Chapter 16
Di sinilah Jira berada, di sebuah kafe yang berada di lantai pertama gedung agensi ternama. Kafe yang memiliki gaya furnitur yang artistik layaknya kafe pada umumnya. Tak lupa mereka pun mendesainnya agar membuat para pengunjung nyaman. Sayangnya tempat ini tak bisa dikunjungi oleh khalayak umum secara bebas, hanya para staf agensi, para idola agensi, juga para trainee. Namun, tak menyangkal pula ada orang lain yang bisa berkunjung, misalnya karena urusan bisnis atau hal lainnya apapun itu asal mengantongi izin dari dalam. Sama halnya Jira, ia bisa datang ke sini pun beruntung Soobin yang berpesan pada penjaga keamanan juga resepsionis jika Penulis Ahn—yang menjadi temannya saat ini—akan datang berkunjung. Kendati demikian, sebenarnya Jira bisa saja dengan mudah mendapat izin masuk sebab akhir-akhir ini ia terlalu sering bertandang hingga para staf pun sudah mengenalinya bukan karena ia sebagai penulis Ahn, melainkan sebagai teman member TXT.
Lambaian lengan panjang seseorang memberi kode bahwa dirinya berada di posisi mana. Sang empunya adalah pria jangkung pemilik lesung pipi yang menawan, sehingga siapa pun bisa terpesona dalam sekali tatapan. Kesan ramah-tamah dengan lengkungan manis tergurat di parasnya yang rupawan selalu menyambut Jira. Tak jarang ia selalu diperlakukan layaknya seorang adik olehnya. Tak bisa disangka di balik wajahnya yang juga terkesan manis, kesan wibawa seorang leader pun kentara.
"Kau mau pesan apa? Hot chocolate? Or Hot Latte?" tawarnya dengan sigap begitu Jira baru saja mendaratkan bokongnya di salah satu kursi di hadapan Soobin. "Aku rasa tadi di luar sangat dingin."
"Uhm, Hot Chocolate," timpalnya sebelum akhirnya Soobin melenggangkan tungkainya menuju konter pemesanan. Memang benar apa yang dikatakan Soobin, di luar memang sangat dingin seakan-akan angin musim gugur menusuk kulitnya kendati sebenarnya ia sudah menghangatkan diri di kafe buku ditemani secangkir Hot Hazelnut Latte—jadi, kali ini ia tak perlu menambah asupan kafein lagi—dan tiramisu kesukaannya. Juga tidak lupa dengan beberapa buku yang menjadi tujuan sebenarnya di kafe buku tersebut.
Setelah selang beberapa menit sekembalinya Soobin, pesanan mereka pun datang. Jira yang memesan secangkir Hot Chocolate, sementara Soobin memesan Hot Caramel Latte. Lekas Jira menyesapnya, paling tidak bisa menghangatkan tubuhnya seperti yang Soobin katakan tadi. Sebelum akhirnya topik pembicaraan pun dimulai dengan diawali air muka Soobin yang agaknya bingung harus memulai dari mana, juga cemas dengan padanan kata yang harus dipilihnya secara hati-hati.
"Begini ...," ujarnya terhenti dengan dehaman kecil demi menghilangkan serak di tenggorokannya, "bukannya aku ikut campur dalam masalah kalian. Apakah semuanya berjalan lancar?" ujar Soobin to the point. Dia tak terlalu suka bertele-tele hanya sekadar untuk basa-basi kendati memang basa-basi itu perlu di awal percakapan. Namun, ia rasa untuk saat ini tidak perlu.
Kerutan tercetak di dahi Jira, bingung ke mana arah konversasi ini dibawa. Ia benar-benar tak paham apa yang dibicarakan Soobin dengan cakapan yang kurang lengkap. Hingga Soobin akhirnya menangkap raut muka sang gadis.
"Ah, maksudku hubungan kalian, kau dan Yeonjun Hyung," imbuhnya menegaskan.
"Kami baik-baik saja, seperti biasanya. Kau, kan, tahu kami, layaknya kucing dan anjing," kilahnya.
"Kurasa tak begitu. Aku melihat perubahan sikap Yeonjun Hyung yang sepertinya tengah mengemban beban yang tak biasa, sepulangnya dari taman bermain," sanggahnya. Ia rasa kucing dan anjing seperti apa yang mereka lihat seperti biasanya tak bisa ia setujui untuk saat ini yang lebih tepatnya kini malah seperti orang asing. Justru ia lebih bersyukur jika mereka bertengkar layaknya anjing dan kucing seperti biasa, kendati begitu suasananya akan lebih hangat.
Lantas bagaimana ia tak menyadari perubahan sang tertua sebab mereka tinggal satu atap, latihan satu ruangan, dan sering bersama karena jadwal yang sama. Kendati Yeonjun menyembunyikan raut wajahnya yang tampak kusut sebab pikiran yang kalut. Namun, ia berusaha bertindak profesional dengan keceriaannya seperti biasa. Walaupun begitu, tak bisa disangkal jika Soobin menyadari perubahan yang kentara. Di setiap kesempatan walau terjadi secara singkat ia menemukan Yeonjun yang termangu menatap kosong, tak jarang ketika latihan pun ia sempat tak fokus.
Baiklah, sepertinya Jira pun tak bisa mengelak di hadapan Soobin yang sepertinya tahu banyak mengenai mereka berdua. Helaan napas terdengar sebelum bibirnya menyingkap. Dia tak menyangka konversasi ini akan terjadi, setelah ia dengan senangnya tadi keluar dari jeratan suasana rikuh bersama Beomgyu di kafe buku tadi. Sialnya, kini malah terjerat lagi topik yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan objek yang sama. Choi Yeonjun. Objek yang ingin ia buang jauh-jauh dari benaknya yang penuh dengan pria pemilik nama Choi Yeonjun itu.
"Baiklah, aku akan jujur. Sebelum itu, mungkin perkiraanku benar hingga kau tak bisa menyangkal jika kalian berempat ikut andil dalam rencananya, bukan begitu?" Soobin tertohok akan premis yang dilontarkan gadis itu sehingga tenggorokannya pun tercekat. Namun, perkiraan Jira sedikit keliru. Sebenarnya hanya dirinya saja yang ikut andil dalam rencana Yeonjun, ingin mengajak Hueningkai pun ia urungkan mengingat sang maknae adalah seorang bermulut ember bocor. "Entahlah, aku harus memulainya dari mana, terlalu banyak kejutan yang tak biasa malam itu, termasuk pernyataan perasaannya padaku."
"Jadi?" tukas Soobin menuntut penjelasan lainnya.
"Aku menolaknya."
Mulut yang menganga dan matanya membulat sinkron kendati memang penuturan singkat dari ceruk bibir gadis Ahn sudah ia perkirakan lebih dulu.
"Awalnya begitu," ralatnya. "Awalnya aku bersikukuh menolak, sebelum akhirnya ia meminta kesempatan agar aku bisa berpikir dengan matang-matang. Hingga saat ini aku belum memberikannya jawaban."
Soobin akhirnya bisa kembali pada keadaan semula, mengatupkan bibirnya rapat. Lantas menghela napasnya lega. "Syukurlah, kau memberinya kesempatan. Jadi, dalam artian ia kini tengah digantung?"
Bahu Jira bergedik sebagai respon. Ia meneguk minumannya yang kini berubah menjadi hangat setelah kerongkongannya kering menjelaskan apa yang ingin Soobin dengarkan langsung dari bilah bibirnya.
Soobin mengambil satu hentakan oksigen dengan penghidunya sebelum menuturkan rangkaian kata bijak layaknya seorang kakak. "Ji, apapun jawaban yang kau berikan padanya aku harap itu sesuai dengan kata hatimu. Bukan paksaan dari yang lain ataupun dari dirimu sendiri. Jika pun kau menolaknya, aku harap hubungan kalian terjalin seperti biasa walaupun memang sulit. Namun, aku tak bisa menyangkal harapan besar jika kau menerimanya."
Lengan panjangnya beralih pada puncak kepala Jira, mengacak rambutnya lembut lantas mengelusnya berdalih merapikan perbuatannya tadi. "Ingat, aku pun tak menuntutmu. Apapun keputusanmu, aku akan mendukungmu seperti seorang kakak ataupun teman," lanjutnya.
Segurat garis tipis tertarik simpul pada paras jelitanya. "Thanks a lot, big brothahh."
***
Soobin membiarkan tungkainya berderap di lorong apartemen yang menjadi asrama mereka berlima seraya meregangkan tulang lehernya dengan meliuk-liukkan kepalanya ke segala arah. Rasa pegalnya kian menghilang sinkron dengan beban yang dipikulnya sedikit menjadi ringan. Satu masalah selesai ia atasi dari sekian masalah yang ia pikul sebagai seorang leader. Dia tak bisa mengelak tugas berat pemimpin yang harus ia emban. Setiap persoalan langsung maupun tak langsung ia harus sigap mencari segala solusinya, baik berhubungan dengan grupnya, maupun dengan setiap masalah anggotanya masing-masing kendati memang ia seperti kesannya ikut campur. Walau begitu itu demi kebaikan mereka sendiri, saling menjaga satu sama lain.
Lengannya memotek gagang pintu setelah memasukkan pin. Hingga ia menemukan eksistensi pria Choi yang lain, yang lebih muda darinya, Choi Beomgyu. Pria itu tengah memetik senar gitar kesayangannya yang selalu ia deklarasikan bahwa instrumen itu pemberian ayahnya. Tungkai Soobin berderap menuju sofa yang tak jauh dari sofa yang Beomgyu duduki lantas mengambrukkan dirinya sembari menengadahkan wajahnya lalu matanya terpejam.
"Hyung, kau sudah dari mana?" Beomgyu bersuara tanpa mengalihkan atensinya dari jemarinya yang tengah memilih posisi nada yang pas di atas senarnya.
"Agensi," timpalnya singkat.
"Hari ini, kan, hari libur," sarkas Beomgyu.
"Memangnya tak boleh? Aku ada urusan."
Beomgyu tertawa kecut. "Memangnya ada urusan apa kau dengan Jira? Sepertinya pembicaraan kalian sangat serius ...," ia menggantungkan ucapannya, memilah kata yang pas atau mungkin malah terkesan sarkastik, "... dan intim."
Soobim terkesiap, sontak ia menyingkap kelopak matanya dan menegakkan tubuhnya. Kepalanya menoleh ke kanan-kiri melihat keadaan sekitar.
Seakan tahu gerak-gerik sang leader, Beomgyu berujar, "Tenanglah, tak ada siapapun di sini selain kita berdua. Kau bisa menjelaskan semuanya padaku."
Soobin menghela napas lega sebelum akhirnya ia menuntut jawaban Beomgyu bagaimana ia bisa tahu bahwa ia habis bertemu Jira. Jangan katakan jika ia tak sengaja menangkap basah mereka. Namun, terjadi kesalahpahaman bagi Beomgyu hingga ia bisa mengatakan mereka bercakap intim. Entah konteks intim yang Beomgyu maksud itu apa, bukankah memang mereka semua telah akrab dengan Jira? Jadi, tak ada salahnya ia berbincang intim. Ataukah mungkin konteks intim yang Beomgyu maksud adalah mesra?
"Kalian berhubungan di belakang kami?" tukas Beomgyu seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Berhubungan? Maksudmu make a romantic relationship?" Soobin tergelak. Benar dugaannya. Ada kesalahpahaman yang terjadi. "Jika memang ada kenapa, jika tidak kenapa?"
"Wah, ternyata memang benar ada. Bukankah kau pernah bilang tak menaruh perasaan padanya, tapi ternyata sekarang?" rasanya Beomgyu senang sekali menggantungkan ucapannya itu demi membuat lawan bicaranya penasaran. "Kau memang naif, Hyung."
Soobin mengusap wajahnya kasar, ia terlalu lelah menanggapi Beomgyu. Setiap kali mereka hanya berdua, lalu terjalin konversasi di antara mereka selalu terjadi suasana sumpek akan perdebatan yang selalu memanas dengan topik yang sama, Ahn Jira. Entah asumsinya benar ataukah keliru terhadap Beomgyu jika perdebatan selalu mengarah pada objek jelita yang tak salah apa-apa juga tak tahu-menahu.
Pikirannya kalut harus menjawab apa. Tak mungkin ia menjelaskan yang sejujurnya jika sebenarnya yang menaruh perasaan pada gadis Ahn bukan dirinya, melainkan sang tertua mereka, Choi Yeonjun. Namun, ia takkan pernah membocorkan rahasia seseorang sebelum sang empunya yang membocorkan dengan sendirinya. Setiap orang pasti butuh privasinya masing-masing terlepas mereka pun sudah akrab satu sama lain layaknya sebuah keluarga.
"Jika aku menyukainya, kenapa?" kilahnya sebab hanya itu yang bisa ia lontarkan demi menjaga privasi lainnya. Dia membiarkan dirinya sebagai tumbal tanpa peduli masalah kesalahpahaman ini akan beruntun lebih panjang.
"Jadi, dulu kau berkata syukur berharap jika aku tak menyukainya agar kau saja yang menyukainya? Seakan-akan aku tak boleh menyukainya, begitu?" sergah Beomgyu.
Soobin menautkan kedua alisnya, bingung apa yang dilontarkan Beomgyu dan memastikan juga rungunya tak salah dengar. Kemungkinan persepsinya pun benar.
"Maksudmu?"
"Aku menyukai Ahn Jira."
***
Btw, marah-marah wae ih si Beomgyu. Lagi PMS, Gyu? // BG : "Lu kali thor yg lagi pms? Salah lu lah thor yag jadiin aing cast yg sensitifan. Aing kan aslinya orang yg ceria, baik hati dan tidak sombong, juga tak lupa rajin menabung, berbakti kepada ortu juga MoA." // Syukur-syukur ya lu kepilih casting sama aing.
Okay, lupakan perdebatan di atas. Kalian mending lihat foto Soobin&Beomgyu yg sengaja aku taro di mulmed. Emang ya anak bighit semuanya bobrok tapi da tetep pada ganteng. Gimana atuh? 😭
Oh ya, thx a lot for my beloved readers yg udah baca, nyempetin berkunjung ke lapak absurd aku. Mungkin makasi juga ada yg nunggu aku update ga? *plakk berharap bgt.
Last but not least, katakanlah aku pengemis vote dan comment, tapi justru itu yg bisa jadi penyemangat aku huhu. Jadi, jan lupa tekan tombol bintang, ketikkan kritik+saran ataupun sekadar kata "lanjuuut" di kolom komentar. C ya in next chapter bby❤️
—luv, ara
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top