PENGGAGAL RENCANA
By: psychoxls
============
SIAPA yang tidak senang dengan hari kelahiran? Kurasa semua orang menanti hari-hari itu. Namun tidak untukku. Tahun lalu aku mengalami ulang tahun yang sangat buruk, Nourma yang merupakan sahabatku itu merayakannya dengan hal aneh, sangat aneh. Maksudku, benar-benar aneh dalam artian, ia menyiksaku!
Yah, tingkat keanehan Nourma yang lebih sering dipanggil Abnormal oleh teman kami itu memang sangat di luar batas. Sepertinya nama Nourma dan Abnormal cukup berkaitan. Juga, dia memiliki sahabat yang tak lain tak bukan adalah aku dengan nama Atta Renata, mereka sering menyebut kami Abnormal Forfattare, secara aku dan Nourma sama-sama memiliki hobi menulis cerita. Julukan yang terdengar bagus, diambil dari nama kami tentunya. Dan harus kuakui itu sangat cocok untuk Nourma yang aneh dan namaku yang hampir mirip dengan nama terkahir itu. Attare, Atta Renata.
Oke kembali lagi pada perayaan ulang tahunku setahun yang lalu. Kalian boleh berfikir bahwa dilempari telur dan terigu adalah hal yang menyenangkan, seperti yang anak lain lakukan. Bagiku? Tidak sama sekali. Nourma tahu kalau aku sangat benci dengan hal tersebut, dan ia melakukannya.
Namun tidak sampai di situ saja, setelah melakukan itu ia malah menyiramku dengan selang air di halaman rumah. Bukan, bukan niat dia untuk membersihkanku dari bau amis telur dan campuran keringatku di pagi hari, tapi ia justru ingin bermain-main dengan air itu. Yah, harus kuakui itu sangat menyenangkan.
Tetapi tidak sampai ia melupakan satu hal terpenting dari rencananya. Meninggalkan kue ulang tahun untukku di toko kue yang jaraknya sangat jauh dari komplek rumah kami. Dan aku harus mengambilnya sendiri karena setelah itu Nourma harus pergi les. Mana ada orang yang mengambil kue ulang tahun miliknya sendiri? Nourma membuatku terasa seperti jomblo ngenes yang merayakan ulang tahun sendirian. Aku jadi ingin melemparnya sampai ke ujung dunia, sayang aku tidak tahu dimana ujung dunia.
Dan bisa kubilang itu adalah rencananya, karena aku baru tahu kalau si pemilik toko kue itu adalah Ayah dari si doi yang aku kagumkan semenjak duduk di bangku kelas sepuluh. Aku hampir berteriak dan berjingkrak kesenangan, tapi jangan lupakan ulahnya pagi sebelumnya, tubuhku benar-benar bau telur, tidak bisa hilang! Well, kesan buruk pada pertemuan pertama, pangeranku. Menyebalkan.
Maka, di sinilah aku. Seorang Atta Renata yang berulang tahun ke tujuh belas. Aku tidak akan menghancurkan ulang tahunku saat ini, umur tujuh belas tahun seharusnya jadi ulang tahun bersejarah dan menyenangkan untuk dikenang. Untungnya sekarang hari senin, jadi Nourma tidak akan merencanakan hal-hal yang berkaitan dengan telur dan terigu.
Aku mengendap-endap masuk ke dalam kelas, aku yakin Nourma sudah merencanakan ini semua. Tadi pagi aku melihat Nourma berangkat pagi-pagi sekali, sepertinya ia ke toko kue lalu menyembunyikannya dalam kulkas di ruang UKS. Aku akan membuntuti Nourma terlebih dahulu. Tidak peduli saat ini masih pukul enam pagi, bukankah aneh Nourma berada di sekolah sepagi ini? Karena aku tahu, Nourma merencakan sesuatu untuk surprise ulang tahunku.
Pertama-tama, aku akan mencari tahu apa yang akan Nourma lakukan. Jadi aku bisa menghindari setiap hal yang mungkin memalukan dan akan kukenang ulang tahun menyenangkan sepanjang hidupku.
Kulihat Nourma masuk ke dalam kelas dengan tenang seolah ia tidak menyadari kalau aku sedang bersembunyi di bawah kolong meja. Aku melihat Nourma tengah membuka lokernya dan mengambil beberapa buku. Kemudian Nourma mengambil langkah menuju mejanya, menduduki kursi di sana dan mulai membuka buku matematika.
Tunggu, ini sangat membosankan! Masa iya Nourma tidak merencanakan apa pun? Atau jangan-jangan ia melupakan hari ini? Ah tidak mungkin! Kemarin ia menanyaiku tentang warna apa yang paling aku suka. Aku yakin dia ingin memberiku sebuah hadiah. Aku mengecek ponselku, siapa tahu Nourma mengirimi ucapan selamat?
Dan, tidak ada. Yang aku lihat justru Nourma memberiku sebuah pesan yang sangat tidak bermutu.
Nourma : Ren, gue pinjem buku matematika lo di loker ya
Aku baru menyadari ternyata dia membuka loker milikku dan mengambil bukuku. Ah benar, dia pasti merencanakan hal lain. Buru-buru aku balas iya dan kulihat Nourma segera membuka ponselnya dan beranjak dari tempat duduk.
Dan aku membuntutinya lagi. Aku tahu kemana arah rencananya. Nourma memasuki ruangan guru dan bertemu dengan wali kelas kami yang kutahu sangat kelewat rajin karena pagi-pagi selalu sudah ada di sekolah. Buku matematikaku, wali kelas kami yang juga guru matematika di kelas, dan Nourma yang pagi-pagi menemuinya. Satu hal lagi, sekarang akan diadakan ulangan harian matematika.
Aku tertawa dalam hati, aku akan mengikuti alurnya. Mungkin wali kelas kami akan memahariku nanti, melakukan rencananya.
Aku segera berlari ke dalam kelas setelah kulirik arloji di tanganku menampilkan angka enam dan tiga puluh. Pasti sudah banyak murid-murid yang datang. Aku akan menunggu rencana Nourma dimulai.
***
Sudah satu jam pelajaran matematika berlangsung, dan aku bahkan sudah menaruh hasil ulanganku. Semua teman sekelasku melihatku dengan tatapan kasihan. Mereka fikir aku akan mendapatkan nilai nol untuk ulangan saat ini, tapi sesungguhnya aku yakin tidak akan.
Ketika ulangan berlangsung, wali kelas kami tiba-tiba memanggil namaku. Ternyata ia hanya mengembalikan buku matematika milikku yang sepertinya sengaja Nourma tinggalkan di ruang guru tadi pagi. Namun, ada satu hal yang membuatku bingung. Tidak ada tanda-tanda aneh seperti wali kelasku tiba-tiba memarahiku atau apalah yang biasanya terjadi ketika seseorang berulang tahun dan ternyata itu hanya sebuah akting.
Hal itu tentu membuatku jadi memerhatikan sekitar. Dan di saat itulah wali kelasku berkata bahwa aku mencoba untuk menyontek. Jadi begitu, rencananya begitu. Nourma benar-benar cerdik kali ini, ia bahkan bersekongkol dengan wali kelas kami.
"Atta Renata, kamu ulangan susulan minggu depan di kantor." Wali kelasku berbicara di depan sebelum keluar kelas. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Ia tidak benar-benar memaknai kalimatnya bukan?
"Ren, kok lo malah santai aja sih?" Aku menoleh ke arah sumber suara. Nourma berdiri di hadapanku dengan wajah heran. Itu hanya akting, aku yakin.
"Ulangan susulan doang kan? Nyantai aja kali," balasku percaya diri. Untuk apa aku panik dengan semua kebohongan ini?
"Nanti sore pulang sekolah ke toko kue yuk? Ketemu sama doi." Nourma menyenggol sikutku pelan. Aku tertawa melihat tingkahnya, dan tentunya pipiku memerah tidak sengaja. Ini benar-benar rencana yang bagus, sayang sekali aku menggagalkannya di bagian ulangan itu. Aku tidak akan menangis dan panik dibuatnya. Aku tidak akan mengenang ulang tahun yang buruk kali ini. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dan aku hanya mengangguk dengan senyum lebar terpampang di wajahku.
***
Akhirnya sepulang sekolah kami pun pergi ke toko kue yang Nourma maksud. Bau khas seperti vanili, kayu manis, atau bahkan yang lebih menggoda, harumnya apple pie yang baru keluar dari oven.
Seperti biasa, ketika aku memasuki toko bergaya klasik ini, aku akan menemukan Nathan dengan celemek biru tua melekat di badannya yang jangkung. Nathan yang selama ini selalu aku kagumkan karena senyum manisnya, semanis kue buatan Ayahnya.
Sayang, ada Rena di sampingnya. Selalu Rena yang itu, kenapa bukan Rena itu adalah aku? Aku juga Rena kan? Ah bicara apa aku ini, mungkin itu takdir. Siapa tahu Nathan akan berpindah hati dari Rena satu ke Rena dua, yah kalian pasti tahu apa maksudnya. Semoga yang tidak pernah lupa aku aminkan.
"Ren, gak usah cemburu gitu deh sama Rena yang itu." Nourma menarikku paksa dan mendudukkanku di salah satu kursi di tengah-tengah ruangan sejuk ini. Aku hanya tertawa hambar dan mengangguk tidak jelas.
"Sorry ya, tahun ini gue ga bikin rencana ulang tahun lo yang spesial. So, selamat ulang tahun Rena. Wishnya terserah lo." Setelah mengucapkan kalimat itu Nourma tertawa bahagia. Aku tahu Nourma tipe orang yang akan malu untuk mengeluarkan perasaannya.
Tak lama kemudian, Nathan yang merupakan pelayan toko kue ini—membantu usaha kecil Ayahnya bersama Rena—membawa sebuah kue yang lumayan cukup besar dengan tulisan Happy Birthday Atta Renata. Lilin dengan angka tujuh dan satu tertancap di atas kue. Nathan tampak tersenyum ke arahku yang membuat jantungku seperti habis berlari dengan jarak ratusan kilo meter atau bahkan ribuan.
"Make a wish dulu Ren!" teriak Nourma semangat. Nathan masih di posisinya memegang kue itu. Aku harap ini bukan mimpi karena, siapa yang tidak senang ketika doi ikut merayakan ulang tahun kita? Seribu kali senangnya sampai rasanya aku ingin memeluk Nourma dengan rencana spektakulernya. Biarlah kalau Nathan hanya mengikuti apa yang Nourma minta, yang penting adalah Nathan tersenyum ke arahku dan memegang kue ulang tahun milikku.
Aku memejamkan mataku kemudian meniup lilin itu pelan sampai apinya redup. "Happy Birthday Rena." Dan suara Nathan benar-benar membuatku gila! Ya, ya, aku gila karena tergila-gila dengan dia.
Aku melihat ke samping kanan dan Rena yang kumaksud bukan diriku itu tengah menatap ke arah mejaku dengan sebal. Nathan mengikuti arah pandanganku dan tertawa pelan. Huh, selalu Rena yang itu, bukan yang ini. Menyebalkan!
Apalagi sekarang Nathan malah menaruh kuenya di atas meja tanpa menolehku lagi dan cepat-cepat berlari ke arah Rena itu dan mencubit hidungnya dengan tatapan gemas. Menjijikan. Aku benci Rena. Maksudku bukan aku, tapi dia.
"Duh kenapa romantis amat sih." Nourma berkata dengan pelan. Aku tersenyum lebar kemudian menggenggam tangan Nourma bahagia. "Thank you banget Nourma, gue bener-bener seneng sampe gue gak tau harus ngomong apa, ah gila lo bener-bener gila," kataku dengan semangat.
"Yah tapi pemandangan terakhirnya gak enak banget ya Ren? Kenapa Nathan manis banget sama Rena yang itu sih." Nourma memanyunkan bibirnya, menopang dagunya dengan tangan kanan miliknya yang sudah tidak aku genggam lagi. Aku hanya tersenyum bahagia menandakan itu bukan masalah besar.
"Dan lagi, gue seneng karena gue berhasil ngegagalin rencana lo."
Nourma tampak menaikkan alisnya, kemudian menyesap minuman miliknya. Seolah tatapan Rena bertanya, rencana yang mana. Dan ya, Nourma bertingkah bodoh seakan tidak tahu menahu tentang rencananya? Aku benar, aku yakin.
"Iya, pas ulangan matematika. Gue tau itu rencana lo sekongkolan sama Pa Eri buat marahin gue kan?" kataku seraya tertawa pelan.
"HAH? Tunggu, itu bukan rencana gue. Enak aja lo, tahun lalu gue dimusuhin lo seminggu gara-gara bikin acara ulang tahun aneh-aneh yakali gue ngelakuin hal bodoh lagi." Nourma membulatkan matanya sempurna.
Sama sepertiku. Jadi?
"Gue salah ngira dong? Terus kenapa lo pagi-pagi ke ruang guru ketemu Pa Eri bawa buku matematika gue?" tanyaku menyelidik. Ada yang tidak beres.
"Lo ngikutin gue? Astaga Rena, kan gue bilang sama lo kemaren Pa Eri nyuruh gue buat ngumpulin tugas di buku paket punya lo karena lo gak masuk kemarin, dan lo gak mungkin lupa kan? Gue ketua kelas, Renaku sayang." Nourma memasang ekspresi yang tidak bisa aku artikan sama sekali. Bodoh, Atta Renata kenapa bisa salah sangka begini?
"Kenapa harus pagi-pagi?" tanyaku lagi menyelidik.
"Karena Pa Eri mau ada rapat di jam pelajaran pertama, dia harus buru-buru meriksa tugas lo," kata Nourma santai.
Aku menjatuhkan kepalaku di atas meja, hari ini benar-benar melelahkan. "HUEEEE GUE GAK MAU ULANGAN SUSULAN MATEMATIKA!" rengekku yang dihadiahi tawa bahagia Nourma. Sungguh? Mengapa aku selalu sial di hari ulang tahunku?
"Setidaknya lo diucapin selamat sama Nathan Ren, jangan nangis dong." Nourma masih tertawa melihat aku yang terlihat sangat lemas dan kacau. Membayangkan trigonometri dan kawanannya saja sudah membuatku mual. Ulangan susulan karena dikira mencontek? Aku tidak melakukannya! Dua kali mengerjakan soal trigonometri sudah cukup membuatku kehilangan akal sehat.
Yah, Nourma benar. Setidaknya ada setitik kebahagian hari ini, walau hanya satu dari banyak kesialan yang terjadi.
=END=
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top