5. Bertemu Kembali

"Apakah Tuhan memberikan kesempatan untuk dekat dengannya? Aku bingung."

***

Aubri sudah mengerjakan semua tugas sekolahnya dengan cepat, agar ia bisa beristirahat.

Aubri sedang bosan, saat ini ia tengah berada di kamarnya. Aubri hanya rebahan di kasur tanpa ada kegiatan apapun. Di telinganya tercantik earphone sembari memejamkan matanya menikmati setiap lagu yang terputar.

"Bilakah dia tahu, apa yang telah terjadi, semenjak hari itu, hati ini miliknya," Aubri menyanyikan lirik pertama lagu Kahitna yang berjudul andai dia tahu.

Lagu itu membuatnya teringat dengan seseorang yang dulu pernah ia dambakan. Aubri mencintai seseorang itu secara diam-diam, tidak ada yang tahu. Aubri menyimpannya sendirian.

Ingatan tentang seseorang itu, terlintas jelas di pikiran Aubri. Aubri menekan tombol skip pada lagu yang baru saja terputar. Aubri tak mau mengingat akan hal itu lagi.

Mencintai seseorang dalam diam dan hanya bisa melihatnya dari jauh. Itu yang dilakukan Aubri sewaktu dulu. Bisa dikatakan cinta pertama ketika masa remaja.

***

Aubri memutuskan untuk bersepeda, langit tampak cerah dan berawan. Cuaca tak terlalu panas, sangat tenang untuk sekalian berolahraga ringan.

Hanya mengitari daerah sekitaran rumah saja. Setelah dirasa cukup, Aubri beristirahat di pinggir jalan dan duduk di atas trotoar.

"Untung aja gue bawa minum tadi." guman Aubri dan mengambil minumannya.

Aubri kelihatan kelelahan setelah bersepeda. Tidak lupa mengelap keringat yang terus mengucur tanpa henti.

Memainkan ponselnya sebentar, tanpa ia sadari ada seseorang yang berada di hadapannya. Beberapa menit, saat Aubri menyadari ada hal yang tidak beres. Aubri mendongakkan kepalanya.

Dia? batin Aubri yang terkejut melihat orang di hadapannya.

"Hai, masih ingat gue?" tanya seseorang itu-Michael.

Aubri mengangguk, "Masih," jawab Aubri yang seketika lidahnya terasa kaku untuk berbicara.

"Lo tinggal di sini?" tanya Michael lagi.

"Iya, gue emang tinggal di sini," jawab Aubri.

"G-gue duluan yah," pamit Aubri yang entah mengapa jantungnya sudah tidak normal.

"Tunggu ...."

"Iya ada apa?" tanya Aubri yang bingung.

"Gue boleh minta nomor lo?" tanya Michael hati-hati.

Deg

Tubuh Aubri mendadak kaku, ucapan Michael membuatnya terkejut bukan main. Dulu harapan itu pernah singgah di pikiran Aubri, tapi itu tidak mungkin terjadi. Tanpa diduga, setelah beberapa tahun berlalu, harapan itu terkabul. Apakah aku masih bisa berharap dengannya?

"Hei." Michael melambaikan tangannya di hadapan wajan Aubri.

Aubri baru tersadar setelah itu. "Iya, boleh-boleh," jawab Aubri.

Aubri mengetikkan nomor ponselnya pada ponsel milik Michael.

Aubri pun pulang meninggalkan Michael sendirian. Tujuan Aubri pergi adakah ia tidak akan tahu apakah nantinya akan berbuat hal yang tidak ia inginkan? Lebih baik ia pergi daripada malu sendiri.

***

"Kenapa dia bisa ada di sini? Bahkan gue aja enggak tahu kabarnya setelah bertahun-tahun?" guman Aubri ketika sudah di kamarnya.

Apakah gueharus berharap sama dia lagi? Tapi perasaan itu sudah lama hilang, entah sejak kapan. Ketika gue lelah berharap dan mencintai dalam diam, dia kembali? Apa akan terulang hal yang sama? batin Aubri.

"Mending gue pikirin lagi, apa gue harus peduli dengan kehadiran dia gaya enggak, huh ...." aubri memilih untuk membersihkan dirinya.

081361xxxxxx

Hai

Aubri mengecek ponselnya dan terdapat satu notif dari nomor yang tidak ia kenal. "Siapa ya?" guman Aubri yang sembari mengernyitkan keningnya.

"Jangan-jangan ...." Aubri menduga kalau itu dari Michael yang meminta nomor ponselnya tadi

Michael?

Iya

Tampak dari wajah Aubri, ia kebingungan membalas pesan. Lantas, ia hanya membacanya saja tanpa ada maksud membalas.

"Tau ah, gue bingung balasnya," Aubri yang bingung lebih memilih menonaktifkan ponselnya agar ia tidak terus berpikir bagaimana menjawab pesan dari Michael.


***

"Re, kalau misal nih cinta pertama lo waktu SMP tiba-tiba datang, lebih tepatnya enggak sengaja ketemu, gimana?" tanya Sintia yang tiba-tiba.

"Kok lo nanya gitu?"

"Iya enggak tahu random otak gue hhahha," jelas Sintia yang juga bingung akan dirinya sendiri.

"Kalau menurut gue sih enggak masalah, karena apalagi udah lama enggak ketemu. Tapi, kalau ditanya perasaan, itu udah lama terpendam dan gue udah lupain dia," jawab Rere cukup panjang.

Aubri yang mendengar topik pembicaraan itu hanya diam, ia ingin melihat respon dari teman-temannya.

"Kalau dia deketin lo gimana?" sahut Sintia.

"Jujur gue enggak tahu,' jawab Rere seadanya.

"Kalau masih cinta atau suka sih, harusnya enggak masalah kalau dia deketin gue. Selagi masih normal, gue akan oke-oke aja," timpal Aubri tiba-tiba.

Entah apa yang membuat Aubri mengatakan hal itu, setelah ia mengatakannya Aubri baru sadar dengan perkataannya.

"Kenapa lo bilang gitu?" Rere mencium ada sesuatu yang disembunyikan oleh Aubri, namun Rere tidak tahu harus mengatakan apa.

"Iya kali aja ada kesempatan yang dulu enggak kita dapetin, itu menurut gue," jelas Aubri.

***

Aubri tengah menunggu Pak Komar yang akan menjemputnya. Sudah sepuluh menit, Aubri menunggu, tetapi Pak Komar tidak kunjung datang. Aubri mencoba untuk menelfonnya berkali-kali dan hasilnya nihil.

Seorang pengendara sepeda motor dengan helm full face-nya berhenti di depan halte. Aubri mengernyitkan dahinya. Orang lain kali ya, mana mungkin gue kenal, batin Aubri. Lantas ia pun melanjutkan unyuk bermain ponsel.

"Enggak pulang?" tanya seorang pengendara tadi yang sudah membuka helm miliknya-Michael.

"Eh, lagi nunggu supir enggak dateng-dateng," jawab Aubri.

"Gue anterin yuk." tawar Michael kepada Aubri.

"Enggak usah, biar gue pesan ojek atau taksi aja,: tolak Aubri secara halus.

"Daripada pake ojek atau taksi, mending gue anter, gratis tenang aja," ajaknya lagi.

"Enggak usah, nanti ngerepotin lo," tolak Aubri lagi.

"Udah ayuk." Michael menarik lembut pergelangan tangan Aubri.

Aubri yang tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu membuatnya sedikit terkejut, namun Aubri tetap naik ke atas motor milik Michael.

Selama di perjalanan hanya ada keheningan antar keduanya, Aubri tidak mau membuka pembicaraan terlebih dulu, ia takut salah mengucapkan apa yang ada dalam pikirannya.

Aubri mengetikkan pesan kepada Pak Komar kalau ia sudah pulang duluan. Agar Pak Komar tidak menunggunya di sekolah.

Akhirnya motor yang dikendarai oleh Michael berhenti di depan rumah Aubri.

"Makasih ya," ujar Aubri berterima kasih pada Michael.

"Sama-sama."

"Lo mau mampir?" tawar Aubri ingin membalas kebaikan Michael.

"Engga, makasih. Gue duluan ya," pamit Michael yang langsung menancap gasnya.

Tere-kakak dari Aubri melihat Aubri yang pulang bersama Michael.

"Eh siapa yang mgater pulang?" celetuk Tere ketika Aubri sudah masuk ke dalam rumah.

"Apaan sih, Kak. Teman lama doang kok," jawab Aubri.

***

Hai, maaf kemarin ga update, mau double up hari ini semoga bisa ya:) maaf kalau terlalu malam

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top