13. Galau
Dua hari kemudian, Nova—Oma Aubri sudah diizinkan pulang dari rumah sakit, namun harus banyak istirahat.
Kini Aubri sedang berada di rumah Nova. Ia kangen sekali untuk berbincang dengan Nova. Sebab kesibukan sekolah membuatnya jarang mengunjungi Nova.
"Oma, kalau Aubri punya pacar, Oma bakal terima enggak?" tanya Aubri yang tanpa disadarinya.
"Kamu ngomong apa?" tanya Nova memastikan ia tidak salah mendengar pertanyaan cucunya.
"Hah? E–enggak u–usah dijawab hehhe, Aubri ngaco banget ngomongnya," jawab Aubri cengengesan.
"Oma dengar kok, kalau punya ya enggak papa, kalau orangnya baik dan tulus bakal Oma terima langsung, jelas Nova.
"Siapa sih yang bakal suka sama aku, orang aku aja enggak cantik, enggak kayak orang-orang di luar sana," Aubri merasa dirinya tak mungkin ada yang menyukainya.
"Jodoh itu tidak ada yang tahu, jadi kamu enggak perlu khawatir, Bri," balas Nova.
"Tapi, buktinya orang yang cantik pasti dapat orang yang ganteng, masa Aubri bakal dapat cowo yang jelek?"
"Kamu ada-ada aja tahu enggak," Nova menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Aubri.
"Kebanyakan begitu Oma," jelas Aubri yang tak mau kalah.
"Oma ngomong sama kamu enggak pernah menang," cela Nova.
"Hahaha, Oma ngalah terus."
***
Setelah puas berbincang dengan Nova, Aubri pun pamit untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul empat sore.
Ting
Sebuah notif dari grup tugas muncul dan Aubri pun mengeceknya. Aubri sedikit jarang mengobrol di grup itu. Karena, ia tahu Zeva dan Hana tak menyukainya dan membuat semuanya semakin sulit. Aubri pun memilih diam saja.
Kelompok satu
Rere
Send a picture
Ini rancangan untuk ceritanya, gimana Zeva sama Hana, oke?
Aubri
Direspon ya, kalau enggak kita bahas sekarang. Kebetulan gue lagi di luar
Hana
Gue enggak setuju, ceritanya kok malah kayak cerita di sinetron gitu? Ganti!
Zeva
Iya, gue juga enggak setuju! Kayak kurang menurut gue
Rere
Ya udah ketemu sekarang, biar cepat dan bisa diketik ceritanya
Hana
Hah? Gue lagi di salon, ya kali
Zeva
Gue juga lagi di mall belanja
Aubri
Terus kapan?
Hanya
Besok mungkin
Rere
Kok mungkin? Kayak enggak pasti aja
Zeva
Iyalah, kita sibuk enggak kayak kalian
Rere
Besok, enggak ada penolakan!
Saat sudah keluar dari rumah Nova, Aubri melihat seseorang yang tidak asing baginya sedang bersama seorang perempuan. Kelihatannya kedua pasangan tersebut sangat bahagia.
Kok gue ngerasa sakit sih? Buat apa juga, buang jauh-jauh perasaan lo yang udah lama itu. Dia enggak penting, batin Aubri.
Pasangan tersebut tidak melihat adanya Aubri, untunglah jika bertemu pasti Aubri akan bingung dan kikuk dengan keduanya.
***
Sebelum menuju rumahnya, Aubri singgah di sebuah minimarket. Entah apa yang membawa Aubri ke sana. Padahal, sejak awal ingin langsung pulang saja.
Saat melihat-lihat, ada sebuah notes dengan sampul berwarna oranye dengan gambar-gambar yang menarik yang memberikan kesan lucu dan imut di notes tersebut.
Aubri memutuskan untuk membelinya, ya walau entah dipakai atau tidak.
"Eh Aubri," panggil seseorang.
Aubri mengarahkan pandangannya ke arah dan menemukan seseorang tadi ia lihat bersama seorang perempuan.
"Eh, ngapain di sini?" tanya Aubri yang sedikit kaget.
"Iya beli sesuatu, kan minimarket," jawab seseorang itu—Michael.
"Oh iya, aku duluan ya. Taksi udah nunggu," pamit Aubri dan membayar belanjaannya.
Pertanyaan-pertanyaan muncul di benak Aubri. Rasa ingin bertanya siapa perempuan yang ia lihat tadi, namun siapa Aubri? Ia sadar kalau ia bukanlah siapa-siapa. Hanya sebatas teman. Ya, teman tidak lebih.
Jadi, Aubri lebih memilih untuk mengurungkan niatnya dan memilih pergi.
Aubri pun berusaha untuk melupakan semuanya untuk hari ini. Mencoba untuk berpikir positif, kalah perempuan itu mungkin sepupunya atau adiknya.
Hanya itu yang bisa dilakukannya agar Aubri sendiri tak larut dalam pikirannya.
***
Aubri sedang bersantai di kamarnya, kebetulan alat lukis yang beberapa hari lalu dibelinya sudah sampai. Untuk mengisi waktu luangnya, Aubri pun lebih memilih melukis sembari mendengar lagu-lagu yang slow untuk membuat suasana lebih mendukung.
Satu per satu Aubri lukis sesuai instruksi yang ada pada kanvas yang telah diberi nomor, jadi tinggal diisi sesuai warna yang juga sudah diberi nomor.
"Seru juga sih, lain kali coba lagi ah," guman Aubri.
Setelah tiga puluh menit, lukisan yang telah dilukis Aubri akhirnya sudah jadi. Aubri memajang hasil lukisnya di meja belajarnya.
***
"Kak, kalau ada orang yang deket sama kita, tapi dia jalan sama perempuan lain. Menurut Kakak gimana?" tanya Aubri pada Tere yang berada di sampingnya.
Tere tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan Aubri.
"Eh tunggu, kok nanya gitu?" tanya Tere heran.
Aubri tipe anak yang jarang sekali curhat dengan siapapun, walaupun itu ibunya atau Kakaknya.
"Iya gapapa, aku cuma tanya aja. Pikiran random aku muncul," alibi Aubri yang sebenarnya menyimpan sesuatu.
"Kamu tahu perempuan itu siapa? Kamu kenal sama perempuan itu?" cerca Tere.
"Enggak kenal, enggak tahu juga," jawab Aubri.
Karena, memang Aubri tidak tahu siapa perempuan yang tadi ia lihat bersama Michael.
"Kalau enggak tahu, ya kamu enggak bisa marah sama dua, Bri. Kamu harus tanya dulu baru kamu bisa simpulkan. Dia itu baik atau enggak gitu," jelas Tere.
"Gitu ya? Kalau kita labrak pas ngeliat dia jalan gimana, Kak?"
"Yang ada Kamunya malu sendiri, apalagi kalau di tempat umum yang ramai dan kamu salah sangka. Jadi, lebih baik menurut Kakak, kamu tanyain baik-baik. Kalau kamu udah enggak mau deket sama dia lagi, karena emang dia beneran jalan sama perempuan lain, omongin baik-baik biar semuanya bisa baik-baik kedepannya," jelas Tere cukup panjang.
"Iya makasih Kak," ucap Aubri sembari tersenyum.
"Emang udah ada yang deket sama kamu?" selidik Tere.
"Enggakak ada," jawab Aubri cepat.
"Terus? Atau kamu bohong ya?" tanya Tere dengn tatapan meminta penjelasan.
"Beneran enggak ada, kalau ada pasti cerita," jawab Aubri meyakinkan Tere.
"Awas aja bohong!" seru Tere.
"Kakak, sendiri gimana ada cowok yang ditaksir?" tanya Aubri.
"Ada, tapi ya gitu deh," jawab Tere seandainya.
"Gitu gimana? Yang jelas, Kak," tegas Aubri.
"Iya deket, tapi enggak tahu dianya suka apa enggak," jelas Tere.
Wajah Aubri berubah, ia khawatir Kakaknya akan dipermainkan perasaannya.
"Kakak, udah lama sama dia deket?"
"Udah, tiga bulan kayaknya," jawab Tere.
"Dianya enggak ngasih kode atau gimana gitu?" tanya Aubri yang semakin penasaran.
"Atau kakak enggak peka ya?" tambah Aubri.
"Enggak tahu sih, tapi emang Kakak enggak nemu kodenya."
Hai, hihi nentuin kid susah ya hehe. Ya udah ini buat kalian malam ini. Selamat menikmati, semoga suka:)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top