8|| Mau Apa dengan Cewek Gue?
⚠PERHATIAN!!! SEBELUM MEMBACA CHAPTER INI, BACA LAH CHAPTER "Tertawa bersama ✨" TERLEBIH DAHULU!
Karena sebuah kesalahan tanpa disengaja, chapter "Tertawa bersama ✨" seharusnya sebelum chapter ini.
Tak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Sehingga sekarang hari mulai petang. Puas memberi warna satu sama lain, kini ... keduanya duduk di anak tangga. Solar dan Yaya, nampak berkeringat akibat letih habis main lari larian didalam rumah sang gadis. Walau nafas mereka masih ngos ngosan, tapi tetap sesekali tertawa.
"Haduh ... gue capek," ujar Yaya mengipasi wajah menggunakan tangan.
"Tapi seru juga ya," sambungnya tersenyum manis pada Solar.
Solar mengangguk dan membalas senyuman dari Yaya. Pemuda itu melirik ke arah jam tangan, membelalak kaget sekarang menunjukkan pukul 16:54. Berapa lama ia dan Yaya bermain tadi? Sampai tak terasa sudah jam segini?
Tapi ... saat melirik sekitar yang dipenuhi warna biru dan putih, membuatnya mengurungkan niat untuk pulang. Sekarang ia harus membantu Yaya membereskan kekacauan ini, karena yang membuatnya kacau bukan hanya gadis itu, tapi dirinya juga terlibat.
"Gue harus pulang."
Yaya agak terkejut. Solar tiba tiba berdiri "ah ... iya. Udah sore," ujar nya ketika cahaya senja masuk melewati jendela.
"Tapi sebelum itu, gue pen beresin ini dulu," Yaya mengerjap, beberapa detik kemudian sadar akan rumahnya yang sekarang kacau balau akibat ulah mereka berdua. Aahhhhh!!! Mamanya pasti bakal sangat marah ini!!!!
Ia ikut berdiri. Berjalan menuju ruang tamu disusuli Solar. Di seluruh perjalanan, yang ia lihat adalah cat biru putih yang menempel dimana mana. Melihat ruang tamu, ruang keluarga dan dapur yang dipenuhi cat dan matahari sebentar lagi ingin tenggelam, ia jadi tak tega untuk membuat Solar membersih kan ini. Yang pasti, pemuda itu akan terlambat datang ke rumahnya.
"Eung ... Lar, lo gapapa kalo langsung pulang."
Solar menaikkan sebelah alisnya "kenapa?"
"Soalnya, catnya berhamburan banget, bukan di satu tempat lagi. Gapapa kalo gue yang beresin ini, gue bisa minta bantuan pembantu kok. Lagian, mama lagi arisan ma mantemannya. Kalo udah gitu, biasanya mama bakal pulang agak larut malem. Jadi, kemungkinan gue ga bakal di marahin," ucap Yaya.
Solar tampak berfikir.
"Entar lo pulangnya pasti bakalan telat cuma gara gara beresin ini doank."
Pemuda itu menoleh ke arah rumah yang berantakan lalu menoleh pada Yaya sebagai pengganti kalimat tanya lo yakin?
Sang gadis yang tau maksud Solar pun berkata "Gue yakin kok. Yah ... lo tadi kan udah bayarin semua bahan bahan kerja kelompok kita sendiri. Nah, sekarang gue yang beresin habisnya sendiri."
Solar mendesah. Seperti yang ia bilang sebelumnya, perempuan memang keras kepala "yodah deh kalo itu mau lo," ucapnya lalu berjalan ke arah pintu.
Yaya melambaikan tangannya sampai ia teringat satu hal yang belum sempat ia lakukan "Solar!!" Panggilnya.
Solar pun menghentikan langkahnya. Memutar badan kebelakang menghadap gadis itu. Yaya berlari kecil menghampiri "gue cuma mau bilang, pas papa mau berangkat ke Amerika ... makasih udah mau sadarin. Makasih udah mau nunjukin tempat itu dan buat gue liat dengan mata kepala sendiri anak2 yang bahkan masih sekolah SD harus cari uang sendiri dan mereka sama sekali ga ngeluh."
Solar tertegun. Perasaan ia hanya melakukan hal sepele tapi sesaat kemudian ia mengerti. Helaan nafas keluar, senyuman hangat terlukis di wajah pemuda tampan ini. Entah mengapa, Yaya merasa mukanya memanas ... terpesona akan Solar yang tersenyum terlihat sangatlah manis. Bukan seperti senyum tipis yang beberapa hari ini ia tunjukkan.
Semakin merona Yaya kala pemuda tersebut mengangkat tangannya dan membelai lembut puncak kepala sang gadis yang tertutup hijab. "Itu bukan apa apa. Makasih juga untuk hari ini"
"Ha ... eh?" Racau Yaya, jangan lupa kalau ia sedang salting.
Solar yang melihat wajah cantik Yaya merona, menjadi sangat imut dimata tapi tak sehat bagi jantungnya yang sekarang sudah berdegup dengan kencang, bisa bisa ia mempunyai penyakit jantung di usia muda sebab terus terusan melihat muka imut gadis di depannya ini.
Tangannya yang mengusap kepala sedikit ia turunkan, mencubit gemas hidung mancung Yaya "sampai ketemu di sekolah" ucapnya melepas cubitan itu dan beranjak pergi.
Sementara Yaya yang otaknya masih nge henk sebab perlakuan Solar tadi, diam mematung seakan sedang memproses apa yang terjadi.
Pemuda itu kembali melirik ke arah sang gadis. Terkekeh kecil melihatnya "assalamu 'alaikum" salamnya dengan suara agak keras, berhasil membuat Yaya tersadar.
"Wa-wa-wa-wa 'alaikumsalam" Jawabnya tergagap.
Solar pun masuk ke mobilnya, menyalakan mesin lalu perlahan pergi menjauh dari rumah.
Yaya meraba dimana letak jantungnya yang sekarang seakan ingin meloncat keluar sambil mengingat kejadian barusan. "A-apa yang terjadi?" Gumamnya.
"Ya?"
"K-k-kok gue ...
"Yaya?"
"Ngerasa ...
"Yaya~"
"Pengen ...
"Yaya!"
"Melayang~"
"YAYA!!!"
"E EH, IYA?!"
Ayra menatap bingung sang anak. Apa yang anaknya lamunkan sampai tak mendengar seruannya?
"Eh, mama?" Ucap Yaya, baru sadar bahwa Ayra rupanya sudah pulang dan berdiri di depannya.
"Ya?"
"Mama kok udah pulang?" Tanya Yaya heran. Sepertinya otaknya sudah memulih sekarang.
"Emang kenapa? Ga boleh?" Tanya Ayra cemberut. "Bukan ga boleh ...~ biasanya kan, mama kalo pergi arisan suka pulang malem," ujar Yaya.
Yaya mengernyit melihat mamanya yang tiba tiba tertawa kecil "kok ketawa?"
"Emang kalo mama pulang cepet kenapa? Nasi ama lauk kita yang mama masakin tadi pagi itu dikit tau~ takutnya kehabisan dan kamunya kelaperan. Atau, kamu emang berharap mama pulang lama? biar kamu bisa kencan ma dia?" Tanya mamanya tersenyum jahil.
Yaya memiringkan kepala. Kalau mengharapkan mamanya pulang telat, itu benar. Soalnya dia kan ingin beres2 rumah. Tapi ... apa maksudnya dengan kencan •-•? "Kencan? Maksudnya?"
"Kencan sama pacar kamu itu lho," ucap Ayra mulai memasuki rumah.
"Pacar? Eh? Yaya kan ga punya pacar mah~" elak Yaya mengejar mamanya itu.
Brugh!'
Yaya mundur beberapa langkah setelah bertubrukan dengan tubuh Ayra yang tiba tiba berhenti. Pertama ia bingung kenapa mamanya berhenti. Tapi mulai paham saat ingat kondisi isi rumahnya. 'Mampus lo Ya'
"Yaya."
"I-iya?"
"Kenapa dengan rumah kita?" Entah mengapa, suara itu terdengar menakutkan di gendang telinga Yaya. Sang gadis meneguk ludah.
"Jawab sayang."
Yaya merasa ngeri. Ekspresi Ayra menakutkan. Mulutnya tetap tersenyum, tapi matanya melotot dan menatap Yaya tajam.
"Ee... erk... ta... tadi, Yaya ama Solar main warna mah. Ehehe," cengirnya, memejamkan mata dan kedua tangannya bersiap untuk menutup kuping.
"Aa~ kalian berdua main ya?" Ucap Ayra tersenyum sambil merotasikan matanya. Yaya mengerjap ..., kenapa tatapan tajam mamanya sekarang berubah menjadi biasa biasa saja? "Mama ga marah?" Tanya Yaya.
"Ngga kok sayang~" ucap Ayra.
Yaya menghela nafas lega karena masalahnya terselesaikan sekarang "fyuh sukur deh mama ga marah" ucap Yaya tersenyum. "Eits, tapi ... hukuman bersihin sendirian semuanya kamu ga bebas."
"Ha?" Kejutnya.
"Apa ha he ho? Siapa suruh pacaran main warna dalem rumah," ucap mamanya berjalan ke arah tangga dan menaikinya.
Yaya mendengus, tadinya setelah mendengar mamanya tidak marah, ia berharap Ayra ikut membantunya. Tapi ya sudahlah ... setidaknya telinganya tidak akan sakit akibat mendengar omelan emak emak.
"Kecian Neng Yaya hahaha..." Ejek Bi Tia tertawa ngakak saat melewati Yaya.
Gadis itu menarik nafas dalam dan mengusap dada. Orang sabar di sayang Allah. Pikirnya.
- ✯You and Me✯ -
"Haha! Rasain tuh! Hmh! Ini lagi! Lompat lompat lompat!!" Racau Gopal yang sedang bermain game di handphone miliknya. Ia kesal karena dari tadi sudah memainkannya, tapi selalu kalah.
"Assalamualaikum"
"Ey?" Gopal mem pause game nya. Terkejut bukan main melihat Solar pulang dengan keadaan bajunya dipenuhi warna. Begitu juga mukanya.
"Lar!! Lo kenape??" Tanya nya meletakkan handphone dan menghampiri Solar. "Gapapa" jawab sang pemuda berniat ingin langsung kekamarnya.
Semakin mengernyit Gopal kala menyadari Solar rupanya sedang senyum senyum sendiri. Apa dia sudah gila? "Lar!!" Panggilnya mengguncang tubuh Solar berharap sahabatnya ini tersadar. "Hn?"
"Lo kok cengar cengir cengar cengir sendiri? Mikirin apa sih?" Tanya nya. "Gapapa," jawab Solar, berjalan meninggalkan Gopal menuju kamarnya.
Gopal menghela nafas lelah. Setelah kejadian itu, sahabatnya yang satu ini menjadi sangat tertutup. Ia menaikkan bola matanya ke atas, sedang menebak nebak apa yang telah terjadi dengan Solar. "Hm ... Lar."
"Hn" jawab nya, tak menghentikan langkah jalannya.
"Lo lagi suka ma cewek kan?" Tanya Gopal dengan senyum jahil. Melipat tangan di atas dada, badan gempalnya ia sandarkan pada dinding.
Dan ... pertanyaan yang ia tanyakan, sukses membuat langkah Solar terhenti "mungkin," ia melanjutkan jalannya. Gopal yang mendengar itu menganga. Padahal dia cuma ngasal doank dan niatnya pengen ngejailin Solar itu aja.
"J-jadi bener??? Sapa tuh cewek???" Tanya nya mulai kepo mengejar sahabatnya.
"Bukan urusan lo," ketus Solar.
"Aelah. Gue kan sahabat lo. Lar! kasi tau donk!" Pinta nya lagi.
"Kagak"
"Ni anak. Kalo ngasi info pelit amat" ucap Gopal tak kalah ketus. "Terserah gue lah. Lagian gue kan bilang mungkin."
"Ga ga ga! Ini pasti lo-
BHUG!
PRANG!
Terdengar suara yang berasal dari atas, tepatnya di kamar Solar membuat kedua sahabat itu terkejut.
Solar membelalak setelah tau itu suara apa. Rasa khawatir dan takutnya tak bisa lagi ia tekan. Dengan cepat, ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya diikuti Gopal.
Saking ketakutan dan khawatir nya, tanpa sengaja, ia membuka pintu kamar dengan cukup keras sehingga menghasilkan bunyi
BRAK!
Matanya semakin membelalak. benar saja, benda kesayangan jatuh kelantai membuat kacanya retak. Solar berlari dan duduk di samping benda tersebut. "Jangan khawatir. Kau akan segera pulih" ucap Solar tersenyum.
.
.
.
.
Skip 2 hari kemudian ⛅
.
.
.
.
- ✯You and Me✯ -
Yaya menatap hasil kerja kelompoknya bersama Solar yang dari luar, nampak seperti sebuah tabung bercat biru beserta bintik bintik putih yang lebar, lebih besar daripada tingginya. Teman2 sekelasnya heran dengan apa yang ia bawa. Karena jauh dari bayangan mereka tentang pemandangan alam.
Sementara Yaya bingung bagaimana harus menjelaskannya. Karena, yang merancang tugas ini bukanlah dia melainkan Solar. Dan, yang pasti ..., pemuda itu tidak akan mau memberi penjelasan apapun kepada mereka.
Ngomong ngomong soal Solar, ia tidak melihat keberadaan pemuda itu dari sampai di sekolah. Ia sudah mencoba mencarinya di perpustakaan, tapi ia tetap tidak menemukannya. Sekarang saja, bel masuk hampir berbunyi. Seharusnya pemuda itu sudah datang. Apa dia telat? atau ... tidak masuk hari ini? Tasnya juga tidak ada.
Bel pun berbunyi. Kelasnya, sedikit demi sedikit dipenuhi oleh makhluk ciptaan Allah tersebut.
"Selamat pagi murid murid kebenaran," salam papa Zola memasuki kelas.
"Selamat pagi papa."
Seperti biasa, kelas di siapkan oleh sang ketua.
"Baiklah ... apa kalian masih ingat tentang tugas Minggu lalu?" Tanya nya dan diangguki seluruh siswa kelas X IPA 1.
"Oke ... tunjukkan hasil kerja keras kalian di depan kelas satu persatu. Di mulai dari tim ketua kelas," ucap papa Zola menunjuk bangku dua muridnya. Keduanya mengangguk dan maju ke depan untuk memperlihatkan kerja rumah mereka. Setelah selesai, dilanjutkan oleh barisan berikutnya.
Karena bangku Yaya, Solar adalah bangku paling belakang juga terakhir, secara otomatis ia akan maju paling terakhir. Ia sekarang masih berharap Solar hadir agar dirinya tak kesulitan menjelaskan bagaimana benda di depannya ini dibuat.
Ia berpikir yang membuatnya tak menyimak dan melihat karya teman satu kelasnya. Tiba tiba Yaya tersadar sesuatu. Ia melirik sekeliling dan ia melihat siswa siswi yang jumlahnya lumayan banyak. Mengingat Solar adalah orang yang introvert apa mungkin dia sengaja untuk tidak masuk demi menghindari ini?
Ia berpikir sampai tiba waktu bagiannya untuk maju ke depan.
Yaya mengangguk, membawa tabung berat itu kedepan juga sebuah benda seperti remot. Reaksi yang ditunjukkan Papa Zola, sama seperti siswa siswi di kelas. Ga ngerti •︿•
"Ya ... kamu bawa apaan?" Tanya papa Zola setelah Yaya meletakkan benda itu di meja yang digunakan siswa lain menunjukkan hasilnya.
"Eung ... bawa ..." Yaya menggantungkan kalimatnya, berusaha untuk memikirkan apa jawabannya. Sudahlah~ ia sekarang memutuskan untuk menyalakan benda ini saja pake remot.
"Kalo mo nyalain, pencet aja tombol biru"
Ia pun memencet tombol biru. Seketika, tutup tabung tersebut terbuka bersamaan dengan dinding dinding layaknya sebuah bunga yang mekar. Setelahnya, benda langit seperti matahari, planet2, bintang, asteroid dan lain lain mengambang di atas tabung yang sekarang telah jadi datar.
Semua yang menyaksikan itu, langsung terpana melihatnya. Termasuk Yaya yang sekarang mulutnya sudah menganga melihat ini. Memang dia yang menyimpan benda ini dirumahnya tapi tidak berani untuk menyentuh apapun.
Bagaimana cara pemuda itu membuat ini?? Bahkan matahari dan bintang memiliki cahaya?. Mereka mengambang tanpa bantuan tiang sama sekali. Selain itu, kedelapan planet, mengitari matahari. Ia ingat bagaimana Solar mengerjakan ini dengan menggunakan obeng, dan peralatan Yaya tak tau namanya. Yang sepertinya dibawa dari rumah.
"Ini ... ini kalian beneran bikin?" Tanya papa Zola tak percaya.
"Iya lah pak. Tapi sebenarnya, saya mengerjakan bagian2 mudah sementara Solar tangenin ininya," ujar Yaya sedikit menyentil bagian alasnya.
Mendengar pernyataan Yaya, tentu saja membuat seluruh kelas heboh, mulai membicarakan Solar. Mereka bertanya tanya seberapa pintarnya pemuda itu.
"Beneran? Ga boong kan? Boong itu dosa lho," ucap papa Zola yang sepertinya masih sulit untuk percaya.
"Buat apa coba saya boong pak," ujar Yaya cemberut.
- ✯You and Me✯ -
Yaya, Ying, Hanna dan Suzy lagi nongkrong di kantin sekolah. Seperti biasa, usai bel istirahat berbunyi mereka akan berkumpul disini. "Beneran Ya, Solar ngerjain itu?" Tanya Hanna yang entah ke berapa kalinya sekarang.
"Iya ...~ udah berapa kali tak bilangin juga," ucap Yaya menyeruput teh esnya.
"Hebat banget bisa buat benda kek gitu," gumam Ying, berusaha memikirkan bagaimana cara membuatnya.
"Coba aja gue juga bisa buat," sambungnya, meletakkan dagu pada tangan sebagai penopang.
"Eh Ya ... btw, akhir akhir ini lo deket ya ma si Solar," goda Ying tiba tiba membuat Yaya kaget "tau dari mana?" Tanya sang gadis.
"Lo pikir kita ga liat?" Ucap Suzy memasang wajah jahil.
Flashback on
"Bener nih Han, Yaya ada di UKS?" Tanya Ying yang sedang berjalan bersama kedua sahabatnya mencari Yaya untuk mengajaknya ke kantin sama sama.
"Gue ga pasti sih~ tapi, dimana lagi dia kalo bukan di UKS coba?. Di kelas gaada. Di toilet juga gaada. Lagian, pas guru BK bawa 8 cowok dari kelas kami ke ruangannya, dia nuntun Solar ke UKS" ucap Hanna.
"Uwu ... kalo gitu, gue mencium aroma aroma couple baru nih" ujar Suzy ketawa sendiri.
"Obatin gue"
Suara itu, membuat ketiga gadis tersebut berhenti lalu mengendap endap mendekati UKS yang sudah berada di depan. Setelahnya berusaha mengintip Solar dan Yaya dengan hati hati.
"Benarkah?"
"Dimana memar nya?"
"Maaf ya Lar"
"Hm?"
"Gara gara gue, lo jadi kek gini"
"Jangan di pikirin"
"Sebenarnya, gue ga nyangka si~"
"Tau ga lo apa yang ga nyangka?"
"Gak"
"gue ga nyangka kalo gue secantik, semanis dan seimut itu! Sampe sampe, semua cowok di sini terpikat sama gue HAHAHAHA"
"Buset '-' " gumam Ying melihat sekaligus mendengar hal itu dari mulut sahabatnya.
- ✯✯ -
Ying dan Hanna sedang asik jalan santuy malam. Mereka tadi sama sama baru saja dari mini market terdekat dan ketemuan di sana. "Han, lo belanja apa aja?" Tanya Ying melihat kantong belanjaan Hanna begitu besar dan banyak.
"Bahan bahan keperluan rumah deng" jawab Hanna.
"Lar"
"Eh" kejut mereka berdua ketika melihat Solar dan Yaya berjalan berdua di hari yang sudah bisa dikatakan malam ini.
"Hm"
"Lo berangkat sekolah itu jam berapa si?"
"04:30"
"Lah ... jalan bareng deng" ucap Ying dengan pandangan mata tak lepas dari Yaya dan Solar.
"Ho'oh" begitu pun Hanna.
- ✯✯ -
"Akhirnya sampe juga di rumah Yaya" ucap Suzy dengan nafas agak tersengal sebab ia dari tadi mengayuh sepeda bersama kedua sahabatnya.
Kalau Ying dan Hanna si, tidak kelihatan capek sebab jarak antar rumah mereka lumayan deket. Sementara Suzy agak jauh. Mereka ke sini, niatnya ingin sepeda bareng2 ampe ke pinggir kota selagi hari Minggu.
"Hehe iya. Ey?"
"Kenapa Ying?" Tanya Hanna dan Suzy serempak.
"Li-liat deh" suruhnya menunjuk jendela kaca rumah tersebut yang menunjukkan, Yaya sedang tertawa terbahak bahak sambil berlarian kesana kemari bersama ...
"Itu Solar kan?" Ucap Suzy.
"Iya" jawab Hanna.
"Mereka ... main ... kejar kejaran?" Gumam Ying.
"Udah kek di film aja main kejar kejaran. Pake ketawa ketiwi lagi! Gue kan jadi baper" ucap Suzy merasa gemas dengan mereka.
"Kalo gitu kita tinggal aja yuk. Biar mereka tambah deket" ajak Ying mulai memutar balikkan sepedanya.
"Yuk yuk yuk"
Flashback off
Yaya menggigit bibir bawahnya tak tau harus menjawab apa.
"Apa ..." Ying mendekat sekaligus semakin menyipitkan matanya seakan sedang meneliti sang sahabat.
"Kenapa?" Tanya gadis penyuka pink itu merasa aneh di tatap seperti ini. Ia kembali menyeruput es teh nya.
"Apa lo mulai suka ma Solar?"
Yaya tersedak, batuk batuk kencang setelahnya membuat ketiga gadis disana panik juga dengan cepat menepuk, mengusap punggung Yaya. Setelah beberapa menit terbatuk, ia mulai tenang.
"K-kok nanya kek gitu?"
"Ya ... karena, pas kita liat lo dengan dia, kek seneng banget gitu," ujar Ying.
"Eung ... mungkin."
Kriiiiiiinnnggg...
Yaya, Ying, Hanna dan Suzy menoleh ke arah sekolah mereka yang telah membunyikan bel masuk.
"Kok udah masuk? Perasaan bentar bet dah istirahatnya." Suzy memasamkan mukanya beranjak ke sekolah duluan di ikuti Yaya, Ying dan Hanna dari belakang.
Di persimpangan, mereka berempat berpisah. Yaya dan Hanna berjalan sama sama kembali ke kelas seperti biasa sambil mengobrol tentang gosip.
"Eh?"
"Kenapa Ya?" tanya Hanna melihat Yaya tiba tiba berhenti sambil memasang ekspresi terkejut. "Kok dia ada di sini? bukannya tadi ga masuk?" ucap Yaya menunjuk pada bangkunya yang dimana, Solar telah duduk di samping kursinya sambil menulis sesuatu.
"Itu kan Solar," kejut Hanna.
"Tapi kenapa dia pake masker?"
Skip time
Siang itu, tepatnya pukul 13:00, empat orang gadis berusia 16 tahun baru saja pulang sekolah, berlarian di tengah hujan deras dengan tas sebagai pengganti payung.
"Di situ aja," ujar salah seorang gadis memakai kacamata bundar biru menunjuk sebuah warung sedang tutup.
Mereka berempat pun pergi kesana dengan niat ingin berteduh. Padahal tadi pagi sangat cerah. Dan sekarang tiba tiba hujan. Cuaca memang sulit untuk ditebak.
Saat sudah sampai, seorang gadis menghela nafas mengibas ngibas tas berwarna merah muda miliknya yang kini telah basah di guyur air hujan.
"Keknya kita nungguin jemputan disini aja deh. Soalnya kalo halte masih agak jauh ... yang ada kita bakal makin basah kuyup."
Teman temannya mengangguk, meletakkan tas masing masing diatas meja dan bersandar.
"Hey ... by the way ... kalian ada yang tau gak, pengumuman apa yang bakal diumumin besok?" Tanya Hanna, mengeluarkan jaket persediaannya jika tiba tiba hujan lebat.
Yaya menggeleng.
"Ngga. Tapi lo tau dari mana besok bakal ada pengumuman?" Tanya Suzy.
"Gue denger guru guru ngobrol dikantor tadi," ujarnya.
"Eh Ying ..., lo anak kepala sekolah kan? Lo tau gak pengumuman apa?" Yaya sedikit mengguncang sahabatnya yang sedang mendengarkan musik itu.
"Ha? Apa?"
Yaya merotasikan bola matanya jengah "lo kan anak kepala sekolah ... jadi ... tau gak apa yang bakalan di umumin besok?" tanya Yaya lagi.
"Oo~ itu. Hm ... iya~ gue emang ada denger dari papa soal pengumuman. Tapi ga tau pengumuman apa," jawab Ying menggedikkan bahu.
"Yah~ kirain lo tau," keluh Suzy.
Beberapa meter dari warung, dua buah mobil mendekat dengan kecepatan sedang.
Tiiiit...
Tiiiit...
Semua berbalik. Suara klakson itu cukup keras. Sopir dari masing masing mobil, keluar sembari membawa dua payung.
"Ah~ jemputan gue udah dateng," Suzy berjalan mendekati salah satu sopir dengan tas yang berada di tangan.
"Jemputan gue juga," ucap Ying mengemasi barang barangnya, langsung menuju mobil.
"Eh ... kalian gimana?" tanya Ying saat sebelah kakinya sudah menginjak lantai mobil.
"Gue nungguin mama. Bentar lagi pasti bakal ke sini kok" jawab Yaya.
"Kalo lo Han?"
Hanna tersentak "ah ... itu ... ba-bapak gue bakal ke sini kok" ucapnya dengan cepat, tersenyum sumringah setelahnya.
"Ooh~ okey bye bye," ucap Ying dan Suzy bersamaan. Memasuki mobil keduanya dengan tangan melambai pada Yaya dan Hanna juga dibalas perlakuan yang sama.
Mobil Ying dan Suzy pun menjauh. Kini yang tersisa di warung adalah Yaya dan Hanna.
Yaya memutuskan untuk memberi pesan pada Ayra agar mamanya cepat sampai menjemput dirinya.
"Ya ... gue boleh nanya ga?" Tanya Hanna tiba tiba sedangkan Yaya mengangguk dengan kening yang mengerut. "Apa?"
"Eung ... kalo ... kita ... udah, ga sanggup jalanin hidup ... eung ..."
Yaya semakin mengerutkan keningnya kala sahabatnya itu bertanya dengan penuh gumaman dan sekarang, tengah menggigit bibir. Dan, ekspresi nya itu ... seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ada apa?"
"Eung ... nggak, gapapa. Ga jadi deh."
Kenapa, ketika mendengar pernyataan itu, hati Yaya merasa gelisah dan khawatir? kenapa ia merasa sahabatnya ini menyembunyikan sesuatu darinya?
"Ko gitu? lo ... gapapa kan Han?" Tanya Yaya. Hanna mengangguk juga tersenyum manis "iya~ gue gapapa. Tu pertanyaan iseng aja"
Yaya menghela nafas lega. Dia pikir terjadi sesuatu pada Hanna. Bikin khawatir aja "syukur deh. Kalo ada apa apa, ceri-"
Tiiiit...
Lagi lagi, bunyi klakson membuat mereka berhenti mengobrol dan beralih pandang. Terlihat, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan warung.
Pintu mobil terbuka, menampakkan seorang pria paruh baya berjaz menatap mereka berdua dengan dingin. "Cepat Hanna."
Hanna mengangguk "Ya ... gue duluan yak. Lo gapapa kan gue tinggal sendirian?" tanya nya.
"Iya~ gapapa kok" jawab Yaya tersenyum.
"Oke ... bye~ assalamualaikum" salam Hanna memasuki mobil lalu menutupnya. "Wa 'alaikumsalam"
Yaya menatap kepergian mobil Hanna dengan sedikit takut. Ia bersyukur tidak memiliki ayah yang dingin. Kalau tidak, pasti setiap hari sudah di marahi.
Tiba tiba, sebuah pesan masuk dari handphone Yaya. Ia membukanya dan ternyata itu adalah pesan dari mamanya.
Mama
Mama mungkin jemput
kamunya agak telat
sebab masih banyak kerjaan
disini.
Yaya mendengus. Ini artinya dia akan menunggu lebih lama. Ia sendiri tidak suka menunggu. Rasanya bosan-
Tapi ... mau tidak mau dia harus melakukannya. Daripada basah kuyup di guyur milyaran air hujan yang jatuh ke bumi.
Huft!
Menyebalkan!
Baiklah! Sekarang sudah jam 13:30 yang artinya ia sudah menunggu hampir satu setengah jam. Tapi mamanya masih belum datang. Ia tau~ mamanya itu sibuk~ ditambah lagi sekarang sedang hujan deras. Tapi dia ingin pulang~
Kenapa ia tidak menumpang pada salah satu sahabatnya tadi? Kan mereka satu arah.
"Hai. apa gue boleh duduk disini?"
Yaya tersentak, mendongak melihat siapa itu. Seorang pemuda berdiri didepannya. "Ah iya boleh"
"Oke," pemuda tersebut duduk di depan Yaya.
"Lo nungguin jemputan lo ya?" Tanya pemuda itu. Yaya mengangguk.
"Udah lama ya nunggunya?"
"Ngga juga si~ baru aja 30 menit. Lo sendiri? Sedang apa disini?" tanya Yaya. Ia merasa heran ... kalau pemuda ini ingin berteduh, tapi dia punya payung untuk melanjutkan perjalanan.
"Sebelum gue katakan apa alasannya, gue mau memperkenalkan diri. Nama gue Rion. Gue baru aja pindah dan tinggal dekat sini," ujar pemuda bernama Rion tersebut sambil menawarkan berjabat tangan dengan Yaya.
Tapi sang gadis menolak jabatangannya. "hai juga. Gue Yaya. Jadi ... lo kesini ngapain," tanya nya lagi.
"Kek yang gue bilang, rumah gue didekat sini. Jadi gue pengen ngajak lo ke rumah gue buat berteduh. Tenang~ rumah gue lagi sepi kok. Sambil nungguin jemputan lo ye gak?" Ucap Rion mengedip kan sebelah matanya membuat Yaya manjadi takut.
"Ha? Ma-maksud lo itu apa hah?!" Bentak gadis itu sembari memeluk tasnya di depan.
"Lo tau betul apa yang gue maksud. Benerkan?" Rion berjalan lalu berdiri tepat di samping Yaya yang semakin ketakutan dan mundur beberapa langkah.
"Ayolah~ lo jangan sembunyiin badan indah lo itu" ucap Rion tertawa.
PLAK!
"Lo jangan berani macam macam ama gue! Kalo gak, gue bakal tinju muka lo ampe penyok dan ga bisa ingat siapa nama lo!" Ancam Yaya melotot dengan suara menyeramkan mendorong kuat sampai pemuda itu terjatuh di jalanan beraspal lalu berlari sekencang mungkin dari sana.
Tak sampai sepuluh detik ia berlari, Yaya merasakan wajahnya membentur dada bidang seseorang dan rasanya, orang tersebut membawanya kedalam dekapan hangat.
Ia mendongakkan kepala, mencari tau siapa orang ini. Yang ia lihat, seorang pemuda bermasker putih, sweater hitam dengan topinya yang terpasang di atas kepala dan sorotan mata pemuda itu menatap tajam membunuh ke depan.
"L-lo sia-
"Sssstttt" Yaya menutup mulutnya sambil berusaha menerka nerka siapa orang yang tengah mendekapnya ini.
"Mau apa dengan cewek gue?" Tanya pemuda itu dengan volume keras agar Rion yang berada di depan bisa mendengarnya.
Sementara Yaya yang dikatain sebagai ceweknya hanya bisa bengong. Perasaan dirinya masih jomblo. Kenapa ni orang ngaku ngaku ia itu cewek atau pacarnya?
Dan ... kenapa rasanya ia mengenal suara pemuda ini?
Suara yang terdengar berat, dingin, ketus.
"Ha? Cewek lo?" Tanya Rion balik seakan tak percaya.
Pemuda itu memberikan payungnya pada Yaya lalu berjalan menuju Rion dengan pandangan tak lepas dari pemuda itu.
"Hoho~ santai bro. Mana gue tau kalo itu cewek lo," ucap Rion mundur beberapa langkah saat sang pemuda mulai dekat.
"Kalau pun yang lo lakuin itu bukan ke cewek gue, lo tetap harus diberi pelajaran!"
Pemuda itu langsung melayangkan kepalan tangan pada wajah Rion sampai kembali jatuh ke aspal dan batuk beberapa kali.
Pemuda tersebut menendang berkali kali tubuh Rion dengan kuat lalu mencengkram pundak memaksanya berdiri dan memberi bogeman kuat lagi sampai mulutnya mengeluarkan darah juga kembali tersungkur ke jalan.
Saat melihat Rion yang seperti sudah tak berdaya, pemuda tersebut menghentikan aksinya. "Pergi."
Rion langsung berusaha bangkit dan pergi dari sana dengan terjengkat.
Pemuda tersebut menghela nafas, berbalik ke arah Yaya, berjalan perlahan menuju gadis itu.
Yaya tersentak saat sang pemuda menarik tangannya ke warung tadi. "Lo gapapa?"
Sang gadis yang sebelumnya menunduk, kini melihat pada pemuda yang sedang melepaskan topi sweater dan masker. Ia terkejut melihat siapa pemuda itu.
"Solar?" Gumamnya pelan.
"Lo gapapa?" tanya Solar lagi. Yaya mengangguk.
"Gue anterin pulang."
Sang gadis mengerjap "eh? Ga usah. Mama gue yang bakal jemput," tolak Yaya. Tapi Solar tetap menggandeng tangan sambil memayungi Yaya dan dirinya. Menuntun gadis itu menuju mobilnya yang berada tak jauh dari sini.
"Solar~ gue bilang ga us-
"Di mobil, lo telpon tante. Bilang ga usah jemput" potong Solar cepat.
- ✯You and Me✯ -
"Solar," panggil Yaya memecah keheningan saat mereka berdua di mobil yang sudah melaju dengan kecepatan sedang, karena sedang hujan.
"Hn"
"Lo kenapa harus sebut gue cewek lo di depan dia? bukannya bisa kalo langsung aja selametin?" tanya Yaya.
"Kalo gak, dia bakal bilang lo bukan siapa siapanya dia. Jadi buat apa ngurus?!" Jawab Solar dengan pandangan mata tak lepas dari jalanan.
Jantungnya berdetak kencang kala melihat Yaya yang tiba tiba tersenyum sangat manis juga lembut ke arahnya. "Apa senyum senyum?" ketusnya.
"Lo tuh kan termasuk sahabat gue" ucap Yaya senang.
"Kita baru kenal bentar," ujar Solar. Ia berpikir, seseorang bisa menjadi sahabat itu, hanya setelah mereka berteman sangat lama sementara ia dan Yaya baru kurang lebih sebulan.
"Ya ga peduli kita udah seberapa lamanya kenal. Gue, Hanna ama Suzy aja sekarang udah jadi sahabat. Padahal hari ketemunya dengan lo tuh sama," ucap Yaya.
"Btw ... Makasih udah selametin gue tadi," ucap Yaya. "Hn,"
Tak lama, gadis itu menyadari sesuatu "bukannya sekolah udah selesai satu setengah jam lalu pas lo samperin gue? Kok lo masih ada di sana?" Tanya nya heran.
"Perpustakaan."
"Tapi bukannya, kita pulang, guru juga pada pulang tadi?"
"Gue punya kuncinya."
Yaya mengangguk mengerti. Ngomong ngomong soal sekolah, ia jadi teringat tadi saat ia dan Hanna kembali masuk ke kelas pas bel selesai berbunyi. "Lar, kok lo di jam pertama ga masuk?"
"Bukan urusan lo."
Kalau Solar sudah bicara dengan nada seperti itu, nada yang sama saat pemuda ini meminta kembali sebuah buku tempo hari, ia hanya bisa diam. Ia tidak mau pemuda di sampingnya ini marah padanya seperti waktu itu.
.
.
.
.
Skip di rumah Yaya
.
.
.
.
"Mau masuk?" Tawar Yaya. Solar menggeleng merasa seseorang sedang menunggunya di rumah. "Lain kali aja. Assalamualaikum."
"Oke. Wa 'alaikumsalam," jawab Yaya dengan senyuman manis.
TBC
Oke, keknya chapter kali ini bosen ya :v
Hiks maaf~ QwQ
Maaf juga, harusnya aku up kemarin~ tapi kemarin kuota ku sekarat 😭🔫
Hiks ... sampe sini dulu ya QwQ
Salam manis, dari
anak termwanis didunia
Mwehehehe
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Jangan lupa tekan 🌟
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top