CHAPTER 5
"Taehyung-ssi, Jimin-ssi?" Panggil seorang wanita dengan jas warna abu-abu dipadukan dengan rok hitam pendek yang kini mengetuk langkah mendekat ke arah pemilik nama di depan sebuah ruangan.
Hwang Yerin—yang kini ditugaskan untuk mengurus kerjasama antara Hwanggeum dan Vantae, memulai pertemuan bisnis pertama mereka di kantor milik Taehyung. Namun, Jimin menyarankan hal lain untuk memulai rapat kecil mereka. Karena cukup mengenal, mungkin pembahasan bisa dilakukan sedikit santai. Toh, dua perusahaan itu tidak pernah memiliki masalah apapun.
"Mulai sekarang aku yang bertanggung jawab untuk kerja sama dengan perusahaanmu." Yerin mengulurkan tangannya dan disambut oleh tangan Taehyung, bergantian dengan Jimin.
"Ya, Yerin-ssi. Kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik," timpal Taehyung dengan sneyum yang tersemat.
"Baiklah, bisakah sekarang kita mulai membahas sampai dimana kerja sama ini? Ada banyak yang ingin kusampaikan mengenai kerja sama ini," imbuh Yerin antusias. Banyak ide dan inovasi baru yang sebenarnya sudah ia siapkan selama ini. Hanya saja, jabatannya dulu tidak membiarkan Yerin mengembangkan idenya, sekarang adalah kesempatan besar untuk membuktikan kemampuannya.
"Bagaimana jika kita membahasnya sekalian makan siang?" Jimin memberi saran. Tentu saja karena jam kini sudah memasuki waktu istirahat. Tidak ada salahnya, sekalian melakukan reuni kecil-kecilan.
"Aku akan menghubungi Sora dulu." Taehyung meraih ponsel dari kantong jasnya. Menggerajkan jemarinya untuk mengetik sebuah pesan. Rasanya belum menyapa si gadis karena sejak kemarin Sora masih harus berada di kediaman keluarga Kwon.
Taehyung
Aku akan makan siang bersama Jimin dan rekan bisnisku. Apa kau mau bergabung?
Sora
Tidak, terimakasih. Aku ada janji makan siang bersama temanku.
Taehyung
Baiklah, sampai jumpa.
Mendapat tanggapan negatif dari Sora, Taehyung memutuskan untuk segera bergabung bersama Jimin dan Yerin. Mereka bertiga pergi ke sebuah kedai jajjangmyeon yang direkomendasikan Yerin. Tempatnya terletak di pinggir jalan, tidak terlalu besar, namun ornamen didalam kedai ini sangat unik. Banyak bangau kertas yang tergantung diatas langit-langit yang bergambarkan awan.
Mereka memilih untuk duduk di dekat jendela kaca besar, sehingga mereka bebas melihat jalanan dan daun-daun yang mulai berguguran.
"Woah! Enak sekali," ujar Jimin yang duduk di bangku seberang Yerin. Jajangmyeon yang mereka pesan sudah tersedia diatas meja bersama air mineral dan ttokpokki. Makanan itu terlihat benar-benar lezat dengan asap yang masih mengepul.
"Makanan disini memang enak." Yerin mengacungkan kedua jempol didepan wajahnya. "Bagaimana menurutmu, Taehyung?" tanya Yerin pada Taehyung yang duduk disebelah Jimin. Namun kali ini Taehyung terlihat melamun.
Tidak, Taehyung memandang lurus ke seberang, menembus kaca dimana ia melihat seorang gadis yang tengah tersenyum lebar dengan mata yang berbinar. Hanya saja, senyum itu tidak diperuntukkan padanya, tapi pada orang yang sedang bersama gadis itu. Taehyung bahkan tidak pernah melihatnya sesenang itu selama mengenalnya.
oo—o0o—oo
Sepulang dari kantor, Taehyung merasa benar-benar lelah. Ia belum mendapati gadis yang sudah dua tahun tinggal bersamanya itu di dalam apartemen, padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan. Seharusnya satu setengah jam yang lalu gadis itu kembali.
Pip pip pip pip pip pip
Mendengar suara dari interkom yang menunjukkan seseorang tengah membuka pin apartemennya, si pemuda Kim segera bangkit. Tidak salah lagi, orang yang ditunggui kini sudah kembali.
"Kau pulang?" tanya Taehyung menghampiri gadis itu. Sementara Sora hanya mengangkat kantung belanjanya, "sudah berbelanja ya?"
"Ya, kulkasnya sudah kosong. Aku harus membeli beberapa persediaan dan bahan makanan," jawab Sora sembari meletakkan kantung belanja itu diatas meja.
"Mandilah, aku akan menata ini." Taehyung mendekat, memahami betul jika saat ini Sora pasti lelah membuat pria ini berinisiatif untuk membantu urusan dapur mereka.
"Eung. Terimakasih."
Sora melangkah memasuki kamarnya, sementara kedua mata Taehyung tidak hentinya memandang kearah gadis itu. Ada sedikit rasa kecewa didalam hatinya. Ia benar-benar tidak tahu jika Sora memiliki teman pria yang terhitung dekat.
Cara Sora tersenyum dan berbicara pada pria itu jelas menunjukkan kedekatan yang tidak bisa dianggap remeh. Dan dua tahun mengenal Sora sepertinya tak membuat Taehyung tahu banyak tentang gadisnya. Ya, Sora masih begitu tertutup padanya.
Satu persatu bahan makanan dimasukkan kedalam lemari pendingin, sementara beberapa botol minuman dan makanan ringan dimasukkannya kedalam lemari penyimpanan. Masih tersisa sekantong plastik di meja yang isinya adalah sekotak Japchae dan ayam goreng.
Rupanya Sora sudah membeli makan malam untuk mereka. Bukan hal biasa mengingat bagaimana mereka selalu memutuskan bersama santapan apa yang akan dinikmati. Juga, hal yang tak wajar bagaimana Sora memilih untuk membeli kebutuhan mereka sendirian.
"Aku sudah menyiapkan makan malam," Taehyung tersenyum pada si gadis yang baru saja melangkah dari dalam kamarnya.
Meski hanya mengenakan kaos putih dan celana tidur panjang—serta rambut yang digulung ke atas, Sora masih terlihat begitu memesona. Tak sedikitpun kekaguman Taehyung berkurang.
"Kau menambahkan menunya?" tanya Sora yang melihat hidangan lengkap diatas meja makan.
"Eung. Kita masih punya kimchi, dan aku memanaskan beberapa lauk dari rumah kakek." Senyum kotaknya kembali terkembang. Ada sedikit kebanggaan dalam diri seorang Kim Taehyung yang telah berhasil menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.
"Hum. Terlihat lezat." Sora tersenyum sambil duduk di kursinya. Sementara Tehyung mengambilkan semangkuk nasi untuk Sora dan dirinya sendiri.
"Aku meminta Bibi Han mengajarkanku kemarin. Bagaimana?" tanya Taehyung setelah Sora menyuapkan makanan ke dalam mulut. Gadis itu tampak mengecap beberapa kali untuk memastikan rasa masakannya.
"Enak." Jujur saja, jika dibandingkan dengan sup buatan Taehyung yang pernah dirasakannya dulu, daging panggang kali ini terasa cukup lezat.
"Oh, syukurlah. Kupikir rasanya akan membuatmu mengumpat." Taehyung mengelus dadanya. Usahanya belajar bersama Bibi Han sepertinya memang tidak sia-sia. Meski harus merepotkan asisten rumah tangga kakeknya selama berjam-jam.
"Sora-ya. Siang tadi aku—" ujar Taehyung kala keduanya mencuci peralatan makan mereka di wastafel. Ingin sekali mengutarakan apa yang mengganggu benaknya sejak siang tadi. Hanya saja, semua itu terabaikan saat Sora terlihat begitu lahap menyantap masakannya.
Drrt! Drrt!
"Sebentar! Ada telepon penting yang harus kuangkat." Sora berjalan menjauh sebelum mengangkat panggilan itu. Kini Taehyung hanya mengamati gadis itu memasuki kamarnya. Mungkin waktunya memang belum tepat.
Hampir kembali larut dalam pikirannya, Taehyung justru dikejutkan oleh si gadis yang keluar dari kamar lengkap dengan koper dan pakaian formal.
"Taehyung-ah. Aku harus segera pergi ke Busan."
"Malam-malam begini?" Taehyung membelalak tak percaya. Rasanya terlalu mendadak. Dan beberapa minggu ini Sora terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya.
"Hum. Rumah sakit yang menjadi proyekku mengalami sedikit masalah. Aku harus kesana malam ini karena besok beberapa alat akan digunakan, mungkin aku akan berada disana selama dua hari untuk memastikan." Pesan Sora sambil mengamati tablet pc yang berada di tangan kanannya.
Baiklah, Taehyung tidak bisa menahan. Alasan rumah sakit cukup rasional. Tidak mungkin menghalang-halangi apalagi jika bersangkutan dengan nyawa manusia. Ia paham betul jika Sora memegang tanggung jawab yang besar atas pekerjaannya.
"Kau akan berangkat sendiri? Biarkan aku mengantarmu, So!"
"Tidak, Tae. Timku sudah menunggu di perusahaan."
"Sora, tapi—"
"Aku akan menghubungimu setelah sampai di Busan." Melihat bagaimana Taehyung yang masih menatapnya tak rela, pun si gadis berjalan mendekat. Mengikus jarak dengan sebuah pelukan yang bisa dikatakan sangat langka untuk dilakukan. "Jaga dirimu baik-baik. Aku akan segera pulang."
oo—o0o—oo
"Jimin-ssi! Taehyung-ssi!"
Pria dengan senyum secerah matahari itu berjalan mendekat ke bangku kosong di ujung. Menyapa dua pria murung yang sedari tadi hanya membolak-balik daging di atas piring. Terlihat tak berminat dengan hidangan yang disediakan.
Jimin dan Taehyung hanya membalas sapaan Hoseok dengan senyum singkat, lalu kembali tak fokus pada piring masing-masing. Hoseok tak tahu dengan masalah pria satunya, namun ia tahu pasti kenapa Taehyung—belakangan ini—terlihat tak memiliki semangat hidup.
Beberapa hari lalu, Hoseok menyaksikan sendiri bagaimana gadis yang tinggal di apartemen sebelah terlihat begitu tergesa. Terburu-buru meninggalkan gedung apartemen dengan beberapa barang bawaan yang sedikit bertumpuk.
Entah pergi kemana, Hoseok juga tidak bertanya. Namun, malam itu, setelah melangkah masuk ke lobby, Hoseok melihat bagaimana si pria Kim itu menatap kepergian gadisnya dengan dalih mengamati jalanan.
"Aigoo! Kalian benar-benar terlihat seperti pria malang ayng baru dicampakkan!"
Keduanya mengehela napas berat bersamaan. Seolah, pria di hadapan mereka benar-benar mampu membaca pikiran. Ah, atau mungkin keadaan mereka saja yang terlalu jelas mengenaskan.
"Jimin memang sedang dicampakkan kekasihnya, Hoseok-ssi."
"Ah, jangan mengungkit itu lagi, Tae! Suasana hatimu bahkan tak lebih baik dariku."
Kekehan kecil membuat kedua pria malang itu menatap tajam bersamaan. Bagaimana bisa Hoseok menertawakan mereka seperti ini?
"Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud mengejek," jelasnya. "Bagaimana jika malam ini kalian datang ke rumahku? Ibuku mengirim daging pagi tadi, mungkin kita bisa mengadakan pesta barbekyu kecil-kecilan."
"Ide bagus, Hoseok-ssi. Sepertinya kami memang membuthkan pengalihan," Jimin terdengar sedikit riang. Sedikit membaik dengan ide pesta barbekyu di tempat Hoseok. Toh sudah lama tidak makan daging bersama Taehyung. Anggap saja sekaligus perkenalan lebih dengan Hoseok. "Bagaimana, Tae?"
"Aku akan membawa beberapa kaleng bir," timpal Taehyung menyetujui. Tidak tahu apa yang sebenarnya sudah direncanakan Hoseok untuknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top