CHAPTER 4

Taehyung merasa lega setelah mempresentasikan hasil kerja timnya dengan apik. Tidak begitu banyak kritik dari dua eksekutif muda yang sempat menjadi momok untuknya. Baik Ong Seongwoo maupun Hwang Minhyun sama-sama menerima dan mendukung hasil rapat siang ini.

Dan satu lagi kejutan dari rapat siang ini, salah satu teman lama di sekolah ternyata menjadi anggota baru dari keluarga Hwang. Ahn Yerin, atau yang sekarang dikenal dengan Hwang Yerin. Tadi Minhyun memperkenalkannya pada para eksekutif grup sebagai anggota keluarga baru dan salah satu manajer yang akan bekerja sama di dalam tim.

Seharusnya, hari ini Taehyung juga memperkenalkan Hoseok di hadapan koleganya. Hanya saja, pria itu meminta izin tidak dapat hadir karena urusan mendadak di luar kota. Taehyung tidak berhak mencegahnya, Hoseok juga belum resmi bekerja di perusahaan.

Berbagai sambutan tentu diterima Yerin sebagai anggota direksi baru. Beberapa mungkin menerima begitu saja, namun sisanya benar-benar terlihat mempertanyakan kehadiran gadis itu di tempat ini.

Minhyun terlihat abai dengan apa yang dikatakan anggota eksekutif lain, tugasnya hanya memperkenalkan Yerin, bukan mengonfirmasi segala rumor yang tersebar di dalam tim.

Melihat Yerin ditinggalkan oleh Minhyun, Jimin berinisiatif untuk menyapa. Sedari tadi memperhatikan, rasanya Yerin kurang mendapat perhatian dari saudara tirinya. Pun dengan orang-orang dari Hwanggeum, Jimin merasa jika kehadiran Yerin kurang diterima. Seolah menganggap remeh kemampuan gadis yang disebut-sebut naik jabatan karena orang dalam itu.

"Ah, Minhyun-ssi dan Seongwoo-ssi harus siap-siap berkemas. Mereka akan pergi ke Busan sore ini," ucap Yerin menyadari kekhawatiran Jimin. Manajer Park sempat bertanya kenapa dirinya tidak ikut pergi bersama tadi.

Jimin memang cukup dekat dengannya semasa bangku sekolah dulu karena berada di kelas yang sama. Namun, berbeda dengan Tehyung. Yerin mungkin mengenal pria itu, namun Taehyung hanya mengetahui namanya karena Jimin.

"Aku dan Taehyung akan makan siang bersama, bagaimana kalau kau ikut?" tawar Jimin.

"Eoh, apakah tidak masalah?" Yerin terlihat ragu. Sulit diterima di lingkungan baru membuatnya menjadi sangat berhati-hati. Begitu takut melakukan kesalahan sekecil apapun karena sadar dampaknya tidak akan sama lagi. Sekarang ia menyandang nama keluarga Hwang. Kesalahan kecil akan membuatnya diperlakukan seperti kriminal.

"Tentu saja, kenapa harus menjadi masalah? Lagipula kami juga akan makan bersama beberapa teman. Kau mungkin akan menemui satu lagi teman sekolah kita, kau ingat Sora? Kwon Sora?"

Ah, nama itu. Siapa yang tidak mengingat Kwon Sora? Satu angkatan beserta dua angkatan di atas dan bawah mereka bisa dipastikan tidak melupakan gadis itu.

"Baiklah. Mungkin sedikit reuni tidak masalah."

Taehyung yang menunggu di lobby sedikit terkejut dengan kehadiran Jimin bersama seseorang di sampingnya. Ia memang tak begitu asing dengan Yerin, apalagi setelah Jimin mengatakan jika mereka pernah duduk di bangku sekolah yang sama.

Tidak ada masalah atau penolakan saat Jimin mengatakan jika Yerin akan bergabung dengan makan siang kali ini. Toh melihat bagaimana Yerin sendirian tadi sempat membuat Taehyung mengingat dirinya dulu. Ya, tak ada salahnya mengulurkan tangan.

o—o0o—oo

"Berani-benarninya Jimin datang membawa wanita lain!"

Jungha terdengar tak suka saat mendapati kekasihnya turun dari sebuah mobil bersama seorang wanita—yang sebenarnya juga ada Tehyung di sana. Tak pernah melihat gadis itu membuat dinding kewaspadaan Jungha naik seketika.

"Mungkin hanya rekan kerja, Jung," ujar Sora kelewat santai.

"Yak! Bagaimana jika Jimin berselingkuh?" ujar Jungha semakin menggebu. "Aku tidak pernah melihat gadis itu di manapun. Bagaimana jika gadis itu adalah simpanannya, So?"

"Membawa simpanannya ke hadapan kekasih dan teman-temannya memang hal yang masuk akal ya, Jung?" ucap Sora sarkastik. Jungha memang sedikit berlebihan jika menyangkut hubungan asmaranya dengan Jimin. Selalu merasa waspada dengan betina-betina yang mendekat. Begitu takut kehilangan sang kekasih.

Padahal Sora tahu jelas kalau Jimin adalah pria paling setia di dunia—nomor dua setelah ayahnya. Definisi nyata seorang budak cinta.

"Baiklah, aku mempercayai ucapanmu, So. Tapi tetap saja aku merasa kesal."

Makan siang kali itu terasa sedikit canggung dengan kehadiran wanita yang diperkenalkan Jimin sebagai teman lama di bangku sekolah. Sora tak begitu ambil pusing dengan kehadiran Yerin. Beberapa kali dihadapkan untuk persaingan olimpiade membuat Sora cukup mengingat Yerin.

Berbeda dengan Sora, Jungha terlihat cukup siaga. Dan Jimin yang duduk di hadapan gadisnya terus menerus memberi penjelasan—yang sayangnya sia-sia dan percuma. Kau tidak bisa memberi penjelasan apapun pada wanitamu yang sedang marah, Bung!

Taehyung dan Sora berpamitan terlebih dahulu mengingat ada beberapa hal yang harus mereka lakukan. Meninggalkan Yerin yang menatap penuh tanya. Memikirkan beberapa kemungkinan di dalam kepala tentang hubungan keduanya.

Mereka terlihat cukup dekat, dan Taehyung selalu memberi afeksi penuh pada Sora. Hanya saja, Yerin merasa ada hal yang cukup mengganjal diantara keduanya. Tidak kasat mata, namun begitu jelas terasa.

"Mereka memang bersama." Bak mendengar apa yang dipikirkan Yerin, Jungha segera menyadarkan gadis yang sedari tadi menatap kepergian Taehyung dan Sora. Tatapan itu cukup jelas membuat Jungha menyimpulkan jika gadis ini memiliki ketertarikan pada Taehyung

"Sora mengatakannya padamu?" tanya Jimin, terkejut dengan ucapan tiba-tiba kekasihnya.

"Tidak, tapi kita sudah menyaksikannya selama dua tahun, Sayang. Dan Yerin-ssi, pria di hadapanku ini adalah kekasihku. Jadi, kuharap kau bisa menghormati hubungan kami dan jangan pernah berpikir untuk merebutnya dariku. Kau akan mendapat masalah besar."

Terdengar begitu tegas dan mutlak. Ucapan Jungha barusan membuat Jimin menyadari suasana hati kekasihnya sedang tidak baik. Ia hanya bisa berdoa dan bersiap dengan apa yang akan dihadapinya beberapa waktu ke depan.

oo—o0o—oo

Ada perasaan berbeda saat Taehyung harus kembali menginjakkan kaki di rumah kakeknya. Jujur saja, ia takut jikalau sang paman juga tengah berada di sani. Tak kuasa bagaimana jadinya kalau lagi-lagi harus bertemu.

Taehyung tak mau membuat keributan. Apalagi dengan kondisi sang kakek yang sekarang, satu gertakan mungkin akan mebuatnya semakin lemah. Taehyung tidak mau kehilangan kakeknya.

"Oh, kalian rupanya. Kemarilah... uhuk!" Kakek Kim masih terlihat sama. Kulit pucat dengan beberapa aksesori medis yang setia menempel di tubuhnya. "Kalian datang untuk menyiapkan upacara peringatan kematian putraku...Uhuk! Uhuk!"

"Ya, Harabeoji. Beberapa orang akan datang untuk menata ruangan." Taehyung mendekat, menduduki sisi ranjang tempat kakeknya beristirahat.

"Aku menyuruh pamanmu pergi ke luar kota beberapa hari ini. Kau tenang saja," tuan Kim mengusap kepala cucunya lembut, "Aku bisa menjamin upacara besok akan lebih tenang."

Berbeda dari tahun sebelumnya yang memiliki beberapa perkara, upacara peringatan kematian keluarga Taehyung berjalan damai kali ini. Tuan besar Kim benar-benar menugaskan putra bungsunya itu ke luar kota selama beberapa hari ini.

Dan menariknya, sang paman tentu tidak akan berani melanggar perintah kakeknya. Kesimpulan dari beberapa cerita yang diambil adalah, beberapa hari lalu, Kim Junhee memang sengaja datang karena merasa kesal atas apa yang diperintahkan Tuan Besar Kim.

Ya, tak masalah. Sekarang semua berjalan lancar dan damai. Itu sudah cukup.

Taehyung kembali ke ruang makan setelah memanjatkan doa untuk orangtua dan saudara-saudaranya. Seperti tahun kemarin, Sora juga di sana. Mendampingi Taehyung sampai seluruh kegiatan dilakukan.

"Kalian tidak akan menikah?"

"Uhuk!"

Ucapan tiba-tiba tuan Kim tentu membuat cucunya tersedak. Memang sudah beberapa kali membahas secara pribadi dengan Taehyung, namun tidak secara langsung di hadapan Sora. Wajah dan telinga yang memerah tentu tak bisa disembuyikan.

Taehyung hanya merengek kecil, memprotes apa yang barusan dipertanyakan kakeknya, "Harabeoji, jangan membahasnya secara tiba-tiba begini."

"Maafkan aku, Taehyung-ah." Tuan Kim melirik keduanya bergantian, terlihat si gadis yang masih begitu tenang meski semburat merah mengias wajahnya. "Aku hanya beranggapan kalau kalian mungkin saling tertarik karena sudah tinggal bersama cukup lama. Lagipula, aku tahu Kwon Jiyong bukanlah tipe ayah yang akan menggunakan anak-anaknya untuk keperluan bisnis. Benar begitu, Sora?"

"Ya, Harabeoji. Anda benar." Jawab Sora, begitu singkat dan berharap semoga kakek Taehyung tidak melanjutkan pembicaraannya.

"Lalu, bagaimana dengan cucuku? Kau tidak mau menikah dengan Taehyung?"

Taehyung ingin menghentikan kakeknya. Ia tahu suasana seperti ini tidak begitu nyaman untuk Sora, namun di dalam sana hatinya menjerit untuk memenuhi rasa penasarannya.

"Taehyung pria yang baik, Harabeoji. Dua tahun mengenalnya, membuatku tahu kalau Taehyung adalah pria yang benar-benar baik," Sora meletakkan sendoknya, kali ini menatap serius pada kakek Kim di ujung sana, "hanya saja, menikah bukan prioritasku sekarang. Aku akan tetap berada di samping Taehyung sampai Taehyung sendiri yang memintaku pergi."

Malam beranjak, dan kini Sora meninggalkan kediaman keluarga Kim. Seperti tahun kemarin, Taehyung akan bermalam di kediaman kakeknya, sementara Sora akan kembali ke rumah keluarga Kwon.

Disambut oleh sang kakak, si gadis Kwon segera berlari mendekap pria itu. Terisak dalam pelukan sambil terus merapalkan kerinduan. Pertahanannya runtuh, kedua mata teduh itu tak kuat lagi menahan kepedihan yang ditanggungnya sendiri.

"Aku merindukan ibu. Aku merindukan ayah, Oppa!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top