dahinya sambil menatapku bingung. Kemudian dengan tiba – tiba dia menempelkan telapak tangannya ke keningku. Aku beneran gak ngerti apa yang sedang dia lakukan.
“loe sakit yak?” katanya sambil membolak balik telapak tangannya yang masih menempel di keningku.
“enggak! Loe ngapain sih??” tanyaku sambil menyingkirkan tangannya dari keningku. Terserah kalian percaya atau enggak ni ya, sejak dia nempelin tangannya ke keningku entah kenapa tiba – tiba detak jantungku jadi cepat gak karuan. Oh tuhan, apa jangan – jangan aku beneran sakit nih?? Apa ini tanda – tanda orang yang kena serangan jantung?? Apa aku sakit jantung?
“habisnya loe aneh sih. sejak kapan loe muji suara gue sambil ngacungin jempol? Dua lagi!” katanya dengan ekspresi gak percaya.
“loe tu yang aneh. Kalau gue ngehina suara loe, loenya marah, sekarang dipuji malah ngatain orang sakit” kataku juga dengan ekspresi tidak percaya. “yasudahlah lupakan” lanjutku.
Setelah itu suasana jadi hening sesaat sampai kak Dika memecah keheningan dengan berkata pada Lova kalau mamaku minta agar dia mau mampir kerumah. Sebelumnya aku kira kalau Lova bakalan nolak, tapi ternyata dia dengan ekspresi senang mengiyakan saja permintaan tersebut. Dan entah kenapa aku juga jadi ikutan seneng, bahkan sekarang aku malah tersenyum bahagia dengan hati yang sangat lega.
Setelah sampai di halaman rumah, kak Dika langsung keluar dari mobil sambil berkata padaku agar mengajak Lova masuk. Kemudian aku melihat Lova sedang membuka pintu mobil disebelah kirinya namun dengan sigap aku menutupnya kembali sambil berkata “bentar, gue bukain” tanpa memperdulikan ekspresi bingung Lova, aku kemudian membuka pintu mobil disebelah kananku lalu berlari mengitari mobil dan dengan gentleman membukakan pintu untuk Lova sambil memberikan senyuman termanisku. Kukira dengan begitu Lova bakalan tersanjung dan senang, namun apa? Dia malah keheranan dan kebingungan sambil menatapku ngeri dan setelahnya dia malah keluar lewat pintu diseberang sana.
“heii..!!” protesku padanya ketika melihatnya keluar dari mobil.
Apa-apaan sih ni anak?? Aku kan cuman mau buat dia seneng dan menunjukan bahwa aku peduli ma dia. Namun kenapa dia malah ngeri lihat aku kayak gini.
“Loe napa sih din ?? aneh banget dari tadi! Nyeremin tau gak?” katanya sambil berlalu dari hadapanku dan menuju pintu masuk rumahku.
“nyeremin gimana?? Gue kan cuman mau bersikap sopan aja sebagai tuan rumah” kataku sambil menyusulnya.
“Tuan rumah yang sopan ha?? gak usah deh mendingan, Gue serem kalau leat loe baik kayak gitu” katanya sambil berhenti dan menatapku penuh curiga.
Kemudian aku hanya menatapnya sambil menarik nafas yang panjang dan membuangnya kembali. “terserahlah” kataku pasrah sambil berlalu meninggalkannya di ruang tamu.
“hei! Loe mau kemana??” tanyanya sambil menyusulku.
“mo kekamar, tidur” jawabku acuh sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarku.
“kok ninggalin gue gitu aja? Gue kan tamu dirumah loe?” katanya dengan nada sedih.
Ya tuhan, kenapa engkau menciptakan manusia rumit kayak gini si?? Kalau sudah seperti ini apa yang bisa aku lakukan sekarang?? Mana bisa aku ngacuhin dia kayak gitu?? Kemudian aku berbalik buat nyamperin dia.
“baiklah, gue bakalan nganter loe ke mama karena yang pengen ketemu itu mama, setelah itu gue tinggal. Oke?” kataku padanya sambil melipat kedua tanganku didada.
“loe tinggal?? Emangnya loe mau pergi kemana??” tanyanya penasaran.
“gue mau kekamar. Tidur. Capek. Banget” jelasku frustasi.
“oh” katanya singkat sambil mengangguk.
Setelah itu aku langsung pergi menuju dapur tempat dimana mama berada. Jangan bilang aku dukun atau seorang cenayang karena dengan tiba – tiba aku tahu dimana mamaku berada. Sebenarnya dengan mencium aroma telur dan pandan yang sangat berbau, aku sudah tahu kalau mama sedang di dapur membuat kue. Yahh hobbi baru seorang ibu rumah tangga, membuat kue.
Setelah sampai di dapur aku melihat mamaku sedang sibuk dengan adonannya hingga tidak menyadari kedatangan kami.
“mah” panggilku.
“ oh hai sayang, Lova mana??” tanya mama sambil menuangkan tepung ke mixer.
“halo tante, apa kabar?” tanya Lova sambil tersenyum riang.
“Lova sayang, akhirnya kamu main juga kesini. Tante kangen sama kamu” kata mama sambil meninggalkan apapun yang tadi di kerjakannya dan kemudian berjalan kearah Lova dan memeluknya. Setelah itu mama mencubit kedua pipi lova yang cubby. “tambah cantik saja kamu lov” kata mama melepaskan cubitannya.
Lova hanya tersenyum mendengar pujian mama dan kuyakin juga kesakitan karena cubitannya mama. Membayangkan betapa sakit cubitan mama aku kontan saja tertawa. Kemudian mama dan Lova memandangku bingung namun tawaku semakin menjadi ketika menyadari ada tepung yang menempel di pipi kanan dan kirinya Lova. Aku yakin tepung itu ada karena tangan mama yang tadi mencubit pipinya.
“napa si loe??” tanyanya bingung.
“bedak loe keren banget haha” jawabku sambil masih tertawa. Ekspresi bingungnya lucu banget. Dan ketika mama menyadari apa yang lucu, mama juga ikutan tertawa sambil menghapus tepung yang ada di pipi Lova sambil bilang maaf.
“mah, apapun yang terjadi jangan biarin Lova ikutan masak, takutnya rumahnya ntar kebakaran” kataku pada mama sambil masih tertawa.
Mama hanya tertawa menanggapi omonganku sedangkan Lova dengan muka sebalnya menjulurkan lidah kearahku. Kemudian aku meninggalkan kedua wanita cantik tersebut didapur dan aku sendiri pergi kekamar. Gak mungkin juga ikutan nongkrong di dapur dengan mereka.
Setelah sampai dikamar, aku langsung mengganti pakaianku dengan kaos oblong hitam bergambar karikatur mobil balap dan celana pendek selututku. Setelah itu aku merebahkan diri di kasurku sambil mengecek beberapa pesan masuk yang belum sempat aku buka dan balas.
Wow, ternyata lumayan juga sms yang masuk. Ada 12 sms. Dua dari mama yang nanyain lova mau mampir atau enggak, tiga dari nomor yang tidak dikenal yang semuanya minta kenalan atau apalah, empat dari temen sekolah yang nanyain PR, dan tiga dari Luna yang ngajakin jalan. Aku hanya meletakkan hapeku di kasur tanpa berniat untuk membalasnya.
Kira – kira Lova sama mama lagi ngapain ya di dapur? Terakhir kali Lova masuk kedapurku dan membantu mama masak hasilnya malah berdarah – darah. Dalam sekali masuk dapur lima kali keiris pisau. Yang ke empat kali kena iris pisau dia hanya cengar – cengir nahan sakit dan sempet ngebuat seisi rumah panik. Namun dengan santai dia bilang gak papa, gak sakit dan sebagainya. Tetapi yang kelima kali dia langsung nangis dan malah membuat seisi rumah tertawa. Sumpah, itu kenangan yang sangat lucu dan konyol, tetapi itu kenangan yang sangat manis juga, karena dia mati – matian bantu mama masak hanya untuk nunjukin ke aku kalau dia gak kalah jago dari Luna soal masak. Tapi kalian tau sendirikan hasilnya. Dia gak ada apa – apanya di banding Luna soal memasak, namun aku tetap menyukainya.
Setelah gagal masak di rumahku, dia juga belajar masak dirumahnya. Dan kata kak Bagas semua masakannya berwarna hitam dan dia juga hampir membakar rumah karena kain lap yang di pegangnya dengan tidak sengaja kena api dari kompor dan terbakar, kemudian dia dengan panik membuang kain yang terbakar tersebut kedekat korden. Untung saat itu kak Bagas buru – buru nyamperin Lova dan ngeguyur kain yang terbakar tersebut dengan air. Sejak saat itu keluarganya sempat melarangnya masuk dapur meskipun itu hanya untuk ngambil kecap ataupun piring. Entahlah dia memang sering sial tapi hal itu tidak pernah membuatnya menyerah kecuali soal memasak.
Baiklah, mungkin sebaiknya aku turun kebawah buat mengecek keadaan Lova di dapur. Semoga saja dia masih utuh begitu juga dengan dapurku.
Setelah sampai didapur aku lihat masih aman – aman saja. Meskipun agak berantakan dengan tepung disana sini dan beberapa cangkang telur yang di buang sembarangan dilantai. Ya tuhan, kenapa mama bisa ikutan jorok kayak Lova sih.
Mereka berdua asik banget ngobrolnya hingga gak sadar kalau aku sedang berdiri di belakang mereka. Mama memang sangat menyukai Lova yang periang dan selalu ngebuat orang tertawa karena tingkah bodohnya yang polos.
“Lova tolong ambilin cetakan kue di lemari bagian atas” kata mama pada Lova.
“biar aku aja mah yang ngambil, Lova kan gak nyampe. Manjat kursi ntar malah jatuh lagi dia” kataku sebelum lova menjawabnya.
“sejak kapan loe disini?” tanya Lova padaku.
“sejak tadi, udah awas minggir, biar gue aja yang ngambilin” kataku padanya.
“heiii..stop!! loe gak denger kata mama mu? Dia minta tolonngnya sama Lova bukan Dino!!” kata Lova sambil menarik bagian belakang kaosku agar aku tidak bisa maju lagi untuk mengambil kursi buat manjat.
“ntar loe jatuh Lova” kataku sambil menoleh kebelakang.
“ya udah loe berdiri aja di bawah, ntar kalau gue jatuh loe tingggal nangkap gue. Gampang kan” katanya santai sambil menjulurkan lidah kearahku. Mama hanya tertawa mendengar pertengkaran kami berdua.
Kemudian Lova dengan santai mengambil kursi di dekatnya dan kemudian memanjatnya. Setelah itu dengan mudah dia mengambil beberapa cetakan kue yang di minta mama. Namun namanya juga Lova, dengan tidak sengaja tangannya menyenggol tepung terigu yang sudah terbuka hingga separuh tepung jatuh dan menutupi sebagian badannya meskipun aku juga kena karena memang posisiku tepat berada di belakangnya Lova. setelah itu ternyata ada beberapa telur di lemari atas yang jatuh juga tepat di atas kepalanya. Sungguh kejadian yang gak setiap hari bisa kamu lihat. Haha..
“ya ampun Lova, kamu gak apa - apa sayang??” tanya mama dengan panik. Aku hanya tertawa melihat kejadian tersebut.
“dino, berhenti tertawa dan bantu Lova turun” perintah mama kepadaku. Aku hanya mengangguk dan masih tertawa terbahak – bahak.
Kemudian aku memegangi tangan lova dan dengan hati – hati dia turun dari kursi dengan selamat. Setelah dia berhasil turun dari kursi, aku melihat muka dan badannya yang penuh dengan tepung dan telur, benar – benar berantakan. Sumpah lucu banget. Haha..
“tante, maafin Lova undah ngebuat dapur tante berantakan huhu” kata Lova sambil tertunduk.
“udah jangan pikirin dapur tante, tapi kamu gak apa – apa kan??” tanya mama sambil membersihkan muka Lova yang berlumuran tepung dengan handuk.
Lova hanya menggeleng, kemudian mama malah tertawa melihat muka Lova yang sangat lucu dan berantakan. Begitu juga denganku yang dari tadi tidak bisa menyetop tawaku.
“yah, tante kenapa ikutan ketawa??” tanyanya bingung.
“Lova – Lova kamu itu beneran suka bikin orang jantungan ya? dulu tangan kamu yang keiris sekarang malah badan kamu yang kena telur dan tepung” kata mama sambil tersenyum.
Lova hanya tersenyum malu mendengar kata – kata mama.
“ya tuhan, Lova ulang tahun yah?” kata kak Dika yang barusan masuk ke dapur.
“sial ya ulang tahun dua kali” kata Lova sambil tersenyum pasrah dengan apa yang terjadi dengannya.
“Dino, antar lova ke kamar mandi buat bersihin diri dan Dika bantu mama bersihin dapur” kata mama menyuruhku dan kak Dika.
Kemudian aku menarik tangannya Lova agar mengikutiku. Dan kulihat kak Dika dan mama sedang bersihin dapur yang super berantakan.
“seneng loe ya lihat gue blepotan kayak gini” kata Lova sebel ketika melihatku masih saja tertawa ketika melihat wajahnya.
Kemudian aku berhenti untuk memandanginya dari atas sampai bawah. “loe emang gak bisa ya akur sama dapur? Tiap kedapur pasti ada aja yang terjadi” kataku sambil tersenyum kepadanya dan membersihkan rambutnya dari cangkang telur.
“entahlah, gue juga gak tahu kenapa dapur begitu membenciku”katanya berlagak sedih.
Aku hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Bisa gak sih tuhan, sekali saja dia gak kena sial.
“terima nasib saja” kataku sambil tertawa ringan.Diluar dugaan, dia malah ikutan tertawa.
“aku benar – benar merasa jadi cewek tersial didunia” katanya sambil tersenyum pasrah.
“ayolah, itu tadi menyenangkan” kataku mencoba menghiburnya.
Dia hanya menggeleng sambil tersenyum kemudian berjalan kemabali menuju kamarku. Setelah sampai di kamarku, aku memberinya kaos biruku bergambar elvis presly untuk di pakainya dan memberinya rok mini milik sepupuku yang dulu pernah ditinggalnya dikamarku.
“nih. Sana mandi, loe bau telur. Loe pake kamar mandi di kamar gue aja, gue pake kamr mandi di luar. Di kamar mandi udah ada handuk bersih, tinggal pake aja” kataku sambil menyerahkan pakaian yang kupinjamkan kepadanya.
“oke, thanks” katanya singkat kemudian dia pergi kekamar mandi.
Setelah dia masuk kekamar mandi, aku langsung saja menuju cermin yang ada di kamarku. Teryata aku juga tidak kalah kotor dari Lova, rambut dan kaos hitamku juga berlumuran tepung. Lova – Lova, kenapa kalau sial kudu ngajak – ngajak orang sih.
Kemudian aku mengambil baju bersih dan setelah itu aku pergi kekamar mandi yang berada di luar kamarku. Setelah selesai mandi dan membersihkandiri aku langsung masuk kekamarku. Di kamarku aku melihat Lova sedang duduk di lantai sebelah tempat tidurku sambil memegang hpku serta ada beberapa buku berserakan disekitarnya. Sebenarnya apa yang dia lakukan si??
“lagi ngapain sama hape gue?” tanyaku mendekat kearahnya.
“dino” katanya kaget. “oh, ini.. emm..,pinjem buat miscall hape gue, gue lupa naruh hape gue hehe” jawabnya sedikit gugup.
“lha itu yang loe pegang di tangan kiri loe itu bukannya hape loe?” tanyaku lagi sambil duduk disebelahnya.
Kemudian dengan panik dia menoleh ketangan kirinya. Dan ketika menyadari bahwa dia memang memegang hapenya dia langsung berkata “ketemu” sambil cengar – cengir.
Aku hanya tertawa ringan dengan salah tingkahnya dia. Dasar ni anak memang gak ada habisnya buat orang ketawa. Kemudian aku mulai membuka buku – buku yang ada di lantai di dekatnya Lova dan ternyata itu adalah buku tugas matematika dan fisikaku.
“soal buku – buku itu, itu tadi pada jatuh ya udah aku taruh di sini saja” katanya ngeles.
“oh begitu, padahal tadinya gue kira loe mau minjem buku – buku ini” kataku santai sambil menutup kembali buku tugasku.
“emang boleh gue pinjem??” tanyanya dengan mata berbinar – binar.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum geli pada ekspresi mukanya yang gemesin.
“serius??” tanyanya lagi dan kali ini muka shocknyalah yang Nampak.
“iya, bawa aja kalau mau” kataku sambil tertawa ringan.
“sumpah loe baik buanget dino!!” teriaknya sambil memelukku.
Kali ini akunya yang shock gara – gara dipeluk Lova dengan tiba – tiba. Meskipun Lova sudah melepaskan pelukannya, aku masih saja shock dan mematung. Apa lagi yang terjadi denganku??
“wah, kalau begini tugas – tugas gue bakalan kelar semua” ucapnya sambil menatap kagum pada buku – bukuku. Aku hanya menatapnya heran sambil tersenyum geli.
“Dino, loe masih nyimpen ini??” tanyanya padaku sambil nunjukin album foto.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum mengingat kalau itu adalah album foto – foto kami dulu. Lova dulu menghadiahkannya padaku waktu kami masih pacaran.
“iyalah masih gue simpen. Apa loe gak inget kalau dulu loe ngancem bakalan ngebunuh gue kalau berani ngebuang album foto itu?” tanyaku padanya sambil berlagak sebal.
“gue kan dulu cuman bercanda Dino. Masak iya gue ngebunuh orang” katanya cemberut sambil membuka foto – foto di album tersebut.
“gue tau” kataku singkat sambil tersenyum.
“terus kenapa masih loe simpen??” tanyanya penasaran sambil memandangku.
“ya karena disana ada foto – foto gue, kalau isinya foto loe semua ya bakalan gue bakar” kataku sambil tertawa.
“jahat loe” katanya sebal sambil memukul lenganku dengan album foto tersebut.
“hei, ntar rusak albumnya” kataku sambil memegangi tangannya.
Kemudian dia hanya tersenyum sambil kembali melihat foto – foto kami dulu. Sangat kangen masa – masa dimana dia memanggilku sayang dan saat – saat dia ketakutan ketika nonton film horror dan kemudian dia bakalan mulai tertawa ketika menyadari ekspresi ketakutannya yang super lebay. Aku benar – benar merindukan saat – saat bersamanya.
Setelah itu kami hanya memandangi foto – foto kami berdua sambil membaca tulisan – tulisan yang lova tuliskan disisi foto kami. Kami berdua seakan mengulang kembali memori yang ada dalam foto tersebut. Kami tertawa bersama menertawakan satu sama lain bahkan menertawan diri kami masing – masing. Aku harap waktu dapat berhenti disini, dimana Aku dan Lova tertawa bersama dan merasakan rasa yang sama.
======+++++======
Maaf yang sebesar – besarnya buat semua yang udah nunggu lama buat cerita ini. Dan makasih buat semua support yang bener – bener berarti dan ngebuat aku pengen nulis dan nyelesain ni cerita (semoga bisa secepetnya)
Next chapter masih belum tau kapan, minta doanya saja ya semoga di dunia nyata semua berjalan lancar.
Love you all :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top