EMPAT

Jangan lupa voment, ya 😍😍

Empat

Setelah mendapat ciuman dari tangan Risha yang membuat Glen shock, cowok itu kini diam mengerjakan tugasnya. Tentu saja hal itu membuat Risha menjadi was-was, Jangan-jangan Glen menaruh dendam padanya, atau cowok itu berniat membalas dendamnya?

Risha menjadi sedikit takut, perpustakaan ini sepi karena jam pelajaran sedang berlangsung, jangan sampai Glen menghantam kepala Risha menggunakan buku atau kursi. Sungguh, Risha belum siap meninggalkan keluarganya, terutama sang papa.

"Glen," panggil Risha penuh kehati-hatian.

Ketika cowok itu menoleh dengan gerakan pelan, Risha justru teringat dengan film horor yang ditontonnya bersama si kembar kesayangannya itu. Menyeramkan!

"Ya?"

Risha seolah kehilangan pasokan oksigen, jawaban yang diberikan Glen membuatnya waspada, ditambah suara cowok itu yang terkesan dingin.

"Lo marah?" tanya Risha pelan, ini bukan Glen yang biasanya, sungguh Risha lebih memilih menghadapi Glen yang jail daripada yang seperti ini. Lebih baik dibuat jengkel daripada dibuat takut. Genre Glen berubah, dari komedi menjadi horor.

"Menurut lo?" Pertanyaan dijawab dengan pertanyaan, sungguh Risha tidak menyukai itu. Tanpa sadar cewek itu berdecak, rasa takutnya tiba-tiba hilang walau hanya untuk sebentar.

"Iya, lo marah," jawab Risha pelan.

"Gue nggak marah, gue cuma shock, lo cewek pertama yang nampar gue." Kini suara Glen sudah tidak dingin walau wajahnya tidak tengil seperti biasanya, tetapi cukup memberikan Risha lega.

"Lagian lo sih! Ngomong nggak difilter dulu, sembarangan aja bilang cium!" gerutu Risha sembari melanjutkan catatannya yang tertunda.

"Gue kan cuma bercanda, nggak serius, tapi lo bawaannya serius mulu. Diseriusin malah nggak mau, gimana sih." Kali ini justru Glen yang menggerutu ketika mengingat Risha menolak perasaannya. Menyedihkan.

Risha hanya diam, cewek itu sadar jika dia membalas ucapan Glen maka tugasnya tidak akan selesai, dan itu akan berdampak buruk kepada nilainya nanti. Padahal Risha ingin mencapai nilai bagus agar terlepas dari hukuman sang mama.

"Risha."

"Gue mau ngerjain ini, jangan ganggu! Awas aja lo!"

Seperti biasa, ketika Risha sudah bicara dengan nada yang rendah tetapi tajam, Glen langsung menurut. Dia tidak mengganggu Risha lagi, bisa-bisa pipinya kembali mendapat ciuman tangan dari Risha.

🐇🐇🐇

"Yang ngehukum lo bukan gue, yang buat lo dihukum juga bukan gue, tapi lo malah ngambeknya ke gue. Aneh, nyebelin, nggak adil!"

Risha pura-pura tidak mendengar omelan Sima, suasana hatinya masih buruk, mendapatkan hukuman karena sesuatu yang menurutnya tidaklah salah. Cewek itu tidak mau jika nilainya terancam karena ini, kalau itu memang terjadi maka orang pertama yang menjadi tersangka adalah Glen kemudian Sima, karena dia yang  mengajak Risha bicara lebih dulu.

"Risha, dengerin gue nggak, sih?" Sima merengut, diabaikan Risha sungguh menyebalkan. Kalau dicuekin nanti dianya makin ngambek, diajakin ngomong malah didiemin. Ngajak ribut emang.

Risha hanya berdehem untuk menandakan telinganya masih berfungsi dengan baik, yaitu bisa mendengarkan ucapan Sima.

Sima langsung duduk di sebelah Risha lalu menyenggol bahu sahabatnya itu dengan cukup kuat.

"Apa, sih?!" sentak Risha.

Risha menggeser tubuhnya agar kembali berjarak dengan Sima, tentu saja Sima juga ikut bergeser hingga Risha sudah dempet dengan dinding.

"Kenapa marah ke gue?" tanya Sima lagi.

"Karena lo yang pertama kali ngajak gue ngomong. Makanya dihukum gini." Akhirnya Risha memberikan jawaban.

"Jadi salah gue?" tanya Sima tak percaya.

"Ya masa salah gue," balas Risha.

Sima mengernyit, iya juga, sih, jika dia tidak mengajak Risha bicara untuk menghilangkan bosannya, pasti tidak akan ada yang dihukum. Tapi, jika Risha tidak menjawab ucapan guru seperti tadi, dia juga tidak akan dihukum. Jadi, ini bukan salah Sima sepenuhnya.

"Udah, deh. Lupain aja, udah terjadi juga, nggak bisa dirubah."

Menurut Sima lebih baik semuanya dilupakan daripada mereka tetap bertengkar. Namun wajah Risha masih terlihat kesal, mungkin memang suasana hatinya saja yang sedang tidak baik.

"WOI!"

Sima dan Risha terkejut mendengar itu, ketika menoleh ke belakang ternyata itu adalah Ochi yang sedang menggandeng lengan Ogya, kembarannya.

"Ogya jagain kembaran lo, nakal amat," ucap Sima, dia hanya bermaksud bercanda.

"Udah! Sana lo! Gue mau sama temen gue," ucap Ochi sambil mendorong-dorong tubuh Ogya, bermaksud mengusir.

"Jangan bandel, Chi. Gue aduin mami nanti," balas Ogya bermaksud menasehati.

Ochi mengibas-ngibaskan tangannya lalu duduk di samping Sima.

"Sima, gue mau gosip, nih," seru Ochi dengan semangat.

Sima menatap Ochi dengan tersenyum lebar, menunggu sahabatnya itu untuk mengatakan gosip yang ia maksud.

"Tadi ... Risha nampar Glen di perpustakaan." Ochi langsung ngakak sendiri, sedangkan Sima terdiam dan Risha tersedak, ternyata ada yang melihat kejadian itu.

"Serius?" tanya Sima tak percaya, pantas saja Risha uring-uringan, ternyata dia baru menampar anak orang.

"Iya." Kali ini Sima ikut tertawa walau tidak sengakak Ochi.

Risha terdiam dan menatap Ochi dengan perasaan gondok, dasar Ochi ember!

"Kok lo bisa tau?" tanya Risha.

"Tadi kelas gue jamkos, jadi gue ke perpustakaan mau minjam novel. Eh, malah ngeliat adegan romansa," jawab Ochi dengan ejekan di kalimat terakhir.

Risha melempar sebungkus roti kepada Ochi untuk melampiaskan kekesalannya, tetapi temannya itu malah membuka bungkus rotinya dan makan. Dasar!

Sima menatap Risha dengan serius. "Kenapa lo nampar Glen? Jangan gitu Risha, nggak baik." Kali ini Sima menempatkan diri sebagai seorang kakak yang bijaksana.

"Dia yang nyari masalah duluan, gue cuma reflek namparnya," balas Risha untuk membela diri, enak saja Sima menyalahkannya padahal Glen yang memicunya.

"Apapun itu Risha, tapi jangan nampar orang, gimana kalau Glen dendam sama lo? Jangan berbuat hal yang tidak baik."

Risha terdiam, Sima benar. Tapikan dia cuma reflek.

"Lo udah minta maaf?" tanya Sima serius, sungguh dia takut kalau Glen menaruh dendam pada Risha, setiap orang bisa melakukan apapun jika sudah dendam.

"Udah," cicit Risha.

"Gue nggak yakin, ayo minta maaf sama Glen."

Sima mengenal Risha dengan baik, sahabatnya itu tidak mudah untuk mengucapkan kata maaf, walaupun dia yang salah. Terbiasa dimanja membuat Risha menjadi seenaknya.

"Nggak mau, dia juga salah kok!" tolak Risha mentah-mentah, enak saja minta maaf.

"Minta maaf aja sih Rish, minta maaf nggak akan bikin harga diri lo hancur, justru lo terkesan dewasa." Kali ini Ochi yang mengatakannya.

"Bener! Ayo ikut gue, kita cari Glen."

Sima menarik tangan Risha dan Ochi, mengajak keduanya untuk mencari Glen yang saat ini pasti sedang berada di lapangan untuk bermain basket, di waktu istirahat dia bukannya makan malah main basket, ketika jam pelajaran barulah Glen makan secara sembunyi-sembunyi. Sungguh pengaturan waktu yang sangat baik.

🐇🐇🐇

Setelah sekian lama akhirnya update lagi:)

Sambil nunggu cerita ini yang updatenya lama:) ayo baca cerita aku yang lain, ada yang udah complete dan on going.

Ditunggu kehadirannya 👋

Sabtu, 14 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top