6|| Pengertian✨
Mata merupakan salah satu dari panca indera yang berfungsi untuk melihat. Namun, semua yang di saksikan, belum tentu benar adanya. Bisa jadi di balik semua itu ada fakta tersembunyi.
Solar misalnya.
Dari luar, pemuda itu nampak dingin nan cuek kepada siapapun. Tapi sebenarnya, ia adalah pemuda yang peduli. Hal itu terbukti kala Yaya hampir saja tercebur di kolam sedalam 7 meter. Kolam yang biasanya digunakan untuk pertandingan tahunan bermain rubik sambil menyelam. Karena SMA Bima Sakti elit, jadi banyak pertandingan di laksanakan pada sekolah tersebut yang tidak akan ditemukan pada sekolah biasa.
Solar yang kebetulan sedang berada di sana dengan kegiatan menulis sesuatu, tanpa sengaja melihat Yaya. Menghampirinya dan dengan sigap menarik lengan gadis itu.
- ✯You and Me✯ -
Yaya meletakkan kotak obat di sampingnya beralih pandang ke arah Solar.
"Soal yg, lo nyelametin gue dari kolam itu ... makasih yak"
"Hm" dan seperti biasa. Solar hanya menjawab dengan deheman.
Yaya sudah mulai terbiasa dengan ini.
"Mana lagi yang sakit?" Tanya Yaya memperhatikan badan Solar.
Pemuda tersebut menggeleng dan Yaya mengartikannya dengan kalimat 'udah gaada'.
"Lo kenapa si?"
Yaya mengerjap bingung dengan maksud dari pertanyaan itu. "Kenapa apanya?" Tanya nya balik.
"Ck! sampe ga liat kolam depan mata tuh kenapa?!" Solar menjelaskan pertanyaan nya dengan kalimat yang sedikit panjang.
Pertanyaan itu membuat Yaya tersentak. Kepalanya menunduk raut muka kembali sendu.
"Anu ... eum ... papa gue-
Kriiiiiiinnnggg
Dering bel masuk kembali berbunyi dan sekali lagi menotong ucapan Yaya.
"Ow ... bel udah bunyi" ucapnya kemudian kembali memperhatikan tubuh Solar untuk kedua kalinya.
"Lar ... keknya lo gausah ikutin pelajaran dulu deh. Disini aja ..., istirahat" ucapnya.
Solar menggeleng membuat Yaya mendengus. Pemuda di sampingnya ini terlalu keras kepala.
"Jangan bandel napa! ini badan lo coreng sana coreng sini! luka sana luka sini! gimana mau belajar?! entar yang ada makin sakit" omel Yaya.
Solar mendesah. Dan kenapa jadi laki laki itu harus mengalah pada perempuan? Ia heran ... sebenarnya yang kuat itu siapa sih?!sampai sampai tercipta kalimat untuk pasangan yang sudah menikah yaitu 'suami takut istri'?!
"Gue harus ke kelas nih"
Mendengar nya, entah kenapa Solar ingin menolak dan menyuruh Yaya untuk tetap disini.
"Bye" Yaya melambaikan tangannya lalu keluar dari sana.
Solar menatap kepergian gadis tersebut dengan mata sayu tidak sinis seperti biasa. Ia sendiri bingung! kenapa dirinya malah melemah ketika berada di dekat Yaya. Apalagi tadi saat ia membentak gadis itu ... biasanya dia akan langsung pergi meninggalkannya begitu saja. Tapi tidak! ia malah menurut pada Yaya. Iya dia tau kalau tindakan nya karena rasa bersalah. Hanya saja ia merasa ada yang lain. Seperti muncul sebuah perasaan aneh yang membuatnya merasa nyaman. Ia juga sudah mulai kerap berbicara dengan Yaya. Walau paling banyak baru tiga kata.
Ia terus menatap punggung mungil Yaya yang sudah jauh. Seyuman tipis kembali terukir diwajahnya "bye"
.
.
.
.
Skip time 🌇
.
.
.
.
Di rumah, Yaya duduk di meja belajar sambil berusaha membuat otak nya faham tentang pelajaran tadi. Sungguh ia merasa sangat bingung memikirkannya! sedangkan penjelasan dari guru mapel tersebut susah untuk ia tangkap.
Sudah berulang kali mencoba tapi hasilnya tetap saja sama.
Ah! sudahlah!
Lebih baik sekarang turun dan minta tolong diajari ke mama nya.
Yaya pun membawa buku pelajaran, buku coret coret, bolpoin dan tip ex ke bawah.
Dibawah, Yaya mendapati mama nya sedang menonton sinetron televisi. Ia pun mendekatinya.
"Eh? kenapa Ya?" tanya Ayra, sadar anaknya berjalan ke arahnya sambil membawa buku.
"Yaya ga ngerti mah sama pelajaran tadi" ucap Yaya mengucurutkan bibirnya. Meletakkan buku buku beserta alat tulis ke meja di depan Ayra.
'Ting Tong'
Belum sempat wanita paruh baya itu melihat materi apa, bel pintu malah berbunyi. Jadi terpaksa sekarang Ayra harus membuka kan pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Mama buka pintu dulu ya" Ayra bangkit dan berjalan ke arah pintu sementara Yaya memutuskan diam di tempat sembari berusaha mengartikan pelajaran ini.
'ceklek'
Pintu terbuka menampakkan seorang pria berjaz rapi serta membawa beberapa amplop besar berisikan kertas penting. Dari wajahnya ia tampak sangat letih.
Ayra menyalami tangan suaminya.
"Jadi gimana?" Tanya nya
Yaya melirik mencari tau siapa yang datang. Ia bergegas kesana kala mengetahui jika yang datang adalah Reza.
"Eum ... aku ...-
"Papa ga jadi pergi kan?" Jeda Yaya. Reza bisa melihat dari manik hazel putrinya, itu penuh harapan.
"Eumh ... dari hasil rapat tadi, ... Papa harus pergi" jawab pria itu.
Mata putrinya kembali berair. Ia sudah menduga kalau papa nya lah yang pergi. Tapi ia juga punya setitik harapan papa nya bisa tetap disini bersamanya. Isakan kecil mulai terdengar dari gadis 17 tahun tersebut.
"Yaya~" Ayra mengusap kepala Yaya namun dengan kasar di tepis.
"Yaudah sekalian aja ga usah balik," ujar Yaya dengan suara rendah, serak memandang sang Papa dengan pandangan kecewa.
Reza terdiam mendengar perkataan putrinya. Pikiran nya berkecambuk karena ia lah penyebab Yaya selalu menangis dan mengeluarkan air mata. Tapi juga sedih sebab putrinya tidak pernah mengerti dirinya.
"Yaya ga boleh gitu!" Bentak Ayra.
"Ck! Au akh!" Yaya berlari keluar rumah ..., mendobrak pagar dengan kuat. Reza ingin mengejar namun di cegah oleh istrinya "dia butuh waktu. Entar juga pasti ngerti"
"Tapi sampai kapan dia akan mengerti? Dari dulu selalu seperti ini" ucap Reza memijit kepala nya yang sakit.
"Dia hanya menginginkan mu berada di dekatnya. Itu wajar karena kamu adalah ayahnya" ucap Ayra lembut.
- ✯You and Me✯ -
"hiks"
Yaya berlari sekencang mungkin seraya berusaha me lap air mata yang tumpah begitu saja. Tidak peduli kalau menjadi sorotan mata orang orang melintas. Tak lama, ia berhenti di sebuah jembatan besi besar yang dimana dibawahnya terdapat sungai membentang luas.
Tangan nya menggenggam dengan erat gagang besi. Memukulnya sesekali sebagai pelampiasan kesedihan.
"Hiks ... papa payah! papa ga pernah sayang sama Yaya!"
Perkataan tersebut, keluar begitu saja dari mulutnya. Sekarang ia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.
Sebagai seorang anak, ia ingin setiap saat bersama kedua orang tuanya. Ingin mendapat perhatian dan kasih sayang dari mereka berdua. Kenapa hal itu bagaikan harapan yang tidak bisa tercapai?
Ia tersentak saat merasa ada yang menarik jilbab pink nya.
Dengan cepat ia menghapus air matanya dan berbalik. Terlihat seorang anak perempuan berusia sekitar 4 atau 5 tahun sedang menatap dirinya.
"Iya ada apa dek?" tanya Yaya berusaha agar suara nya tidak bergetar.
Anak perempuan itu memanyunkan bibirnya "Pipi udah gede~ jangan panggil adek" ucapnya menggembungkan pipi.
"Oow ...~ Pipi mau apa?" tanya Yaya lagi.
Anak bernama 'Pipi' tersebut mengangkat tangan dan jari telunjuknya mengarahkan ke atas.
Yaya mengikuti arah telunjuk itu sampai ia melihat ada balon gas yang tersangkut antara celah besi langit langit jembatan itu.
"Kakak bisa ga ambilin balon Pipi?"
Yaya berpikir mau meng iya kan atau tidak. Pasalnya, letak balon itu sedikit tinggi. Ia ragu kalau tangannya akan sampai juga dirinya kan phobia ketinggian. Tapi melihat ekspresi memelas dari Pipi, ia jadi tidak tega an. Jadi ia putuskan untuk menganggukkan kepalanya.
"Yeyy" seru Pipi dengan girang sambil bertepuk tangan juga melompat.
Yaya menapakkan sebelah kakinya pada besi kedua. Ia menghela nafas beusaha memberanikan diri untuk naik. Kedua tangannya berpegangan pada tiang. Memejamkan mata dan menapakkan kaki lainnya. Ia terlebih dahulu menyeimbangkan tubuhnya sebab, tempat kakinya berpijak berbentuk tabung.
Ia menoleh ke atas berusaha menggepainya tapi masih tidak sampai. Ia pun menaiki besi urutan ke tiga tapi masih juga tidak bisa menggapai tali balon itu.
"Kakak bisa ga?" tanya Pipi.
"Bisa bisa" jawab Yaya
Ia menaiki besi ke empat. Sedikit lagi bisa meraihnya. Seakan lupa dimana tempat ia berdiri sekarang ini, Yaya mulai berjinjit. Dan sedikiiiitt lagi bisa 'ayolah Yaya ... dikit lagi' ucapnya dalam hati.
"Ayo kak!!! sedikit lagi balonnya dapet" ucap Pipi.
Yaya semakin berjinjit tapi naas ia kehilangan keseimbangan. Pegangannya pun terlepas ... tubuhnya terdorong maju.
'BRABHUG!'
Ia memejamkan mata bersiap untuk tenggelam.
Sekarang ia merasa aneh ... sudah lama memejamkan mata, tapi kenapa belum kecebur juga?
Perlahan ia membuka mata membelalak sesudahnya ketika tau dirinya berada diatas tubuh seorang pemuda yang tak lain adalah Solar.
Muka Yaya memanas alias merah padam. Sementara jantungnya seperti habis lari maraton bermil mil jauhnya. Bagaimana tidak? jarak muka nya dan Solar sangat lah tipis! sekitar tiga centimeter. Kalau tanpa sengaja maju sedikit saja, sudah bisa dipastikan kalau bibir keduanya akan saling bersentuhan.
Sementara orang orang yang melintas punya beragam reaksi. Ada yang nganga sampai keselek lalat, ada yang bergidik ngeri, ada yang gemes, ada yang nutup mata sambil lari dan akhirnya kejedot tiang, ada pengendara motor juga mobil yang nyungsep, ada yang nonton sambil makan makan.
"A-a-a ..."
Tak sanggup ia berkata kata.
Hembusan nafas hangat dapat dirasa keduanya.
"Kakak ... jadi ga ambil balon Pipi?" Tanya Pipi tiba tiba menyadarkan Yaya dan Solar.
Dengan cepat gadis itu bangkit ... masih belum berdiri dan sebelah telapak tangan menutupi separuh mukanya yang merah bagaikan kepiting rebus.
Solar ikut bangkit.
Saat Yaya mau berdiri, Solar mencegahnya dengan menekan pundak sang gadis agar duduk saja. Ia berdiri menaiki besi nomor 2, tubuh tinggi sekaligus tangan panjangnya dengan mudah ia mengambil ujung tali balon tersebut.
"Yey" pekik Pipi bertepuk tangan.
Solar memberikan balon itu kepadanya "makasi ya kak" ucapnya, sang pemuda mengangguk.
"Pipi!!!"
Panggil ayah anak itu.
"Papa!!!" Sahut anaknya.
"Kakak kakak ..., Pipi pergi dulu ya~ assalamu alaikum" salam Pipi berlari ke arah papa Zola yang menunggunya.
"Wa 'alaikumsalam" jawab Solar dan Yaya serempak.
Solar beralih pandang pada Yaya. Ia berjongkok di depannya karena sang gadis masih duduk.
"Lo kenapa?" Pertanyaan sama kembali terlontar untuk yang kedua kalinya pada hari yang sama pula.
"Kenapa apanya?" Dan jawaban yang di dapat pun sama!
Solar mendengus pertanyaan ' lo kenapa' itu apalagi kalau bukan disebabkan melihat mata Yaya yang sembab dan bengkak juga bekas air mata di pipinya.
"Jangan bohong"
Yaya menunduk sesaat ... kemudian pandangannya ke samping. Solar ikut menoleh, ia mengernyit melihat Yaya menatap Pipi yang sedang bermain main dengan papa Zola sambil jalan.
"Ada apa dengan ayah lo?" Tanya Solar setelah ia mengerti.
"Papa ... dia ... ga sayang gue" ucap Yaya kembali dengan suara yang bergetar. Kristal bening kembali mengucur membasahi pipi mulus nan putih Yaya.
"Dia lakuin apa emangnya?" Tanya Solar. Mendudukkan tubuhnya di tepi jalan disamping Yaya yang digunakan pejalan kaki untuk lewat.
"Dia ... uh hiks ... ga mau netap di rumah ... selalu aja keluar negri. Rapat itu lah! Rapat ini lah! Urusan itu lah! Urusan ini lah! bagi nya gaada yang lebih penting dari pekerjaan! termasuk ... hiks ... gue"
Solar mendesah rupanya itu masalahnya. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sapu tangan putih.
Yaya terkejut melihat sapu tangan di depannya. Ia melihat Solar dengan bingung.
"Ck! Bersihin air mata lo!" ucap Solar datar.
"Jangan pake marah marah napa" Yaya cemberut menerima sapu tangan tersebut lalu menghapus air mata nya.
"Makasih"
"Hn"
"Kan sebaiknya papa gue ga pulang aj-
Yaya terkejut saat Solar menempelkan telapak tangan ke mulut nya.
"Lo jangan pernah beranggapan kek gitu. Ayah lo ngelakuin itu semua demi lo" ucap Solar.
Apa hanya perasaan Yaya saja, saat menatap manik abu Solar terlihat berkaca kaca seakan sedang berusaha menahan rindu pada seseorang.
"Ikut gue" ucap Solar tiba tiba menarik tangan Yaya untuk berdiri.
"Eh ... mau kemana? ini udah mau malem. Gue harus pulang"
Solar merotasi kan mata. Gadis di depannya ini selalu saja bertanya kepadanya. Apa tidak lelah bertanya terus?
"Ikut aja~ bentar doank" Solar berjalan terlebih dahulu.
Yaya yang tadinya menangis, sekarang memasang raut masam. Kalau ngajak ke suatu tempat, Seharusnya Solar bisa menunggu ia berjalan agar bisa jalan sama sama. Tapi tidak! Ia harus mengejar nya dengan berlari kecil.
- ✯You and Me✯ -
"Kita mau kemana si? Perasaan dari tadi jalan mulu" dengus Yaya. Kakinya mulai pegal berjalan.
Solar tak menjawab maniknya fokus ke depan.
"Lar ...~ jawab mau kemana!! Ini tuh dah malam!!! atau jangan jangan lo-
"Gk"
"Trus jawab donk mau kemana???"
Sekali lagi pertanyaan Yaya tak di kubris. Membuat sang gadis darah tinggi.
"IHHH SOL-
"Diam!"
Gadis itu menggertakkan giginya. Berusaha menahan diri untuk tidak menghajar pemuda paling menyebalkan didunia ini. Akhirnya, jilbab tak bersalah milik Yaya lah yang menjadi korban jambak kan dan gigitan.
"Hai kakak kakak!!"
Sapaan seorang anak berhasil menyelamatkan jilbab malang Yaya.
"Mau dengar lagu ga?" tanya nya bersemangat.
"Eum ... dek, kamu ngamen?" Tanya Yaya belum menjawab pertanyaan anak tersebut.
"Iya kak" jawab nya.
Mendengar itu, Yaya tertegun. Mulai melirik sekelilingnya, di penuhi anak anak umuran SD bekerja. Banyak yang ngamen, mulung, semir sepatu, layanin pembeli.
"Kok kamu kerja? Emang orang tua kamu mana?" Tanya Yaya.
"Mereka udah lama gaada kak"
Gadis itu semakin tertegun mendengarnya. Pantas saja Solar membawanya ke sini.
"Kalian dengar ya~" anak tersebut mulai memainkan gitar kecilnya.
"Jangan pernah menyerah~
Bangkit semula~
Terbang menuju awan
Kau dan aku
Pecut pantas jangan lemas~
Pecut pantas jangan lemas~
Bersama kita berjuang~
( Melangkah kedepan )
Bersama kita tentukan~
( Masa hadapan )
Dari mimpi ...
Hingga dia realiti
Hoo o o
Dari mimpi ...
Hingga dia realiti
Kita masih di sini"
Yaya dan Solar bertepuk tangan.
Yaya mulai mengecek semua saku nya ... mencari sejumlah uang untuk diberikan pada anak ini.
"Lar ... gue ga bawa duit" ucap Yaya panik.
Solar mengeluarkan uang dua puluh ribu miliknya dan memberikan pada anak kecil tersebut.
"Makasih ya kak~"
Solar mengangguk. Anak itu pun pergi. Ia menggenggam tangan Yaya dan membawanya sedikit menjauh.
"Lo udah liat kan? Keadaan mereka?"
Yaya mengangguk.
"Masih marah?" tanya nya lagi. Yaya menggeleng ... Air matanya kembali menetes.
"Hiks"
"Ni anak mewek lagi" keluh Solar geleng gelengkan kepala.
"SERAH GUA LAH!" Protes Yaya memukul dada bidang Solar.
"Aw" rintih pemuda itu.
Yaya menghapus air matanya, di tatapnya Solar dengan kesal.
"pulang! gue anterin" ucap Solar.
Sang gadis mengernyitkan dahi "lo mau ngantar gue?"
"Hn"
"Gausah Lar ... gue sendiri bisa kok" ucap Yaya yakin.
"Gk! lo harus nurut!" mutlak Solar.
"Tapi-
"Gaada tapi tapi" ucap Solar cepat.
Yaya menghela nafas lelah. Terpaksa lah ia menyutujui tawaran pemuda itu. Karena semakin ia menolak, semakin pula Solar akan mendesaknya. Sungguh menyebalkan!
"Gue ga bawa mobil. Jadi kita jalan kaki" ucap Solar ketika mereka mulai berjalan pulang.
"Lo udah punya mobil?" tanya Yaya agak terkejut, ia tidak pernah melihat Solar mengendarai motor. Lihat motornya saja ia rasa belum.
"Hn"
"Kalo di razia polisi entar gimana?"
Solar berdecak. Pertanyaan macam apa itu? seperti Yaya tidak tau saja kalau ia bahkan lebih tua dari sang gadis?
"Gue kan udah 17 tahun" ketus Solar.
"Oo~ hehehe"
- ✯You and Me✯ -
Mereka berjalan dalam hening. Yaya diam Solar apa lagi. Hanya terdengar suara orang orang juga kendaraan yang melintas.
Tiba tiba Yaya terpikir sesuatu.
"Lar" panggilnya
"Hn?"
"Lo berangkat sekolah itu jam berapa sih?" Yaya ingat obrolan nya dengan Ying, Suzy juga Hanna waktu awal awal pindah sekolah.
"04:30" jawab Solar.
"Eh buset. Pagi amat! lo mau ngapain jam gitu!!! Ha? kencan ama mbak kuntil? pacaran ama kak Sundel bolong? Atau buat kerja sama ama dek Yul buat colong kertas persegi panjang merah ama biru yg angka nol nya banyak trus ada gambar bapak bapak gitu???" tanya Yaya antusias.
"Gk" jawaban singkat, padat, jelas, MENYAKITKAN
"Trus lo ngapain?? ha? di perpustakaan?" tanya Yaya lagi.
"Hn"
Mulut Yaya terbuka 'tekad anak ini buat dapetin peringkat satu lumayan juga. Bisa kalah nih gue' batinnya panik.
"Dah sampe" ucap Solar berhenti di depan rumah Yaya.
Namun anehnya, Yaya malah terus berjalan sambil memikirkan bagaimana cara mengalahkan Solar nanti.
"Kelewatan oy" tegur nya.
Yaya tersentak menoleh kebelakang dan benar! rupanya mereka sudah sampai.
"Ah iya! hehehe" cengengesan, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Mau mampir?"
Solar melihat rumah Yaya sebentar kemudian mengatakan "sekarang ga bisa. Mungkin lain kali" ia pun meninggalkan Yaya di depan pagar rumahnya.
Gadis itu pun masuk. Setelah sampai di teras, karena pintu nya tertutup, jadi Yaya menekan bel pintu.
'Ting Tong'
Ceklek'
"HUUUEEEEE!!!!! PAPA!!!! YAYA MINTA MAAF!!!! HUUUEEEE!!! YAYA JANJI GA BAKAL NGAMUK LAGI!!!!! HUUUUEEEEEE PAPA JANGAN MARAJ YAA!!!!" teriaknya ketika pintu terbuka. Dan sang papa yang membuka pintu tersebut terkejut. Putrinya berteriak histeris sambil menangis? "Yaya?" Gumamnya.
"Eh papa?" Ucap Yaya seakan baru sadar kalau sang ayah sudah pun berdiri di hadapannya.
"HUUUEEE!!!! MAAF PAH!!!" teriaknya lagi memeluk Reza.
Reza yang awal nya bingung kemudian terkekeh pelan. Setidaknya ... Sekarang putrinya sudah pun mengerti dirinya.
TBC
Aku masih ga bisa merangkai kata kata ya jadinya gini deh. Bikin ngantuk 😪. Hiks-- dah lah!
Btw ini terinspirasi dari salah satu chapter dari book fanfic 'Waiting For You Forever' HaliYa. Punya WindhyYaya :v
Assalamualaikum✨
Hallo Boyvers and BoYa Lovers sekalian!!!
Apa kabar?
Bagi yang puasa ... puasanya lancar ndak? Moga lancar deh ya^^
Aku ga sabar buat nunggu lebaran entar! apalagi ... kemungkinan besar ... My IBF bakal balik!!! Yeyy 💃🎊
Kalo kalian??? Gimana???
Hehe ...
Bingung si~ mau ngomong apa :'V
Yang jelas ...
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN
Ingat! Bagi yang melaksanakan :v
Aku pamit dulu ya Boyvers
Wassalamu'alaikum :D
Jangan lupa ... tekan tombol vote✨
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top