don't replace me
haloooha... balik lagi nih setelah sekian lama banget gak update :D
enjoy :)
===========++++++++=============
Dino POV
Sepertinya hari ini aku berangkat kesekolah kepagian. Tempat parkir saja masih sepi senyap seperti ini. keadaan sekolahpun masih sunyi. Padahal ini juga sudah jam 06.40, dasar anak sekoah jaman sekarang.
"dino!! Tunggu!" teriak seseorang kepadaku.
Seketika aku berblik dan mendapati seorang cewek sedang lari kearahku.
"hai Dino" ucapnya sambil tersenyum kepadaku. "masih ingat aku kan?"
Siapa ya? Sebenernya mukanya si gak asing, tapi aku lupa siapa dia. Yang pasti dia adalah salah satu cewek yang dulu pernah ngejar - ngejar aku waktu pas pensi. Tapi siapa ya? Jena? Lena? Siana? Oh vina. Iya sepertinya namanya Vina.
"Vina?" kataku tidak yakin.
"aku Gia dino,bukan Vina. Masak lupa sih?"
"bercanda. Aku ingat kok Gi. Ada apa?" kataku ngeles.
"cuman mau nyapa doang" katanya sambil tersenyum malu-malu.
"oh. Oke. Hai" ucapku bingung. Cuman mau nyapa doang?
"dan..." lanjutnya tiba-tiba. Aku hanya diam menunggu dia melanjutkan ucapannya.
"Dan aku juga pengen tau, apakah kamu mau datang ke prom bareng aku?"
Prom?? Oh iya, dua hari lagi kan udah prom. Dan bagaimana akhir tantanganku ma Lova?
Kalau aku pergi ma Vina, eh bukan, Gia maksudku, sepertinya juga tidak memalukan dan mungkin aku bakalan menangin tantangan. Gia cantik, putih, kelihatan pintar dan anggun. Tapi kenapa aku jadi ingin batalin tantanganku ma Lova ya?
"Dino gimana?" tanya Gia nunggu jawabanku.
"oh, itu.. ntar deh gue kabarin. Gue ke kelas dulu ya" kataku sambil meninggalkannya. Tau ah mau jawab apa.
"tapi dino..."
"Bye" ucapku padanya sambil memperlihatkan senyuman manisku.
Setelah baru berjalan beberapa meter, aku mendengar beberapa cewek yang berada di depanku sedang asik ngrumpi'in Lova. Dengan pelan - pelan aku berjalan dibelakangnya sambil nguping apa yang mereka bicarakan.
"tau tuh, bisa banget si dia. Pacarnya ganteng - ganteng di atas standart" ucap cewek berambut pendek.
"iya ya, dulu Dino. Sekarang cowok ganteng yang tadi nganterin dia sekolah. Beruntung banget sih dia jadi cewek" kata cewek yang memakai hiasan kepala yang super alay.
"iya sih, padahal dia kan bodoh dan suka malu-maluin dirinya sendiri. Cantikan juga gue" kata cewek yang lainnya.
"ayolah jika Lova tidak secantik dan sepintar itu. Kenapa juga kalian harus iri sama dia??" ucap Abel yang tiba - tiba datang entah dari mana. "Lova keren lagi" lanjutnya sambil mengedipkan mata kearahku.
Seketika aku langsung berhenti ditempat. Apa maksud dari kedipan matanya Abel tadi?? Dan sejak kapan Abel belain Lova gitu? Terakhir aku lihat mereka musuhan dan itu juga karena aku. Ternyata sumber masalahnya Lova semua berasal dariku.
Eeh, ngomong - ngomong tadi mereka bilang kalau Lova tadi di antar ama cowok ganteng. Siapa emang? Kak Bagas? Tapi kan dia baru balik jogja kemarin. Apa jangan - jangan si Aga? Aacchh. Sial!! Pasti dia.
"hei Dino! Ngapain loe masih disini??" ucap Geri temen sebangkuku yang tiba-tiba memukul pelan pundakku.
"ah, enggak. Sendirian? Cewek loe mana?" tanyaku padanya.
"Dia gak bareng gue. Tadi di anterin ma nyokapnya dia. Eh, pinjem tugas Matematika dong, belum buat gue"
"tugas matematika?" tanyaku bingung.
"dud!! Don't say that you forget about it! Come on" katanya panik.
Mana mungkin aku lupa sama tugas. Tapi sepertinya tadi malam aku gak masukin buku tugasku deh. Dimana ya??
Kulirik Geri yang sedang panik menunggu jawaban dariku. Ah, ekspresinya ikutan bikin orang panik!
"Lova" ucapku spontan ketika melihat Lova sedang distop sama Dicky cowok blesteran kanguru sama wayang, maksudku australia sama jawa.
"lova?" tanya Geri bingung kepadaku.
"oh, maksudku bukuku dibawa Lova" jawabku tanpa pikir panjang. Tapi kan emang dibawa Lova kemarin. Kenapa bisa lupa sih.
"kalian balikan lagi??" tanyanya penasaran.
Pengennya sih iya. "enggak"
Kemudian aku menyeret Geri untuk mengikutiku menuju tempat dimana Lova dan Dicky berada. Penasaran juga dengan apa yang mereka lakukan.
Dicky adalah cowok yang cukup keren disekolah. Kapten tim basket dan juga anak band. Tampang juga oke, secara muka campuran sana sini. Banyak sih yang suka sama dia. Tapi tetep kerenan gue kemana - mana.
"Lova" ucapku padanya.
Kemudian Lova berbalik kearahku. Kangen juga sama ni wajah. Padahal baru ketemu tadi malem.
"oh Dino, ada apa??" tanyanya.
"buku tugas matematika Lov" ucap Geri to the point.
"eh loe berdua tau gak sih gue sedang ngomong ma Lova!! Gak usah ganggu!!" bentak Dicky padaku dan Geri.
"Loe tu yang gak usah ganggu!! Gue gak ada urusan ya ma loe ya!!" benatak Geri balik sambil ngacungin telunjuknya kearah Dicky.
Saran aja ni ya, gak usah deh main api sama orang yang belum buat PR. Bisa - bisa senggol dikit langsung bacok. Apalagi kalau itu Geri. Haha..
"urusan gue ma love lebih penting tau!! Ketimbang buku gak jelas loe itu ya!!" bentak Dicky gak terima.
What?? Buku gak jelas?? Berani banget dia ngehina hasil kerja kerasku.
"heii!! Stop!!stop!! Ngapain sih pada berantem!! Kayak cewek pada PMS aja dehh!!" teriak Lova.
"Dicky, gue bilang enggak!! Gue gak mau ke prom bareng loe. Gue dah punya cowok!! Ngerti!!!" ucap Lova tegas pada Dicky.
Ceetaarrrr!! Lova dah punya cowok?? Bercanda ni anak pasti!!
"Geri, ini bukunya dino" Lova memberikan buku tugasku kepada Geri.
"Dan Dino. Makasih buat bukunya" ucapnya padaku sambil tersenyum.
"buat kalian bertiga. Bye!" ucapnya sambil melenggang meninggalkan kami bertiga.
"tapi Lova.." kata Dicky pada Lova yang sudah terlanjur pergi.
"haha.. Kasian deh loe di tolak. Haha" ledek Geri pada Dicky.
"diem loe ger!!" bentak Dicky pada Geri.
Bodo amat ama yang lagi berantem. Ini saatnya aku buat ngejar Lova dan minta penjelasaan tentang ucapannya tadi.
Dan tanpa basa basi aku langsung meninggalkan mereka dan menyusul Lova yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Lova!" panggilku.
Kemudian Lova berhenti dan berbalik kearahku.
"dino? Ada apa?" tanyanya.
Jawab apa coba? Berpikir!! Ayo Dino cari topik! Gak mungkin juga langsung nanya to the point ma Lova. Ntar malah ngiranya aku cemburu. Meskipun iya.
"oh..itu Lov, emm.. Baju loe masih di gue" akhirnya dapet juga alesan.
"oh iya udah, ntar deh gue ambil. Dan baju loe yang kemarin juga masih di gue"
"oh ya udah, ntar gue ambil juga deh kerumah loe"
Mendengar ucapanku barusan, Lova hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepala dan kemudian kembali berjalan menuju kelasnya.
Apanya yang lucu sih??
"Lova, Dicky ngajakin loe ke prom?"tanyaku sambil berjalan disebelahnya.
"iya" jawabnya singkat.
"kok bisa??" tanyaku bingung.
"eh! Maksud loe dengan 'kok bisa' apa'an??" tanyanya gak terima.
Yah. Ni anak pasti ngiranya aku sedang meremehkannya. Negative thinking terus sih ni anak sama aku.
"gak gitu Lova. Maksud gue kan, dari dulu si Dicky kayaknya anti banget sama loe. Dia bahkan dulu pernah ngehina loe di panggung waktu band nya manggung"
"itu juga gara-gara loe tau!" katanya sebel.
"lha apa urusannya ma gue?" tanyaku bingung..
"Dino. Loe tu bego atau apa sih?! Loe sadar gak sih kalau si Dicky itu nganggep loe saingan terbesarnya!! Dan berhubung dulu gue cewek loe, gue juga kena batunya!" jawabnya.
Saingan? Sebenernya Lova ngomongin apa sih?
"serius gue gak ngerti maksud loe" kataku jujur.
Kemudian Lova menghela nafas panjang dan kemudian mulai menjelaskan maksudnya.
"Garis besarnya sih dia iri ama kekerenan, ketampanan dan kepopuleran loe di kalangan cewek-cewek dan guru-guru"
"jadi menurut loe gue keren, tampan dan populer??" tanyaku sambil menahan tawa.
"emang gue bilang gitu?? Orang gue bilangnya loe tu jelek, kuper n culun wekk. Salah denger loe tadi" katanya ngelak sambil menjulurkan lidah kearahku.
"hahaha.. Dah pinter ngeles ni ye" ledekku sambil tertawa.
“tau ah” katanya bete. “udah deh sana pergi!! Suka banget gangguin gue!!”
Ya sukalah. Muka sebel dan betenya situ kan lucu banget. Hihi. Dasar Lova.
“ceileh, gitu aja ngambek. By the way, dah dapet cowok belum?? Dua hari prom lho, masih ingat tantangan kita kan?” kataku sok santai.
Ya paling enggak itu pertanyaan yang gak begitu kelihatan kalau sebenernya aku penasaran berat sama yang tadi dia omongin ke Dicky. Jawab belum plis!!
“udah dong” katanya tak kalah santai dengan senyuman yang merekah bagaikan bunga mawar yang baru mekar.
JLEEB!! Udah dia bilang?? Serius nia anak?? Dilihat dari ekspresinya, dia bagaikan seorang pemain poker yang siap ngeluarin 4 kartu King buat ngebom aku, dan kartu pokerku sendirilah yang membunuhku. Oh tidak!!
“dah siap kalah belum?? Gue yakin deh kalo loe belum dapet satu cewekpun. Saran nih ya, makanya jadi cowok gak usah sok pilah pilih, sekalinya banyak pilihan malah pusing kan?? Ironis ya.” lanjutnya lagi dengan nada sombong.
“ngomong apa loe barusan?” tanyaku gak percaya. Sejak kapan sih lova bisa berpidato kayak gitu? terus dia kiranya aku kayak gitu gara – gara siapa?? Andai dulu kita gak putus juga aku gak bakalan sok – sok’an tebar pesona sana sini dan gak bakalan pilih ini itu. Sial!!
“nothing” jawabnya santai sambil berlalu gitu aja.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pelajaran pertama berlangsung dengan membosankan. Aku gak peduli dengan semua rumus yang guru matematikaku berikan karena nyatanya memang aku sudah hafal semua rumus diluar kepala. Jenius?? Percayalah ini gak sesulit yang kalian bayangkan.
Baiklah, sebenarnya aku muak berada disini. Apalagi setelah apa yang Lova katakana. Dia udah punya cowok dan yang hanya bisa aku lakukan adalah duduk manis dikelas sambil dengerin guru ngomongin rumus dan rumus. Aku yakin jika hal ini terjadi di film – film drama romantis, sang cowok pasti akan lari keluar kelas tanpa memperdulikan lagi guru yang ngoceh. Kemudian dia akan pergi nyamperin tu cewek dikelasnya dan langsung berpidato ria di depan teman – teman beserta guru yang mengajar di kelas cewek tersebut. Dan di saat itulah sang cowok bakalan bilang ‘I Love You’ di ikuti tangis haru dari sang cewek dan tepuk tangan dari semua orang yang ada disitu. Bahkan sang cowok tidak memperdulikan lagi nasib nilainya karena sudah menginterupsi dua guru yang sedang mengajar sekaligus. Mengesankan.
Tapi ayolah!! Cinta tidak semudah itu. Aku juga gak mungkin ninggalin kelas kemudian berlari menuju kelasnya Lova dan bilang cinta sama dia didepan teman sekelasnya. Gak sesimpel itu kurasa. Begitu banyak yang pengen aku ungkapin dan kukatakan kepadanya. Bahkan kurasa dua jam pelajaran plus jam istirahatpun gak cukup buat ngomong cinta sama dia. Atau mungkin aku memang seorang pengecut??
Namun apa yang bakalan aku lakuin kalau dia memang udah punya pacar dan sudah cinta mati ma cowoknya. Apa yang bisa aku lakukan? Melihatnya bahagia dan membiarkan diriku sendiri menderita atau dapatkah aku memperjuangkan cintanya kepadaku yang sudah hilang entah kemana?
Tuhan, ini adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan.
===============+++++++++++++++===============
maaf ya updatenya sedikit. hanya segini yang bisa aku tuangin dalam layar putih di lepiku. selese chapter ini pun juga karena udah muak leat tugas yang gak kunjung kelar :( *hiks
btw moga gak bosen bosen baca n nungguin ni cerita ya :)
thanks buat semua yang udah vote, commen, ngasih masukan, ngasih saran, ngasih support, yang udah ngefollow juga makasih banyak,,
love you all :* muuuuaaaacchhhh :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top