Chapter 2
Aroma masakan menguar di penjuru ruangan membuat seorang pria pemilik hidung bangir itu terbangun dari tidurnya yang terlalu nyenyak bagai orang mati, bahkan selama tidurnya ia tak bergerak sedikit pun. Ia mengerjapkan kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina. Belum saja sepenuhnya sadar, ia merasa tiba-tiba mual seakan-akan isi perutnya naik ke kerongkongan. Lekas ia berlari menuju kamar mandi. Dia agak kebingungan mencari kamar mandi, pasalnya ia tak tahu sedang berada di mana.
"Ya! Kau mau muntah jangan ke kamarku, pintu sebelahnya itu baru kamar mandi," teriak seorang gadis yang suaranya tak pernah ia dengar sekali pun.
Persetan suara siapa tadi, saat ini ia hanya ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Semua ini karena semalam ia terlalu mabuk, salahnya juga. Namun, ia tak tahu apa yang terjadi semalam hingga tiba-tiba ia terbangun di sebuah tempat yang asing. Dirinya mengira suara gadis tadi pemilik apartemen ini.
Selesai mengeluarkan seluruh isi perutnya, ia merasa lega. Kesadarannya hampir pulih walau mabuknya belum reda. Belum saja kesadarannya kembali sepenuhnya, ia terkaget akan eksistensi gadis yang tengah menatapnya tajam.
"Bersihkan dirimu dulu, mungkin akan terasa segar," ucapnya agak ketus, tetapi terselip nada cemas. Ia menyodorkan sehelai handuk, alat mandi yang baru, juga beberapa potong helai pakaian. Tentu saja membuat keterkejutannya pun bertambah.
Siapa dia?
Apakah dirinya pernah mengenalnya?
Apa dirinya memasuki apartemen orang lain dalam keadaan setengah sadar?
Yang ia ingat hanya keluar dari gedung agensi setelah pulang latihan, berniat mencari angin segar, dan berharap semua tekanan menimpa dirinya menjadi ringan. Terlebih lagi banyak masalah internal di agensi juga di dalam grupnya. Hingga ia tiba di salah satu kedai soju, lalu memori terakhir yang diingatnya hanya ia terlalu mabuk dan ambruk di meja.
"Kau sudah selesai, Tuan Choi Yeonjun? Sebelum kau pergi, makanlah dulu sup pengar ini," ujar gadis itu sambil menata hidangan di atas meja depan ruang televisi.
Seraya ia mengeringkan rambutnya, ia tampak kebingungan. Kenapa gadis itu tahu bahwa namanya Yeonjun? Oh, ayolah, siapa yang tidak kenal dengan seorang idola Choi Yeonjun, salah satu member TXT, biasanya orang lain mengenalnya adik BTS yang bernaung di perusahaan Big Hit Entertainment. Ayolah, Choi Yeonjun, kau tak sebodoh itu untuk berpikir dengan mudah.
"Kau mengenalku?"
Gadis itu memutar bola matanya jengah, ia hanya merespon dengan helaan napas. Ternyata Choi Yeonjun, seorang idola yang ia ketahui ini membuatnya pening setengah mati.
"Kau penggemarku? Ataukah—"
"Sasaeng fans?" tukas gadis bermarga Ahn itu, membuat Yeonjun menjauhkan tubuhnya perlahan dan menutupi dadanya.
"Ya! Yang benar saja, aku sasaeng fans? Padahal aku seorang ARMY pun tak berniat menjadi bagian dari sasaeng sialan itu," jelasnya, ia menatap pria itu yang masih diam di tempatnya dengan masih berpose menutupi dadanya. "Aku tahu kau mabuk, tapi aku tak melakukan apapun padamu. Gila saja aku."
"Eoh."
"Kemarilah duduk, aku tak punya waktu banyak untuk mengurusimu lagi, Tuan Choi," titahnya tegas.
Yeonjun menurut saja, ia menyantap semua hidangan yang dimasak gadis itu. Jujur saja, makanannya sangat lezat membuatnya larut menikmati rasanya. Suasana hening menyelimuti, tak ada suara yang terlontar dari mulut mereka, hanya dentingan sendok juga sumpit yang beradu dengan alat makan lainnya.
"Omong-omong, terima kasih telah membawaku ke apartemenmu, maaf merepotkan," ujar Yeonjun di sela-sela makannya.
"Jujur saja, aku bingung harus membawamu kemana, walau ini terbilang nekat. Juga … kau memang sangat merepotkan. "
Mendengar ucapan seadanya dari bibir mungil gadis itu membuat Yeonjun terkekeh. Ia memang berbicara terlalu jujur, tanpa ada keberatan sekali pun walau ia tahu tengah berbicara dengan seorang idola para kaum hawa di luar sana. Mungkin, karena ia bukanlah seorang penggemar dari pria yang ada di hadapannya ini.
"Kau berbicara terlalu jujur, aku baru menemukan orang sepertimu. Biasanya orang lain berkata 'Ya, tidak apa-apa', tetapi kau—"
"Aku berbicara seadanya, Tuan Choi," ujarnya ketus.
Seusai menyantap hidangan mereka, Yeonjun merasa tidak enak sebab sudah terlalu merepotkan gadis itu. Hendak ia membereskan peralatan makan, tetapi dengan segera ditepis.
"Kenapa? Biar aku saja, aku sudah terlalu banyak merepotkanmu."
"Biar sekalian merepotkannya," jawabnya seraya membawa semua peralatan makan itu ke tempat cuci piring.
Jujur saja bagi Yeonjun, gadis itu sangat unik. Ia belum pernah menemukan orang seperti itu, bahkan member sekalipun tak ada yang berani berbicara ketus seperti dirinya. Omong-omong, ia teringat akan member. Ada rasa bersalah menyelip di hatinya, tapi ia belum berani untuk kembali ke asrama. Ia rasa perlu mendinginkan kepalanya beberapa waktu lagi.
"Omong-omong, rasanya tak nyaman jika kau tahu siapa diriku, tetapi aku tak tahu namamu?"
"Ahn Jira," jawab gadis itu sekenanya dengan lengannya yang masih sibuk mencuci piring di sana, tak jauh dari Yeonjun duduk memperhatikan punggung kecil gadis itu.
"Omong-omong, Jira-ssi, kapan kau berangkat kuliah?" tanyanya lagi dengan bahasa formal yang terkesan kaku.
"Sejam lagi, kenapa? Kau mau pulang sekarang?"
"Tidak. Aku tidak akan pulang sampai besok, bolehkah?"
Pertanyaan itu membuat gadis itu tengah mencuci piring berbalik, menatap nanar pria itu. "Kau bercanda? Tidak! Kau cukup merepotkan semalam."
"Ayolah, bantu aku. Aku tak tahu harus ke mana."
"Ya, ke mana lagi? Tentu saja, kembali ke agensimu."
Yeonjun menghela napas. "Bukan begitu maksudku. Jujur saja, semalam aku keluar karena ingin mencari udara segar. Sejujurnya aku tengah ada masalah, aku butuh waktu untuk mendinginkan kepala. Bantu aku sekali lagi, kumohon!"
"Tidak!"
Tolakan tegas dari mulut Jira tak menyurutkan semangat Yeonjun untuk membujuknya. Pasti ada cara yang bisa meluluhkan gadis bermarga Ahn itu. Begitu pun sebaliknya.
"Kau penggemar BTS Sunbae-nim, 'kan?" Jira menautkan kedua alisnya, lalu mengangguk. "Aku memberimu spoiler, mereka tengah menyiapkan album dalam waktu dekat ini. Sebagai imbalannya, aku akan memberikanmu album eksklusif dengan tanda tangan mereka, bagaimana?"
Jira sempat terbujuk dengan tawaran menggiurkan itu. Namun … "Tidak, kau pasti bohong. Kau tahu, kau telah membocorkan rahasia agensimu sendiri, eoh?"
"Tidak, tidak, tidak. Aku berkata seperti ini karena aku percaya padamu, aku tahu kau bukan tipe orang yang akan membocorkan spoiler ini kepada yang lain juga, benar, 'kan?" jelas Yeonjun. "Bagaimana?"
Gadis itu sempat berpikir sejenak, menimbang keputusan takut-takut salah perkiraan. Tak ada salahnya juga menerima tawarannya. Jika memang benar idola Choi itu menepati janjinya, maka ia tak perlu merogoh kocek untuk membeli album. Terlebih lagi album eksklusif dengan tanda tangan asli mereka dan didapatkan secara gratis. Baiklah, jujur saja, Ahn Jira memang sangat menyukai apapun yang gratis.
"Ayolah, kumohon, Nona Ahn," mohonnya dengan kedua mata yang berbinar.
Lucu, menggemaskan, membuat Jira mengulum senyumnya. Ya, kapan lagi kan ada seorang idola yang memohon padanya, walau ia bukanlah biasnya? Tidak, Jira tak memanfaatkannya, justru pria itu yang menawari tawaran yang menarik.
"Baiklah, cukup sehari. Kau janji?"
"Aku tidak berjanji untuk satu hari, aku hanya akan berjanji untuk membalas budi saja," elaknya. Memang, sebenarnya pria ini terlalu tak tahu diri, membuat Jira jengah.
"Aish, lalu kau akan tinggal di apartemenku berapa hari, eoh? Aku tak ingin ambil risiko tertangkap wartawan."
Yeonjun nampak berpikir keras, walau sebenarnya tidak begitu. Hanya sebuah pencitraan. "Aku tak tahu pasti berapa hari, tapi tak akan lebih dari seminggu. Soal wartawan, aku janji takkan berkeliaran keluar rumah."
Helaan nafas terhembus dari mulut kecilnya. "Baiklah, terserah kau saja. Aku cukup lelah meladenimu," ujarnya sambil melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi.
"Aku akan bersiap pergi kuliah, kau jangan berbuat macam-macam, paham?" ancam gadis itu galak sebelum ia benar-benar menghilang dari balik daun pintu.
Hanya kekehan yang terdengar dari bibir ranum Yeonjun yang unik itu. Rasanya ia merasa menemukan hal yang selama ini hilang. Gadis itu memang unik, lebih unik dari siapapun, termasuk dirinya.
***
I CAN'T BELIEVE THAT I MAKE FANFICTION WITH YEONJUN AS THE CAST KYAAAAA~
BTW, DON'T TO BE SIDERS, JUST LEAVE SOME VOTES + COMMENTS!1!1!
—luv, ara^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top