CHAPTER 6

"Kapan kau akan pulang?"

Jujur saja, Sora lelah dengan pertanyaan yang sama untuk ke sekian kalinya. Pria di seberang tak pernah berhenti menanyakan hal yang sama di setiap pembicaraan mereka. Padahal jelas masih banyak hal yang harus dilakukan sebelum ia bisa kembali.

"Aku akan pulang jika sudah saatnya."

"Kau tidak tahu apa yang sedang kau hadapi sekarang, Nona. Pulanglah atau aku akan membuatmu pulang—TUUT!"

Napas berat dihela, kali ini ancaman semakin sering diucap bersama sambungan yang seenaknya diputus. Dia memang tak pernah berubah—juga tak pernah main-main. Meletakkan kembali ponsel ke dalam tas, Sora segera kembali ke ruang tunggu untuk kepulangnya ke Seoul. Perjalanan kali ini cukup menguras tenaga dan pikiran bersama beberapa hal tak terduga yang datang tanpa diundang.

Ingin menyerah dan pergi sebenarnya, namun sudah sampai sejauh ini. Tidak mau jika semua yang sudah dikorbankan berakhir sia-sia.

Melayang jauh pada masa awal ia memulai semua ini, perasaan menyesal perlahan menggerogoti kepercayaannya. Benarkah apa yang ia lakukan selama ini?

Lalu, bagaimana jika benar semuanya hanya sia-sia?

Bagaimana jika semua itu memang tak termaafkan?

Bagaimana jika memang tak pernah ada pemecahan?

Bahkan jika disodorkan pertanyaan sampai kapan akan bertahan, Sora sendiri tidak pernah tahu jawabannya. Ia hanya melakukan apa yang bisa dilakukan sekarang.

Tenggelam dalam pikiran rupanya membuat si gadis tak menyadari jika sudah tiba di destinasi. Ia memang kembali lebih cepat dari yang dijadwalkan, jadi, sama sekali tak berharap ada penjemputan.

Bisa saja sebenarnya menelpon Taehyung dan minta dijemput sekarang juga. Pria itu akan lagsung datang dan meninggalkan segala pekerjaan yang sedang dilakukan. Namun tentu Sora takkan melakukan itu, terakhir kali ia meminta bantuan Taehyung—secara mendadak, membuat Jimin kelimpungan dengan limpahan pekerjaan yang ditinggalkan.

Pun dengan sang kakak atau juga sahabatnya—Seongwoo—yang tanpa keberatan akan menjemputnya sesegera mungkin. Namun ia juga tak bisa begitu saja meminta keduanya. Baik Jinyoung ataupun Seongwoo memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dikerjakan.

Mungkin, sekarang saatnya menikmati waktu sendiri. Keluar dari hiruk pikuk pekerjaan dan segala hal yang mengekangnya selama ini. Melewati pintu utama stasiun dengan sebelah tangan memborgol koper, si gadis yang mengenakan atasan hitam dan celana panjang bermotif kotak-kotak itu mencari kafé terdekat dari ponsel untuk menikmati waktu sengganggnya.

Duduk sendiri di sudut kafe bernuansa coral dan diiringi musik klasik seperti ini memang sudah menjadi kebiasaannya sejak lama. Ditemani sebuah jurnal untuk menulis jadwal dan beberapa pemikiran tentang pekerjaan, Sora seolah mendapat ide dan inovasi baru akan beberapa hal yang bisa dikerjakannya nanti.

"Sora noona?"

Mendengar namanya disebut, Kwon Sora segera menoleh. Menemukan seorang pemuda dengan pakaian serba hitam dan bucket hat yang menutup hampir seluruh wajahnya. Sora jelas masih mengenali siapa pemilik bibir bawah berbelah ini.

"Hyunjin?"

"Ah, benar rupanya." Si pemuda membuka topinya sembari menyibak rambut ke belakang, "Boleh aku bergabung, Noona?"

"Tentu, Hyunjin-ah."

Tak perlu menunggu lama, si pemuda segera menduduki bangku di seberang Sora. Kemudian saling menanyakan kabar dan berbincang tentang cuaca sembari menunggu pesanan datang. Di mata Hyunjin, wanita dengan jarak usia terpaut lima tahun ini masih sama mengagumkannya dengan saat terakhir mereka bertemu.

Pembawaan tenang dan hangat rasanya membuat siapa saja bisa mudah jatuh hati padanya. Ditambah senyum menawan yang membuat siapa saja akan ikut tersenyum saat melihatnya.

"Noona akan pergi kemana?" tanya Hyunjin menyadari sebuah koper berukuran sedang ternyata menemani Sora sedari tadi.

"Aku baru tiba dari Busan setelah menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan. Bagaimana denganmu?"

"Ah, sebenarnya aku menunggu Yeji," ujarnya dengan suara menyendu. Dari sini, Sora bisa merasakan ada yang tidak beres dengan pemuda di hadapannya. "Ayah memintaku menjemputnya."

"Menjemput Yeji?"

"Aku harus mengantarnya ke firma hukum Ayah terlebih dahulu untuk beberapa urusan. Kau tahu, Noona, Yeji merasa benar-benar tidak cocok dengan kakak perempuan dan ibu baru kami," mencoba menghilangkan kegugupan, Hyunjin menyesap americanonya, "jadi dia memilih untuk tinggal bersama hyung."

Tunggu! Jika begitu maka tak lama lagi Sora juga akan bertemu—

"Sora eonnie!"

Tepat saat Sora menoleh ke arah pemanggil, kedua irisnya bersirobok dengan pria dewasa di samping si pemanggil. Bumi berhenti berotasi bersama gerakan ruang yang makin menyempit. Segalanya memudar perlahan dan hanya berfokus pada pria yang kini berusaha keras mengulum senyum padanya.

Kilatan memori berkelebat di dalam kepala. Enggan membiarkan Sora menikmati senjanya yang tenang. Bahkan ini juga berat untuknya.

"Eonnie, kebetulan sekali bertemu di tempat ini," Yeji mengambil posisi di sebelah Sora, terlihat begitu manja dengan suasana hati yang membaik, "Eonnie, kau akan pergi ke mana?"

"Sora noona baru saja kembali dari Busan, Yeji-ya!"

"Aku tidak bertanya padamu, Hwang Hyunjin!" sentak Yeji dengan mata memincing, "Eonnie, bolehkah aku tinggal bersamamu untuk sementara waktu? Aku bisa membantu membersihkan rumah setelah kuliah, aku juga bisa—"

"Yeji-ya, sebaiknya kau memesan makanan terlebih dahulu. Kau bahkan tidak memakan sarapanmu pagi tadi," potong Minhyun. Sikap si bungsu sudah mulai berlebihan, dan sebagai kakak tertua, Minhyun merasa harus bertindak.

"Aku akan memakan apapun yang oppa pesan," ucap Yeji yang sebenarnya menyuruh sang kakak untuk tidak mengganggu pertemuannya dengan Sora. Pun Minhyun hanya mengiyakan dan segera pergi memesan.

Suasana canggung begitu kental terasa di meja ujung itu. Terutama pada dua orang dewasa yang sedari tadi menghindari tatapan satu sama lain. Hanya Yeji dan Hyunjin yang tetap bersuara sambil berusaha membangun suasana di antara mereka.

"Jadi eonnie, bisakah aku tinggal bersamamu?"

Pertanyaan kembali diulang, dan sepertinya kali ini Sora harus menjawabnya. Tidak ada pilihan lain. Semakin menghindar, Sora hanya semakin dikejar. "Aku tidak yakin, Yeji-ya. Saat ini aku tinggal bersama seseorang."

"Ah, jadi rumor itu memang benar ya? Kau berkencan dengan Kim Taehyung, Eonnie?"

"B-bukan begitu, tapi, ada keadaan yang tidak bisa kujelaskan sekarang."

Melihat tatapan si adik perempuan yang semakin menelisik, pun Minhyun segera menyuruh Hyunjin untuk membawa pergi kembarannya. Yeji bukanlah tipe orang yang mudah dipuaskan dengan jawaban sederhana. Ia harus tahu secara utuh apa yang ingin diketahui. Meski sebenarnya hal ini terasa menguntungkan untuk Minhyun, namun pria itu tak tega membiarkan Sora dicerca pertanyaan sang adik.

Meski harus sedikit kerepotan dengan Yeji yang menolak perintah sang kakak, namun Hyunjin akhirnya berhasil membawa pulang adik kembarnya. Tentu dnegan beberapa bujukan yang sebenarnya Hyunjin sendiri keberatan untuk melakukannya.

Pemuda Hwang itu tahu kalau masih ada yang harus diselesaikan antara si sulung dan wanita di hadapannya tadi. Dan tentu Hyunjin ingin sang kakak menyelesaikan segala permasalahan yang pernah terjadi di antara keduanya.

"Bisakah aku mengantarmu pulang?" tawar Minhyun saat Sora hendak beranjak. Gadis itu bergeming, tidak tahu harus berbuat apa untuk situasi seperti ini.

"Aku hanya ingin memastikan kau pulang dengan selamat, So."

***

Kelelahan seketika lenyap, tergantikan dengan senyum terkembang kala menyadari seseorang sudah pulang. Napasnya yang teratur dan mata terpejam damai membuat Taehyung sadar jika wanita di hadapannya ini adalah wujud nyata kesempurnaan Tuhan.

"Sora? Hey," si pria Kim berucap lemah dengan sentuhan lembut di wajah gadisnya, "kenapa kau tidur di sofa?" bibirnya melengkung mendapati gerakan si gadis yang terusik.

"Eoh, kau sudah pulang?" mengerjap pelan, Kwon Sora tak perlu memfokuskan pandangan untuk menebak siapa yang kini berada di sampingnya.

"Kenapa tidak memberitahuku kalau kau kembali lebih awal? Aku bisa menjemputmu."

"Dan membuat Jimin kerepotan?" Sora terkekeh pelan, menempatkan diri pada posisi duduk, "terimakasih, Taehyung-ah."

"Sudah makan malam?" si gadis menggeleng pelan, sore tadi hanya mengisi perut dnegan sepotong kue dan latte. "Bagaimana kalau makan di luar?"

"Apa yang kau inginkan?"

"Burger, kentang goreng, soda, dan mungkin eskrim?" sebelah alis Kim Taehyung terangkat, meminta pertimbangan si cantik di hadapan.

Anggukan pelan si gadis tentu membuat Taehyung segera masuk ke kamarnya untuk bersiap dengan bahagia membuncah di dada. Semuanya berjalan baik sepanjang hari, mungkin hari ini memang hari keberuntungannya.

Duduk dengan satu cup soda di meja, tak mengalihkan fokus Sora pada sosok menggemaskan yang tengah melahap burger di hadapannya. Terlihat begitu menikmati, seolah berada di dunianya sendiri. Sora tahu, pria dewasa di hadapannya ini sangat menyukai burger. Taehyung juga pernah berkata, "tidak ada yang pernah membuatku sebahagia ini saat menikmati burger."

Pemikiran sederhana dari bocah SMA yang begitu terang dan memiliki segalanya. Sempat membuat Sora berpikir jika Taehyung tidak bahagia dalam keluarga, namun kendati melihat pemuda itu di hari kelulusan, semua opini menyedihkan itu sirna. Kim Taehyung memang selalu bersinar dan dikelilingi orang-orang yang mencintainya.

Lalu kenapa semua ini—

"Jangan melihatku terus begitu!" ucapnya sembari mengusap sudut bibir, "aku jadi malu, So."

"Ma-mafkan aku, Tae." Sadar dari lamunan, Sora menarik gelas kertasnya mendekat ke bibir. Sepertinya benar kalau ia sedang banyak pikiran. Perlahan kepingan-kepingan yang ditemukan benar-benar membuatnya pening bukan kepalang. Kenapa semakin kemari semuanya justru semakin rumit?

"Sora?"

"Sora!"

Mendapati panggilannya tak digubris, Taehyung jadi sadar jika gadisnya juga sedang banyak pikiran. Soranya tidak biasa seperti ini. Terlalu banyak melamun, seolah membawa beban berat di punggung yang menutup aksesnya dari dunia.

Pun Kim Taehyung segera bangkit, berpindah dari tempat duduknya untuk pergi ke bangku seberang. Well, Taehyung tidak bisa tahan dengan sikap Sora sekarang. Seperti bukan gadisnya. Seperti orang lain yang menjelma dalam tubuh yang sama.

"Boleh aku memelukmu?"

"Eoh?" Sora terkesiap dengan kehadiran pria di sampingnya. Sejak kapan Taehyung berpindah? Dan belum sempat menyadari apa yang terjadi, Sora merasakan kenyamanan yang selalu dirindukan dalam hangatnya pelukan.

"Sora, aku di sini." Kim Taehyung mengusap lembut pungung gadisnya, menenggelamkan si gadis pada tempat terdekat dengan detaknya. "Jangan menanggung semuanya sendiri. Ceritakan segalanya hal yang mengganggumu, aku akan mendengarmu."

Tapi, Taehyung, jika semua fakta yang sekarang diceritakan, masih sudikah kau mendengarku?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top