17. Ada Apa Sebenarnya?

Hawa dan Rere sudah menunggu Andra dari jam tujuh hingga sekarang jam delapan lebih tiga puluh menit. Andra masih belum menampakkan wajahnya di hadapan mereka.

"Ma, kita makan dulu yuk. Nanti Mama masuk angin loh," peringat Rere.

"Kamu aja, Mama nunggu Papa kamu pulang biar sekalian makan," balas Hawa.

"Udah malam, jam makan malam udah lewat, Ma," bujuk Rere agar Hawa juga makan.

"Mama telfon papa dulu ya," izin Hawa.

Hawa bangkit dari duduknya, menekan kontak suaminya itu.

Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

Hawa hanya bisa menghela napasnya kasar. Ia pun mengetikkan pesan kepada suaminya, memberitahunya bahwa Hawa dan Rere memasak makanan kesukaannya.

Hawa pun mengiyakan keinginan Rere untuk makan malam bersama tanpa Andra.

Papa, kok enggak pulang ya. Kan kasihan makanan udah dimasak enggak dimakan, batin Rere.

Hari semakin malam, kini sudah pukul sembilan malam.

"Ma, Rere izin ke kamar ya. Mau lihat tugas kelompok udah siap atau belum," pamit Rere untuk ke kamarnya.

"Iya, sayang," jawab Hawa.

Hawa menunggu suaminya sambil menonton televisi.

Berbeda dengan Rere yang sudah di dalam kamarnya.

"Ini Papa kemana sih? Udah tadi pagi berantem sama Mama. Ini malah pulang malam, kasihan Mama enggak ada yang temenin, Rere bermonolog.

Rere mencoba menelfon Andra—Papanya. Telepon itu tersambung, namun tak kunjung diangkat oleh sang pemilik nomor. Berkali-kali Rere tetap menghubungi nomor sang Papa dan hasilnya tetap sama.

"Ih Papa kemana sih!" kesal Rere.

Dari pada pusing memikirkan sang ayah yang entah kemana tanpa kabar. Ia mengirim pesan pada grup kelompoknya.

Kelompok satu

Rere
Gimana udah pada kelar 'kan?

Zeva
Udah, tenang aja

Hana
Benar, ini lagi otw kirim

Erina
Loh kok gue enggak nulis?

Rere
Katanya udah semua? Gimana sih

Aubri
Erina, lo ada ngerjain?

Erina
Enggak ada, mereka enggak ngasih ke gue

Zeva
Kita enggak ngasih ke dia, karena pasti dia lola mikirnya. Udah enggak usah nanti dia yang ngedit-ngedit aja

Erina
Enggak ada ya, gue cuma telat mikir

Hana
Sama aja woi!

Rere
Ya udah serah kalian

Hana
Ini udah ya

Aubri
Oke, akhirnya kelar

Rere
Sip, gue baca ya kalau ada yang kurang nanti gue kasih tahu

Aubri, Zeva, Hana
Sip

***

Rere terbangun pada pukul dua belas malam. Ia merasa haus dan juga lapar. Dengan terpaksa, Rere pun beranjak dari ranjangnya.

Rere melewati ruang keluarga tampak Hawa yang tidur di sofa. Membuat Rere bingung.

Kok Mama tidur di sini? Jangan-jangan Papa belum pulang juga, batin Rere.

Rere pergi ke kamar orang tuanya dan mengambil selimut untuk Hawa. Rere takut jika membangunkan Hawa, tidur sang Mama menjadi terganggu.

Rere menyelimuti Hawa dan pergi ke dapur untuk mencari minuman dan makanan jika masih ada.

Hanya ada air putih, tidak ada pilihan.

"Yah, air doang. Ya udahlah," guman Rere pasrah.

Rere meminum beberapa gelas air. Setelah dirasa cukup, ia kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurnya.

***

"Pa, papa semalem Jan berapa pulang?" tanya Rere pada Andra.

"Jam dua belas," jawab Andra bohong.

"Pa, Papa enggak bohong 'kan? Jam dua belas Rere turun kok dan Mama masih ada di tuang tv," jelas Rere yang membuat Andra terdiam.

"Ma, mama ketiduran? Soalnya tidur di sofa aku lihat," tanya Rere pada Hawa.

"Ah iya, ketiduran, Rere," jawab Hawa.

"Kok diem Pa? Benar ya ucapan Rere?"

"Papa semalam banyak kerjaan di kantor. Banyak banget, ya enggak bisa ditinggal," jawab Andra.

"Papa tahu kita udah masak menu kesukaan Papa dan Papa enggak pulang, enggak ngasih kabar lagi," kesal Rere pada Andra. Usahanya sia-sia kemarin.

"Kok enggak ngasih tahu?"

"Udah aku kasih tahu Mas, Mas enggak baca pesan dari aku?" tanya Hawa yang kemarin memberitahu suaminya lewat pesan untuk pulang dan makan makanan favoritnya.

"Aku pasti lagi meeting atau enggak sibuk sama urusan kantor," jawab Andra enteng.

"Papa ngecek ponsel enggak?" tanya Rere yang semakin menggebu-gebu.

"Ada," jawab Andra singkat.

"Rere udah telfon Papa berkali-kali dan enggak Papa angkat. Kalau Papa ada lihat ya minimal telfon balik ke kita," cecar Rere.

"Yang telpon sama Papa bukan kalian aja, banyak," sombong Andra.

"Oh banyak ya,Pa? Siapa? Coba kasih tahu?" Rere sudah tak tahan dengn elakan sang Ayah.

"Aku pamit mau ke kantor lagi," pamit Andra tanpa banyak basa-basi.

Rere dibuat emosi dengan kelakuan ayahnya sendiri. Kok Papa sekarang kayak gitu ya? Enggak peduli lagi sama keluarganya, batik Rere.

"Re, udah kamu ke sekolah aja ya. Enggak usah dipikirin," Hawa memberi nasihat pada Rere.

"Iya Ma, Rere pamit ya," pamit Rere.

***

Saat Rere ingin memasuki sekolahnya, tanpa diduga alas sepatunya lepas.

"Yah, kok copot," guman Rere.

"Terus gimana dong? Aish ...," lanjut Rere.

Datang seorang laki-laki dari arah belakang.

"Lo kenapa? Sepatu ngapain dipegang gitu, dipake," ujar Jacob.

"Nih." Rere menunjukkan sepatunya.

Jacob mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan memberikan kepada Rere.

"Buat gue?" tanya Rere pada Jacob.

"Iya terus, sepatu lo udah kayak gitu," jelas Jacob.

"Tapi, ya kali gue pake sendal."

Peraturan di sekolah tidak boleh memakai sendal. Jika bukan hak yang mengharuskan memakai sendal, seperti sedang sakit atau luka yang tidak bisa menggunakan sepatu.

"Emang lo ada pilihan lain? Selain lo make sepatu sebelah?"

Rere terdiam sesaat, tak ada pilihan selain memakai sendal. Dari pada ia harus memakai sepatu dan sendal dengan satu pasang berbeda kanan dan kiri yang ada menjadi tertawaan murid lain.

"Ya udah, besok gue balikin," ujar Rere.

"Makasih udan minjemin. Gue duluan," pamit Rere.

***

Setibanya di kelas, Rere ditatap murid-murid lain dan ya pikiran Rere benar, ia akan ditertawakan.

"Re, lo kok pake sendal sih? Nanti kena omel loh," ujar Sinta.

"Iya, kok pake sendal, sepatu lo mna?" tanya Aubri.

"Sepatu gue copot, jadi yah pake sendal. Karena udah nyampe sekolah, ya kali gue balik lagi," jelas Rere.

"Hadeh, terus sendal dari mana tuh? tanya Sintia sembari melirik Rere.

"Dari siapa ya? Hmm ... ada deh,"

Rere malah merahasiakan dari teman-temannya yang membuat Sintia gencar bertanya.

"Siapa? Bilang enggak? Gue enggak akan berhenti ngomong sampe lo bilang siapa yang minjemin," ujar Sintia.

Dalam hati, Aubri juga diserang rada penasaran. Siapa yang meminjamkan sendal kepada Rere?

"Rere jawab enggak lo?!" pekik Sintia.

Hai, huft maaf suka bolong-bolong updatenya harusnya satu hari satu:(
Akan aku coba double up karena total 30 part:)

Ayo semangatt!! *Edisi nyemangatin diri sendiri.

Terima kasih yang telah membaca cerita You Are Not Alone.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top