SATU

Jangan lupa voment ya 😍😍

"Hah." Seorang gadis remaja menghembuskan nafas lelah sambil membanting sebuah map, dia lelah mengerjakan hukuman yang diberikan mamanya. Untuk pertama kalinya, hukuman seperti ini yang dia dapatkan dan tentu saja membuat gadis itu ... kapok.

"Risha sudah selesai?" Gadis itu mendongak kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada, papanya itu harus tau kalau dirinya sangat kesal sekarang.

"Papa," rengek Risha, meskipun kesal tetapi dia tetap merengek, hanya papanya yang bisa membantu dirinya. Jangan berharap pada mamanya itu. Huh.

"Kamu lagi dihukum, Papa nggak akan bantu," tutur Fauzan sambil berjalan ke arah putri kesayangannya itu, sebenarnya dia kasian tetapi mau bagaimana lagi. Anaknya ini yang mencari masalah.

"Papa tega? Risha capek," keluh Risha sambil menumpukan kepalanya ke meja. Sungguh dia capek mengurus perusahaan papanya, masa hukumannya harus menggantikan papanya sebagai CEO selama sebulan. Biasanya juga pemotongan uang jajan, tetapi dia takut karena bisa meminta uang diam-diam dengan sang papa.

"Siapa suruh bolos, hm?" Fauzan membawa Risha ke sofa kemudian mengusap kepala anak gadisnya itu dengan sayang, meskipun Risha sudah remaja tetapi Fauzan tetap menyanyanginya seperti dulu.

"Kan diajak kak Sima, emangnya Risha salah?" tanya Risha kemudian memeluk lengan sang papa, upaya untuk membujuk pun dimulai.

"Salah, sayang." Fauzan tidak habis pikir dengan kedua anaknya itu, meskipun dulu Sima dan Risha tidak akur, sekarang mereka menjadi kakak adik. Sifat mereka juga sama, apalagi perbuatannya.

"Iya, Risha salah. Tapi jangan gini hukumannya, potong uang jajan aja," tawar Risha.

"No!" Risha berdesis kemudian melepas rangkulannya, baiklah sekarang papanya tidak akan membelanya.

"Tapi Risha harus ngerjain tugas sekolah, nanti sekolah Risha terbengkalai gimana?" Fauzan mengusap kepala putrinya kemudian tersenyum, berusaha untuk menenangkan kegelisahan ini, meskipun dia tau kalau yang digelisahkan Risha bukanlah tugas tetapi waktu untuk bermainnya.

"Kamu harus janji nggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi!" Risha tersenyum polos mendengar syarat ini.

"Risha nggak bisa janji, Pa. Takut nggak bisa nepatin." Fauzan mengangguk mengerti.

"Yaudah lakuin hukuman kamu!" Risha melotot seketika.

"Loh?" Jadi bujukannya tidak berhasil?

"Papa tega?" lanjutnya kemudian kembali merangkul lengan papanya, dia harus terus membujuk. Bayangkan, setelah pulang sekolah dia harus ke kantor papanya ini dan bekerja, meskipun dirinya tau kalau papanya telah menyelesaikan banyak pekerjaan dan meningkatkan sedikit untuk dirinya, tetapi tetap saja waktu bermainnya berkurang.

"Tega nggak tega, udah selesai kan? Ayo pulang," ajak Fauzan, sedangkan Risha masih betah memeluk lengan Fauzan sambil bersandar.

"Risha. Ayo, Nak!"

"Aduh." Risha tumbang, dan segera ditahan oleh Fauzan agar kepala anaknya itu tidak membentur lantai.

"Risha, are you okay?" Fauzan panik melihat anaknya lemas seperti ini.

"Risha capek, Pa. Serius!" Fauzan mendengus, sudah pasti Risha hanya bersandiwara.

"Ayo, pulang! Nanti Papa bicara sama mama." Risha bersorak dalam hati, rencananya berhasil. Sudah pasti, karena Risha adalah anak kesayangan Fauzan.

"Risha sayang Papa."

🐇🐇🐇

"Mama, mana jamur?" Ara memandang anak sulungnya yang kembali protes karena tidak ada jamur.

"Tidak ada jamur selama sebulan."

"What?" Ini tidak bisa dibiarkan.

"Kenapa, Ma? Papa kerja juga untuk beli jamur," tutur Risha dengan kesal.

"Kakak pikir papa kerja cuma untuk beli jamur?" Adik pertama Risha protes ketika mendengar ucapan kakaknya itu, kenapa kakaknya selalu repot?

"Ya enggak dong, papa kerja untuk beli jamur, hp, baju, tas, sepatu—"

"Berisik, kakak!" Kini adik keduanya yang protes, mereka hanya mau makan tetapi pembukanya sangat panjang.

"Oh iya, sekarang kan Kak Risha udah kerja, wah, pasti banyak uangnya." Adik pertama Risha masih lanjut membuat kakaknya kesal.

"Nggak mungkin, soalnya Kak Risha yang kerja, kita yang nikmati uangnya." Kedua adik kembar Risha tertawa karena melihat wajah gadis itu sudah sangat kesal, ini hiburan bagi mereka.

"Diam!" bentak Risha, enak saja mereka.

"Kasian." Tawa itu masih berlanjut membuat Risha semakin jengkel.

"Jangan ribut, sekarang makan!" Ketiga anaknya diam, Fauzan baru bisa tenang.

Risha mengunyah makanannya sambil menatap kedua adiknya, mereka berada harus diberi pelajaran karena sudah membuat dirinya kesal. Awas saja mereka.

Rahagi yang menyadari bahwa kakaknya terus menatap dirinya langsung membalas tatapan Risha, mereka mengeluarkan tanda bahwa bendera perang sudah berkibar. Sedangkan Rahardian hanya menatap kedua saudaranya dengan jengkel, lihat saja, mereka yang bertengkar dan dirinya juga harus menanggung akibatnya.

Ara bangkit dari duduknya kemudian menuju dapur dan membawa sepiring jamur goreng, kesukaan Risha.

"Ini makan," ucap Ara sambil meletakkan piring itu di hadapan Risha.

"Katanya nggak ada jamur selama sebulan." Meskipun begitu, Risha tetap memakan jamurnya, ini sangat enak.

"Mama nggak tega." Risha jadi terharu, hua Mama. I love you.

"Seharusnya Mama masak sayur aja, biar Kak Risha diet." Keributan di meja makan masih terus berlanjut dengan Risha yang menjadi korban kejahilan adik-adiknya.

"Heh, gue udah langsing. Ngapain diet," ucap Risha dengan cuek, gadis itu mengamankan jamurnya dari tangan-tangan nakal adiknya yang mencoba untuk mengambil makanan kesukaannya ini.

"Langsing? Dilihat dari pipet." Risha membanting sendoknya hingga menimbulkan suara yang cukup keras, tetapi adik-adiknya tetap terbahak. Ini yang membuat Risha enggan mengakui kedua adiknya.

"Risha, Rahagi, Rahardian. Kalian diam!" Kicep, sang penguasa sudah mengeluarkan aura menyeramkan.

"Maaf, Pa." Meskipun kata maaf sudah terucap, tetapi Risha tetap tidak akan melepaskan adik-adiknya itu.

🐇🐇🐇

"Tau ah kesel banget gue, masa hukumannya begini," keluh Risha pada Sima, saat ini kedua gadis itu duduk di tepi kolam renang yang berada di rumah Sima, tentu saja. Kalau di rumahnya tentu saja dia tidak bisa tenang karena ada adik-adiknya.

"Ya gimana lagi, terima aja lah. Tapi cara mama Ara ngehukum lo keren banget." Kan. Lihat saja, di mana lagi Risha bisa menemukan orang yang akan mengerti dirinya? Bahkan papanya juga membela sang istri.

"Nyebelin banget sih," gerutu Risha sambil memainkan air kolam.

"Udah, Dek. Nggak lama kan?"

"Sebulan." Sima menahan tawanya, pantas saja beberapa hari ini Risha tidak bisa ikut ngumpul, lagi kerja ternyata. Kasian.

"Papa nggak bela gue." Risha mendengus mengingat papanya setuju dengan hukuman itu, kemana papa yang selalu menyelamatkannya itu?

"Terima aja, belajar untuk jadi CEO." Risha menggeleng, dia tidak mau jadi CEO. Cita-citanya bukan itu.

"Biarin tuh dua bocah yang nerusin, gue nggak mau."

"Terserah."

🐇🐇🐇

Hallo guys

Selamat datang di cerita ini 😍

Semoga suka, ya ❤❤

12 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top