CHAPTER 7

Suasana malam itu mencekam. Penuh derita dan berselimut duka. Kabar sudah tersebar di setiap saluran berita. Menceritakan bagaimana tragisnya sebuah kecelakaan yang belum lama menimpa sebuah keluarga yang diakibatkan buruknya cuaca.

Seorang gadis melangkah gontai melewati koridor, terlihat begitu cemas dengan tiga kerut di dahi. Seharusnya ia tidak datang, tapi perkataan si sulung—yang entah bagaimana—bak memiliki gravitasi untuk menariknya kemari. Beberapa orang baru saja keluar dari kamar yang dituju, sementara si pemilik kamar masih tidur di atas pembaringan. Meski jam kunjung telah usai, namun gadis itu tetap melangkah masuk.

"Kau datang?" sambut si pria dengan senyum terukir. Sebenarnya juga merasa resah dan sempat berpikir jika gadis ini takkan datang.

"Ya. Sepertinya aku tak punya pilihan," si gadis tersenyum tipis, memandang pria yang kini berusaha mendudukkan dirinya di ranjang.

"Tolong jaga adikku!" ucap si pria langsung, tidak bisa lagi berbasa-basi karena waktunya memang tak banyak, "Kurasa aku tidak akan bisa melakukannya lagi." si pria tersenyum penuh arti saat memandang gadis yang pernah ditemuinya beberapa kali ini.

"Apa maksudmu?" Jawab si gadis sambil menggeleng, mencoba menolak permintaan pria ini. Gila saja. Mereka baru bertemu beberapa kali, kemudian pria ini tiba-tiba meminta hal mustahil yang harus dipenuhi. "Kau tidak bisa seperti ini padaku."

"Hanya kau yang bisa melakukannya," mohon si pria kelewat serius tanpa dibuat-buat. Dan Sora tahu sekali jika pria ini tak sedang berusaha membual ataupun dikasihani.

"Jangan terlalu lama berpikir, Sora. Kau tidak lupa tentang apa yang kukatakan di pesta, kan?" Lelaki itu diam sebentar. Menatap lurus kedua mata bening gadis yang berada dihadapannya. "Aku tahu semuanya. Kau, ayahmu, dan Min Yoongi."

"Apa kau sedang berusaha memanfaatkanku, Kim Seokjin?"

"Terserah kau menganggapnya bagaimana. Tapi di sini, kita punya orang-orang yang begitu berharga untuk dijaga." Tatapan itu tidak berbohong, penuh tekad dan keseriusan. "Aku akan memastikan keselamatanmu dan mereka. Tapi, lakukan satu hal sebelum aku benar-benar pergi. Jagalah Taehyung untukku."

"Tidak mungkin... bagaimana bisa—"

"Taehyung itu lemah. Aku hanya ingin dia bertahan sampai keadaan menjadi lebih baik, Sora. Kalau kau tidak mau melakukannya untukku, setidaknya lakukan semua ini untuk Yoongi. Aku tahu betapa berartinya pria itu untukmu."

"Tapi—" Sora mengembuskan napas berat. Berpikir apakah harus menerima tawaran gila ini? Semua tentu takkan mudah, namun setitik harapan itu juga menyala di hatinya. Lagi pula pria ini menjanjikan sesuatu untuk Yoongi, tentu saja Sora tidak bisa menolaknya. Terlebih ini untuk Yoongi, ya untuk dirinya dan Yoongi. Maka, setelah satu lagi embusan napas beratnya, Sora menatap tegas pada pria itu. Berucap yakin dengan sepenuh hati, "Baiklah, aku akan melakukannya."

"Aku hanya bisa mempercayakannya padamu. Maaf jika apa yang akan kau lalui menjadi berat." ucap si pria seraya tersenyum lega. Sora hanya memberikan anggukan pelan tanpa memandangnya lagi. "Sekarang, tolong temuilah dia."

"Kau tidak ikut?" tanya Sora dengan dahi berkerut.

"Tidak." Seokjin tersenyum tipis, begitu tipis dengan terpaan lampu temaram yang tak benar-benar menerangi kamarnya, "Ada yang harus kutemui malam ini."

Maka, tak menunggu lama, Sora segera undur diri. Melangkah gontai menuju kamar lain dimana seorang lelaki seumurannya terbaring lemah tak berdaya. Begitu damai terlelap tanpa tahu bencana apa yang tengah menimpanya.

Sempat bertemu dengan beberapa perawat dan dokter yang tergesa melewatinya saat berhenti di vending machine, Sora tak bisa untuk tidak menatap kemana orang-orang itu pergi. Well, sepertinya semua berjalan terlalu cepat kala ia mendapati lampu di depan kamar yang baru saja dia tinggalkan menyala merah.

"Kim Seokjin sialan!" batinnya bersama suara alarm yang menjerit dan hasil curi dengar di depan kamar.

"08.30 pm KST. Kim Seokjin dinyatakan meninggal."

o—o0o—o

Hiruk-pikuk pesta terasa begitu sunyi bagi Taehyung. Meski tak sedikit yang mengajaknya bicara atau berusaha menemani, namun tetap saja, jika bukan Sora yang menemani rasanya masih sendiri.

Gadisnya tengah dibawa Jinyoung untuk menyapa sang Ayah dan kolega mereka di suatu ruangan. Meski sangat ingin, Taehyung jelas tidak bisa mendobrak begitu saja. Ruangan itu memang disiapkan khusus bagi kerabat dekat penyelenggara pesta. Tidak sembarangan orang bisa berada di sana. Apalagi melihat jumlah penjaga di depan pintu, ingin nekat pun tak sanggup.

Sial!

Sudah empat puluh menit, namun belum ada tanda-tanda gadisnya akan muncul. Sepertinya kata menyapa tidak cocok untuk apa yang mereka lakukan selama ini. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam?

"Taehyung-ssi?"

"Eoh, Yerin-ssi." Menengok dan mendapati siapa yang memanggilnya, sepertinya Taehyung bisa menunggu sedikit lebih lama tanpa kebosanan, "Kukira kau di dalam."

"Ya. Aku baru saja keluar untuk pergi ke toilet." Yerin berjalan mendekat, "Kau pasti menunggu Sora? Sepertinya dia jua ingin keluar, tapi tidak bisa karena yang di dalam sedang bernostalgia dengan masa kecil Ong Seongwoo, Kwon Sora, dan Hwang Minhyun."

Well, jadi Seongwoo, Sora, dan Minhyun adalah teman semasa kecil? Taehyung bahkan baru mengetahui fakta itu. Namun, rasanya sedikit lega. Mereka hanya teman kecil, kan? Tidak ada yang perlu dicemaskan.

"Taehyung-ssi, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa yang ingin kau tanyakan, Yerin-ssi?"

"Maafkan aku sebelumnya, hanya saja semua ini terasa sedikit memusingkan untukku. Dan maaf kalau aku terlalu ingin tahu urusan pribadimu," Ah, Taehyung tahu kemana arah pembicaraan ini, "Apa kau dan Sora sedang berkencan?"

Ucapan Yerin tadi masih terngiang-ngiang di kepala. Membuat pusing dan mengacaukan konsentrasinya. Taehyung ingin segera pulang, lagipula Sora juga memberi pesan jika Ayahnya meminta agar Sora pulang ke rumah. Bukan pulang bersamanya.

Baiklah, tidak ada alasan untuk tetap tinggal. Meski sebenarnya sangat ingin menemui Sora dan meminta penjelasan sebanyak mungkin, tapi hal itu tidak bisa dilakukan sekarang. Jelas tidak mungkin bertindak bodoh dan gegabah setelah mendengar apa yang dikatakan Yerin. Ia hanya bisa beharap jika semua yang dinyatakan hanyalah spekulasi belaka.

Sora dan Hwang Minhyun. Kedua nama itu benar-benar mengganggunya. Sudah lewat tengah malam dan Taehyung benar-benar hanya berbaring di atas ranjang tanpa bisa terlelap. Kepalanya masih pening karena terlalu banyak spekulasi. Apalagi setelah Yerin mengatakan jika Sora dan Minhyun pernah menjalin sebuah hubungan di masa lalu. Tak perlu diperjelas hubungan yang seperti apa, terlebih dengan ucapan Yerin yang mengatakan—

"Aku sempat mengobrol dengan Minhyun. Dulu Sora mencampakkannya demi laki-laki lain, karena itu rasanya sedikit berat saat Minhyun harus menyetujui perjodohan dengan keluarga Kwon."

—oh, sial!

Taehyung bahkan sama sekali tidak tahu tentang hubungan masa lalu Sora. Dengan siapa saja gadis itu pernah berkencan atau bagaimana hubungan Sora dengan lelaki dari masa lalunya. Well, semua ini tentu mengejutkan. Apalagi, perihal perjodohan. Taehyung jelas sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang gadis itu.

Ingin sekali marah karena merasa ditipu, memang siapa Taehyung? belum menyatakan perasaannya saja sudah ditolek mentah-mentah. Ah, merana sekali hati kecilnya.

Waktu menunjuk pukul lima, melangkah dari kamarnya, Kim Taehyung bergerak menuju kamar Sora. Tidak bermaksud kurang ajar. Sungguh! Ia hanya begitu merindukan Sora setelah apa yang merasuki pikirannya barusan. Dan aroma Sora yang tertinggal di ranjangnya, tentu mampu meringankan beban dalam pikiran hingga membawanya terlelap.

Setidaknya harus sedikit beristirahat.

o—o0o—o

"Wah, kau benar-benar mirip seperti zombie."

Hoseok dan Jimin terkekeh, sementara Kim Taehyung hanya tersenyum kecut setelah mendapat ledekan dari sahabatnya sendiri. Kantung mata lebar yang menghitam, rambut berantakan, dan dasi yang tak terpasang sempurna, tentu membuat Taehyung jelas terlihat mendekati makhluk hidup yang kehilangan pikirannya itu.

"Ada apa? Sesuatu menggaggu pikiranmu?" melihat kawannya yang masih terpaku, Jimin sadar kalau ada yang tak benar di sini. Ia tahu betul bagaimana Kim Taehyung itu. Mengenalnya dari bangku sekolah membuat Jimin hapal dengan perangainya.

Sadar betul kawannya cemas, Taehyung mencoba mengulum senyum. Meski sejujurnya malah membuatnya terlihat makin menyedihkan. "Aku hanya tidak bisa tidur semalam, Jim. Tidak ada apapun, kok."

"Well, sepertinya aku harus pergi terlebih dahulu. Kalian bicaralah," pamit Hoseok sebelum meninggalkan keduanya. Lagipula, makan siangnya telah usai. Kehadirannya sebagai orang baru bisa saja membuat Taehyung terasa tak nyaman menceritakan segalanya, akan lebih baik jika ia pergi. Membiarkan Taehyung bebas bercerita pada rekannya.

"Sora tidak pulang, ya?" Jimin masih menatap resah. Ia tahu Taehyung berbohong. Terlihat sangat jelas. Tidak mungkin tidak terjadi sesuatu sampai kawannya tidak tidur semalaman.

"Eung. Tuan Kwon memintanya pulang semalam."

"Bagaimana dengan makan malam bersama kakek Kim nanti?"

"Sora tetap datang bersamaku."

"Apa yang sebenarnya terjadi, Tae?"

Huh! Tak bisa lagi menghindari Jimin, kali ini Taehyung berterus terang. Menceritakan kegelisahan yang membuatnya tak tidur semalaman. Segala yang dikatakan Yerin. Tentang hubungan Sora dan Minhyun, tentang Sora yang meninggalkan Minhyun untuk pria lain, dan yang paling utama, tentang perjodohan yang akan dilakukan kedua belah pihak keluarga mereka.

Ya, kali ini Jimin paham betul kenapa Taehyung terlihat begitu berantakan. Semua ini terlalu berat baginya. Pria ini telah begitu jatuh pada Sora. Dan si gadis—Jimin tahu, Sora juga merasakan hal yang sama. Semuanya jelas terlihat dari sikapnya, tatapan mata itu, senyumnya, dan bagaimana ia menjaga Taehyung selama ini. Jimin yakin betul dengan semua itu.

Hanya saja ... Ya, hanya saja sepertinya Sora tidak benar-benar bisa mengekspresikannya. Seperti ada sesuatu yang menahannya untuk mencurahkan segala perasaannya pada Taehyung. Sesuatu yang mengikat di dalam hati gadis itu hingga menciptakan keraguan di setiap tindakannya.

"Kau harus mendengarnya dari Sora sendiri. Kau percaya padanya, kan?"

Yah, Jimin benar. Itu yang harus ditekankan sekarang. Ia percaya pada Sora. Jelas.

Kembali ke rumah, Taehyung mendapati Sora sudah berada di kamarnya. Sepertinya juga baru pulang. Terlihat dari pakaian kerja yang masih melekat di tubuhnya dan tas kerja yang belum diletakkan pada tempatnya.

"Kau pulang lebih cepat?"

Si gadis berbalik, menyapa dengan senyum lembut sebelum menjawab, "Ya. Aku tidak mau terlambat menghadiri makan malam yang diadakan kakekmu, Tae."

Maka, setelah keduanya bersiap dengan pakaian formal dan gaun malam—yang entah bagaimana membuat Taehyung tidak bisa untuk tidak terkesima, keberangkatan mereka tak ditunda lagi. Meski dengan pikiran berkecamuk, namun Taehyung tetap tak tahan untuk melontarkan pujian. Gadisnya terlihat sempurna malam ini. Gadis yang mungkin akan meninggalkannya sebentar lagi.

Ah, membayangkannya saja membuat dadanya berkedut ngilu.

Tiba di restoran tujuan, sepasang kekasih menyambut mereka dnegan pelukan. Jeon Jungha dan Park Jimin sudah tiba lebih awal, menanti kehadiran mereka sebelum masuk bersama. Kakek Kim itu, memang tak jarang mengundang rekan cucunya untuk makan malam bersama seperti ini. Anggap saja menjaga jalinan hubungan, dan sedikit mencari informasi. Tentu tanpa paman yang jelas akan mengacaukan suasana.

Well, yang lebih menarik dan sedikit membuat penasaran adalah tamu spesial yang dikatakan Kakek Kim beberapa hari lalu. Pria tua itu memang penuh kejutan.

Sungguh!

Pernah suatu malam, Kakek Kim membawa kedua orangtua Jimin yang tinggal di Busan untuk makan malam bersama dan mengatakan jika mereka adalah tamu spesial yang dimaksud. Lain lagi dengan beberapa malam di mana Kakek Kim mengatakan membawa tamu spesial dan memberi masing-masing dari mereka sekotak penuh camilan khas Eropa dan wine mahal.

Well, tamu spesial yang dimaksud sang Kakek memang tidak pernah mudah ditebak.

Dan malam ini, mereka juga tak kalah penasarannya dengan siapa—atau mungkin apa—tamu spesial yang akan datang.

"Kau tidak diberitahu kakekmu, Tae?" tanya Jimin dengan rasa penasaran tak terbendung. Sekaligus, mencoba mengalihkan pikiran Taehyung dari segala sesuatu yang mulai menelannya dalam diam.

"Tidak, Jim. Aku tidak tahu sama sekali."

"Yah, kakekmu itu memang benar-benar pandai dalam memberi kejutan," Jimin terkekeh pelan, "Kuharap kakek membawa sesuatu seperti wine atau sampanye lagi."

"Aku sedikit berharap kalau Kakek Kim akan memberi satu set perawatan kulit yang sedang dibicarakan itu," ujar Jungha penuh harap. Well, mudah saja bagi keluarga Taehyung untuk mengirimkan hal-hal mewah seperti itu.

Menatap dengan sepasang mata membola dan belah bibir yang berjarak, Taehyung dan Jimin jelas tak bisa menutupi keterkejutan mereka. Kali ini, Kakek Kim jelas memberikan tamu spesial.

Benar-benar spesial sampai mereka tak bisa berkata-kata. Rindu dengan iringan talu di dada mereka mungkin sama, namun di sini, Taehyung dan Jimin jelas merasakan emosi yang berbeda di dalam dada.

Ruangan itu legang, hanya ada Kakek Kim bersama seorang wanita muda yang tengah mengobrol akrab. Bagai dua krang yang baru dipertemukan setelah sekian lama.

Senyum sang Kakek terkembang kala melihat tamu-tamunya datang, dan si wanita bersurai ikal sepunggung itu ikut menyambut dengan senyum tipis yang menghias wajahnya.

Well, ini jelas tidak baik untuk jantung Jimin dan Taehyung. Terlebih, kala wanita yang diungkap sebagai tamu spesial itu berdiri dan mulai berjalan mendekat. Terlihat begitu anggun dengan gaun segalap malam dan obsidian bening sehijau zamrud.

"M-Moon Taera?" desis Sora dengan kepala yang makin kacau.

(*)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top