5|| A Faint Smile ✨
Kini hujan telah reda, dan malam pun hampir tiba. Ketiga gadis remaja itu mulai pamit pulang kerumah mereka masing masing. Yaya membantu Ayra menyiapkan makan malam sementara Reza berkutat pada laptopnya di ruang keluarga.
"Papa~ makan malam udah siap," ucap Yaya dengan nada seperti biasa selalu ceria dan penuh senyuman. Kecuali hal yang membuatnya jengkel, seperti Ying tadi.
Reza beralih pandang ke arah putrinya membalas senyuman hangat dari Yaya. "Okey, papa beresin pekerjaan dulu~ trus papa nyusul."
Yaya menyatukan ujung jari telunjuk dan ibu jari serta mengangkat tiga jarinya yang lain sebagai pertanda ia setuju. Dia kembali ke meja makan langsung menyerbu ayam goreng krispi, ayam geprek, sosis goreng, dan ...-
"Yaya~ jangan makan itu doank~ sayur juga donk," Ayra meletakkan sayur bayam ke piring anak gadisnya.
"Hehe iya ma."
Tak lama, telinganya menangkap bunyi gesekan dan itu adalah Reza yang baru duduk. Mereka pun makan malam seperti biasa sesekali mengobrol untuk menghilangkan kesunyian.
"Mah~ besok papa ada rapat pagi pagi. Dan pulangnya mungkin sore," ucap Reza disela sela percakapan.
"Oo~ baiklah. Eh tapi, lama banget pagi ampe sore. Emang rapat apaan?"
Yah~ setidaknya Yaya tau dimana rasa selalu kepo nya berasal :D
"Tentang produk terbaru kita. Minggu lalu kami mendapat klien dari Amerika dan mereka bilang tertarik tapi sekarang sudah pulang. Rapat itu juga, menentukan apakah aku harus ke Amerika atau mereka yang ke Malaysia."
Mendengar itu, Yaya terdiam. Menghentikan aktivitas makannya. Rautnya menjadi muram. Menunduk lesu juga sedih.
"Papa mau ke Amerika?" Tanya nya dengan nada suara bergetar.
Reza yang menyaksikan anak semata wayangnya akan menangis, menghela nafas. Menatap sang anak dan tersenyum lembut seraya berkata, "Iya Yaya sayang, ga lama kok."
Mendengar ucapan sang Papa, gadis itu hanya mengangguk walau pandangan masih kebawah dan mata berkaca kaca.
Keesokan harinya ⛅
"Ya ...~ kamu diantar mama ya," ucap Ayra saat Yaya sudah menghabiskan sarapannya.
"Hm okey," jawab Yaya. Seperti nya dia masih dalam mode kemarin malam.
Mereka pun berangkat bersama menggunakan mobil mamanya. Di perjalanan, Ayra melirik Yaya disampingnya yang masih memasang wajah masam.
"Yaya ...~ papa ngelakuin semua itu, cuma buat kita," ucap Ayra berusaha memberi pengertian.
"Tapikan ga harus selalu keluar negeri... Papa tuh baru pulang ... masa harus pergi lagi..." jawab Yaya lirih.
"Ini semua demi memenuhi kebutuhan kita sayang~ biar nanti, apapun yang kamu mau, bisa papa tunaikan."
Yaya yang mendengar itu hanya diam. Dia bingung, perasaannya sekarang sedih? Atau kecewa? Tapi sepertinya itu bercampur menjadi satu.
Yaya pun sampai disekolahnya ia mengecup puncak tangan mamanya salim dan pergi kesana.
Saat dirinya melalui gerbang, ternyata sudah di tunggu segerombolan pemuda yang sejak ia masuk sekolah.
Dan ini adalah kali pertamanya saat ia masuk, langsung dikerumuni seperti ini. Para pemuda itu memberikan hadiah berupa cokelat, permen dan surat cinta.
"Ini sayang~ terima ya."
"Ini nih buat si cantik dari SMA Bima Sakti."
"Selain terima hadiah, terimalah juga hati abang yang senantiasa mencintai eneng Yaya."
"Terima! Dan makan ya~ kalo ga, gue bakal ngambek sama lo seminggu!"
"Eits ... Kalo mau nerima ini, cium pipi abang dulu."
Mendengar penjelasan dari pemuda terakhir itu, tentu saja membuat Yaya merasa jijik dan langsung berusaha kabur dari kerumanan tersebut. Tapi sialnya, mereka malah mengejar!
"Baiklah baiklah! Nih! Ga pake cium," pemuda itu dengan senangnya meletakkan cokelat pemberiannya diatas hadiah hadiah di tangan Yaya yang sudah menggunung.
"Ee... i-iya iya. Makasih ya kak~" ucap Yaya kemudian berlari kabur dan syukurlah kali ini mereka tidak mengejar.
Ia pun memasuki kelasnya dan langsung meletakkan semua cokelat dan surat cinta itu di bangkunya. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal merasa bingung harus dia apakan semua ini.
"Woah cokelat."
Yaya tersentak melihat Hanna yang tiba tiba berdiri didepannya. "Punya lo semua?" Tanya nya.
"Eum ... iya si~ tapi lo ambil semua ini ... mau ga?" Yaya balik bertanya.
"Eyh ... boleh?"
"Boleh~ ambil aja."
Mata Hanna berbinar binar kemudian mengangkut semua cokelat itu ke mejanya. "Makasih Ya," Yaya mengancungkan ibu jarinya. Dan sekarang, bagaimana cara mengatasi surat surat cinta ini? Buang ... kasian sama mereka. Simpan? Mau taruh dimana? Di balikin ke orangnya, ga mungkin.
Au ah!
Yaya memutuskan untuk memasukan semua kertas itu dan membawanya pulang. Siapa tau di rumah nanti malah dapat ide buat di apain?
Kriiiiiiinnnggg
Bel sekolah berbunyi. Tak lama, Yaya melihat Solar yang mulai duduk disampingnya.
"Selamat pagi wahai anak anak murid, kebenaran ... hari ini, kita akan belajar!!!! MATEMATIKA!!!!" teriaknya antusias mungkin salah liat jadwal karena hari ini adalah ...
"Pak ... bukannya ini pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan?" Tanya salah satu murid seraya mengangkat tangannya.
"Ha? Owh ... benar kah? ehehehe. Kalo gitu, bapak panggil guru olahraga kalian ya" ucap Papa Zola dengan tampang malu(?) dan melangkah keluar dari kelas.
"Haii!!! salam senaman anak anak!!!" Sapa pria paruh baya yang tidak lain adalah Papa Zola ... memakai celana training dan jaket layak nya seorang pelatih 🗿. Padahal dia yang perlu dilatih 🗿.
Sementara siswa siswi disana hanya bisa mengerjap tak mengerti.
"Hehehe ... guru olahraga kalian, sedang tidak bisa hadir sekarang. Jadi, papa lah yang menggantikan," jelas papa Zola
"Kalian semua, cepat ganti baju ke baju olahraga kita. Bapak akan tunggu kalian di lapangan," lanjutnya kembali keluar kelas.
Yaya pun menghampiri Hanna untuk mengajaknya ke kamar mandi bersama sama. Gadis manis berambut pendek itu pun setuju jadilah mereka ke kamar mandi berdua.
Keduanya masuk secara bergantian. Pertama Hanna duluan, sementara Yaya menunggu diluar. Berjaga jaga untuk memastikan tidak ada yang usil mengintip mereka. Hanna pun keluar yang berarti tiba giliran Yaya.
"Udah yuk," ucap Yaya saat ia sudah selesai.
Sesampainya mereka dilapangan, mereka melakukan senam pemanasan terlebih dahulu yang dipimpin oleh Papa Zola.
"Sekarang ... kita akan melakukan permainan voli!!! siap??!!!"
"Siap pak!"
"Okey!! kita mulai dengan voli putra terlebih dahulu. Setalah itu, baru voli putri. ngerti?!"
"Ngerti pak."
Semua siswi mulai mencari tempat duduk untuk menonton. Yaya dan Hanna duduk bersebelahan. Tim pun dibagi menjadi dua.
"Eh ... pak!!! tim kami kurang satu orang," adu seorang pemuda yang merasa anggota timnya kurang.
Kalau Yaya perhatikan lagi, memang ada satu siswa yang tidak hadir disini. Siapa lagi kalau bukan Solar? Kemana lagi ngilangnya tu anak? Apa dia diperpustakaan?
"Hm ... sudahlah tidak apa apa," semua mengangguk mulai mengambil posisi masing masing. Sebelum peluit di bunyikan, salah seorang pemuda melirik ke arah Yaya "mukanya jangan tegang gitu~ abang pasti menang kok" ucapnya mengedipkan sebelah matanya membuat Yaya bergidik. Rupanya punya tampang yang cantik ada sisi buruknya.
"Ya ... keknya disekolah ini, rame ya yang suka sama lo," ucap siswi disamping Yaya tapi itu bukan Hanna. Melainkan Nia teman sekelasnya. Dia merupakan gadis yang terlahir dari keluarga sederhana. Ia dapat bersekolah disini karena prestasinya yang cukup membanggakan. Bisa dibilang, Nia juga salah satu teman yang menjadi rival Yaya untuk mendapatkan juara kelas selain Hanna.
"Ya ... dan itu membuatku agak jengkel si," jawab Yaya. Nia tertawa mendengarnya
"Btw Nia, ayah lo kerja sebagai apa?" Tanya Hanna
"Sebagai tukang pembuat kerajinan kayu."
"Oo~ trus ... liburnya berapa hari?"
"Tiga hari. Jumat, Sabtu ama Minggu."
"Woah ... enak mah kalo gitu."
"Pastinya. Dan sekarang, dia minta libur dulu."
"Lah ... kenapa?"
"Adek gue sakit. Dia ga tega ninggalin nya gitu aja. Jadi, dia mutusin untuk minta izin tetap dirumah. Katanya, tidak ada yang lebih penting dari kami."
Yaya tiba tiba berdiri sambil menundukkan kepalanya. "Gue ... ke toilet dulu ya," izin nya mulai beranjak pergi dari sana.
"Keknya kita ada salah ngomong deh," bisik Hanna. Nia mengangkat bahunya sebagai pengganti kalimat 'tidak tau'.
Yaya terus berjalan. Bukan ke toilet, ia berjalan menuju belakang sekolah. Perkataan Nia tadi, masih saja terngiang ngiang di telinganya.
"Adek gue sakit. Dia ga tega ninggalin nya gitu aja. Jadi, dia mutusin untuk minta izin tetap dirumah. Katanya, tidak ada yang lebih penting dari kami"
"Kalo gue sakit, papa bakal tetep disini ga ya?" gumamnya lesu.
Terkadang, Yaya sempat berharap kalau ia dilahirkan di keluarga yang sederhana saja. Seperti Nia. Walau dia tidak akan bisa membeli barang yang mahal, tapi tetap saja utuh setiap harinya. Tidak seperti keluarganya yang selalu saja disibukkan dengan kegiatan masing masing.
Dan pada akhirnya, Yaya berjalan sambil melamun sehingga kakinya menginjak genangan air tepi kolam sedalam 7 meter yang membuatnya terpeleset kedalamnya.
Yaya sudah memejamkan matanya kuat kuat bersiap untuk nyebur ke air. Tapi ia merasa ada yang menahan tangan juga menariknya kencang sehingga tanpa sengaja berada dalam dekapan seorang pemuda. Aroma misk yang harum pada pemuda itu tercium olehnya. Saat ia mendongakkan kepala untuk mengetahui siapa yang menyelamatkan nya, ia melihat pemuda berkacamata jingga bermanik abu abu sedang menatapnya datar.
Yaya yang mengetahui kalau itu adalah Solar pun terdiam tak sanggup mengatakan sepatah kata pun. Sekarang ia merasa wajahnya memanas yang menandakan sedang bersemu merah. Jantungnya mulai berdetak kencang tak karuan, Yaya berharap kalau Solar tidak mendengarnya. Dan tidak tau kenapa ia merasa nyaman di dekapan pemuda ini.
"S-Solar lo? ...-
Sebelum Yaya menyelesaikan kalimatnya, Solar melepas dekapan mereka pelan.
Yaya mundur selangkah untuk membuat sedikit jarak diantara mereka. "Eum ... makasih karena nyelametin gue," ucap Yaya
"Hn"
Yaya sudah terbiasa dengan lagu Nissa Sabyan yang selalu menjadi respon pemuda itu~ jadi dia tidak akan protes lagi.
"Gue ... balik ke lapangan dulu ya," ucapnya. Solar lagi lagi tak menjawab! Jadi Yaya menganggapnya 'iya'.
Yaya pun berlari kecil menuju lapangan sementara Solar kembali duduk di kursi dekat beberapa kolam tersebut. Ia kembali menulis sesuatu disebuah buku khusus yang sudah menjadi kebiasaannya.
Sesaat kemudian, ia kembali menoleh kebelakang 'tu anak lagi mikirin apa sampe ga liat kolam ama tanda 7 meter?' batinnya. Sebab, selama ini dia selalu melihat Yaya yang ceria.
"Heh!"
Solar tersentak kembali menoleh kedepan. Terlihat 8 orang pemuda yang tadi mengerumuni Yaya berada dihadapannya dan sepertinya mereka kesal.
"Berani beraninya lo deketin Yaya," ucap -Tomi-
Solar hanya menanggapinya dengan ekspresi sehari harinya.
"Kenapa diam?!" Bentak -Roy- meremas kerah seragam Solar.
"Dengar! Lo ... harus jauhin Yaya! karena lo ga pantes buat dia!" Maki Steven lainnya.
Solar yang mendengar semua ucapan itu masih tetap diam dengan ekspresi sama membuat kedelapan pemuda itu menjadi sangat kesal. Salah satu diantara mereka yang bernama -Adam- mengepalkan tangan nya kuat kuat dan melayangkan kepalan itu tepat di wajah remaja laki laki itu.
Solar yang mendapat pukulan, seketika teringat kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan. Api kemarahan yang ia pendam selama ini kembali berkobar ... nafasnya kian memburu. Saat -Ryder- ingin melayangkan pukulannya, Solar menahan tangannya, mencengkram dengan sangat kuat lalu memelintirnya sehingga pemuda itu terjatuh.
Solar memukul mulut orang yang masih memegang kerah baju dengan sikut sehingga gigi depan orang tersebut patah dan mengeluarkan darah.
Seorang pemuda bernama -Jhon- ingin menendang perut Solar. Tapi naas baginya. kakinya segera ditahan dan akhirnya dirinya melayang diudara juga dihempaskan ketanah.
Dua orang menendang punggung Solar sehingga ia sempat terjatuh. Kemudian dengan cepat berguling dan berdiri saat kedunya hendak kembali menendang. Solar menghampukkan kepala mereka berdua.
-Sharif- menyerangnya dari belakang kali ini menggunakan senjata berupa tongkat besi yang ia temukan di pinggir kolam. Sebelum mengenai kepala nya, Solar menahan tongkat itu dengan lengannya sehingga meninggalkan bekas biru. Ia menghentakkan besi itu ke kepala pemuda tersebut.
Namun dua pemuda tersisa menggunakan cara licik untuk melumpuhkan Solar. -Arlo- menahan kedua tangan nya kebelakang dan yang satunya -Aldi- memukuli perut Solar berkali kali hingga keluar percikan darah dari mulut Solar. Karena sudah sangat geram, ia menggunakan kakinya ... balas menendang Aldi membuatnya mundur beberapa langkah.
Kesempatan tersebut Solar gunakan untuk menyerang Arlo dengan cara menumbangkan diri ke tanah. Dia tidak akan kesakitan karena jatuh ke tanah, sebab ada yang menahannya di belakang.
Melihat hal itu, Aldi ingin menyerang begitu juga Solar segera berdiri dan ingin menyudahi pertarungan ini.
"HOI."
Teriakan tersebut, menghentikan keduanya. Mereka menoleh dan sekarang Papa Zola, guru BK juga seluruh murid X IPA 1 melihat mereka termasuk Yaya.
"Rupanya kalian disini. Pantas aja gaada di lapangan buat nonton voli putri," ucap Papa Zola. Ya ... kedelapan pemuda tersebut ialah siswa X IPA 1.
Mereka mendekati Solar dan kedelapan pemuda itu.
"Kalian semua ... masuk ke ruang BK saya," ucap guru BK tersebut dengan suara rendah.
"Ee ... buk, Solar dia ga bersalah," ucap Yaya saat guru BK hendak menulis nama Solar.
"Dia cuma pengen pertahanin diri aja," ucap Yaya mulai bercerita.
Flashback on
Yaya pun berlari kecil menuju lapangan. Saat ia sampai, ternyata lapangan voli telah pun diambil alih oleh tim putri. Ia mengerjap karena tidak melihat teman laki laki nya kini tersisa seorang. "Tadi yang ngilang Solar. Dan sekarang semua nya" gumam Yaya.
Tiba tiba, ia teringat akan Solar. Yaya ingin berterima kasih sekali lagi. Dan, belum gilirannya. Jadi, ia berbalik arah kembali ketempat tadi.
"Heh!"
Suara itu membuat Yaya terkejut. Ia mengintip dan membelalak melihat Solar dikerumuni 8 pemuda yang merupakan siswa satu kelas dengan nya.
"Berani beraninya lo deketin Yaya"
"Eh?" Yaya kembali mengerjap
"Kenapa diam?!"
"Dengar! Lo ... harus jauhin Yaya! Karena lo ga pantes buat dia!"
Heyy apa apaan itu??? Kapan Solar deketin Yaya?? yang ada tadi nyelametin nyawa nya lagi!
Sempat terbesit di pikiran Yaya untuk melerai mereka. Tapi, ia berpikir kembali! kalau seandainya Yaya melerai ... mereka bisa mengira kalau yang mereka sangka itu benar! dan bisa saja selalu mengulang perbuatan sama! Jadi untuk membuat mereka jera, Yaya memutuskan untuk melapor ke guru BK
Flashback off
Kedelapan siswa itu menunduk. Semua mulai pergi dari sana termasuk Solar dan Yaya. Saat melihat kebelakang, gadis itu melihat buku dan pena yang terletak diatas meja. Ia pun pergi untuk mengambilnya. Saat ingin kembali, Yaya melihat Aldi yang berjalan paling belakang, ingin kembali memukul kepala Solar.
Yaya menepuk pundak Aldi membuatnya menoleh dan melihat Yaya yang tersenyum manis kepadanya.
Solar yang melihat itu, entah kenapa merasa tidak suka.
"Iya? Kenapa sayang?" tanya Aldi sambil merapikan rambutnya dengan tujuan menggoda Yaya.
"Boleh ga bukaan kakinya besarin dikit?"
Solar mengernyit mendengar pertanyaan Yaya.
"Boleh," jawab Aldi, tanpa pikir panjang ia sedikit membuka kakinya.
Senyuman manis Yaya berubah menjadi seringaian. Ia sedikit mengangkat roknya dan ...
'Ting!'
Kalian tau apa yang terjadi? :D
Dengan tak berperasaannya, Yaya menendang lonceng alami. :'V
Solar yang melihat itu diam membeku.
Yaya kembali dengan senyuman manisnya, berjalan kearah pemuda berkacamata jingga itu dengan bangga.
Sekarang Solar harus berjuang mati matian untuk tidak tertawa melihat ekspresi Aldi yang begitu lucu dimatanya.
"Dia udah K.O Kita ke UKS dulu yuk" Yaya menarik lengan Solar meninggalkan seorang laki laki yang lon ...-- sudahlah 🚮
.
.
.
.
Di UKS ...~
.
.
.
.
"Lo duduk disini~ gue ambil obatnya dulu" ucap Yaya ketika mereka sudah sampai di UKS.
"Gausah" bantah Solar ingin beranjak pergi keluar.
"Eh tapi ...-"
Yaya pun mengejarnya dengan berlari kecil lalu menghadang jalan.
Solar yang jalannya dihentikan, manik abunya melirik ke tangan Yaya, membelalak melihat bukunya berada ditangan orang lain.
Solar mengulur tangannya untuk meminta kembali bukunya. Yaya menyembunyikan buku itu di belakang punggungnya "kalo lo mau ni buku, lo harus turutin ucapan gue"
Solar berdecak, menatap Yaya tajam. Walau gadis itu takut, ia tetap teguh pada pendirian nya untuk mengobati Solar.
"Ngga!"
"Balikin," pinta Solar dingin
"Engga! lo duduk dulu baru gue kasi~~" debat Yaya
"Balikin!"
"Ngga!"
"Balikin!"
"Engga!! Gue ga ...-
"BALIKIN!!" Bentak Solar dengan nada keras dan kasar tanpa ia sadari.
Yaya tersentak mendengar bentakan tersebut. Baru kali ini ia dibentak sekeras itu bahkan orang tuanya saja tidak pernah. Matanya berkaca kaca menatap tak percaya. Solar yang melihat gadis didepannya ini ingin menangis apalagi karena dirinya menghela nafas, merasa bersalah karena Yaya hanya ingin mengobatinya saja.
Ia beralih pandang ke Yaya kini tatapannya melembut tidak seperti tadi. Ia melingkari kelima jarinya dipergelangan Yaya. Menggenggamnya dengan lembut dan menarik Yaya perlahan ke UKS.
Dia pun duduk dikasur tipis khusus siswa yang cedera. Disana, keduanya diam! tak ada yang membuka percakapan, sampai Solar mengambil kotak P3K yang dimana didalamnya terdapat obat yang lukanya butuhkan.
Ia memberikan kotak itu pada Yaya.
"Obatin gue."
Mendengarnya, senyuman manis kembali mekar di paras cantik Yaya.
"Benarkah?" tanya nya antusias dan mendapat jawaban anggukan dari Solar.
Yaya pun mengambil kotak P3K dari tangan Solar. Membukanya, mengambil salap untuk luka memar.
"Dimana memar nya?" Tanya Yaya. Solar menunjuk lengan kanan bawah nya.
Yaya mengobatinya dengan hati hati agar Solar tidak kesakitan. "Maaf ya Lar" ucap Yaya sambil beralih pada Betadine ... meneteskannya pada luka luka Solar.
"Hn?"
"Gara gara gue, lo jadi kek gini."
"Jangan di pikirin."
"Sebenarnya, gue ga nyangka si~" ucap Yaya mengambil kapas yang sudah ditetesi obat lalu sedikit membungkuk dan sedikit mendekatkan wajahnya ke Solar, membersihkan darah di dekat mulutnya.
"Tau ga lo apa yang ga nyangka?" Tanya Yaya lagi.
Pemuda itu menggeleng "gak."
Yaya membetulkan posisinya menjauhkan wajah dari Solar "gue ga nyangka kalo gue secantik, semanis dan seimut itu! Sampe sampe, semua cowok di sini terpikat sama gue HAHAHAHA," Solar menatapnya aneh.
"Kan padahal banyak cewek cantik lainnya disini! tapi gue menjadi incaran! Itu artinya gue yang paling cantik kan? HAHAHAHA," lanjutnya kembali tertawa dengan keras.
Melihat itu, tatapan anehnya berubah menjadi senyuman tipis yang sangat sangat tipis! sekarang Solar merasa, ia menemukan dirinya yang sebenarnya saat melihat kelakuan tak senonoh Yaya.
TBC
Baper ga sih? 🗿
Ngga ya? 🗿
HUUUUEEEEEEE*ngambek pada diri sendiri*
Ow ya, saya baru tau betapa polosnya saya di bagian --- yah~ tau lah ya bagian apa :'V
Chapter ini mungkin yang terpanjang! Sebab biasanya aku nulis sekitar 1000++ kata. Sekarang 3000 kata 🗿
Tolong koreksinya:'V biar bisa ku perbaiki :'V
Aku bentar lagi bakal ulangan harian. Minta doanya boleh ga biar soalnya ga susah susah amat 🗿💦
Sampe sini dulu pertemuan kita~ wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu :D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top