4|| Dibalik Kacamata Jingga

Jam 01:00, adalah waktunya pelajaran terakhir sebelum SMA Bima Sakti kelas X pulang ke rumah masing masing.

Sementara di kelas Yaya, sekarang adalah waktunya pelajaran Matematika. Gadis itu masih belum duduk disebelah pemuda berkacamata jingga dan topi yang aneh.

Ia sekarang duduk bersama Hanna menggosipkan pacar sahabatnya yaitu Ying. Ia bertanya tanya kepada Hanna layaknya seorang reporter.

"Oo~ gimana muka tu cowok? Cakep gak?"

Hanna mengalihkan pandangannya keatas seakan membayangkan wajah -Fang- untuk menjawab pertanyaan Yaya.

"Cakep sih~ dulu sewaktu belum pacaran ama Ying, dia jadi incaran seluruh cewek disini. Ah! Bukan disini aja. Gue pernah liat dia digoda ama emak emak di jalan. Dan keknya waktu itu dia joging"

Yaya menganggukkan kepalanya. Tapi salah satu kalimat yang dilontarkan Hanna, seketika ia punya ide jahil. Yaya berseringai tanda tak bagus untuk Hanna " Han, tadi lo bilang kalau sebelum pacaran ama Ying, Fang jadi incaran seluruh cewek termasuk emak emak" Yaya menggantung kalimatnya membuat Hanna bingung.

"Ya ...? kenapa?"

"Itu berarti lo juga dong"

Hanna menjitak jidat Yaya dengan tampang masam tapi bagi gadis penyuka pink itu nampak sangat lucu.

"Enak aja. Kecuali gue tauk"

Yaya cengengesan. Ia sudah tau kalau sahabatnya itu sangat tidak tertarik dengan namanya percintaan.

"Iya iya maaf. Gue becanda Han"

"Trus ..., sifat dia tuh kek gimana?" tanya Yaya lagi.

"Dia orangnya ...-

Ucapan Hanna terputus kala seorang wanita paruh baya bernama 'Sri' yang tak lain adalah seorang guru memasuki kelas. Dengan cepat, Yaya berpindah ke bangkunya. Seperti biasa, sebelum memulai pelajaran, kelas disiapkan terlebih dahulu.

"Baiklah ..., hari ini, materi yang akan kita pelajari hari ini adalah ...-

Saat guru itu menjelaskan, Yaya melirik Solar yang sedang menelungkupkan wajahnya diatas lipatan tangan. Ia ingat kejadian tadi pas Solar bertanya dimana keberadaan rumahnya. Padahal waktu pertama Yaya masuk, kan sudah ia beri tau dimana tempat tinggalnya. Sekarang dia menduga 2 hal. Pertama! Solar tak memperhatikannya, kedua! lupa sebab sudah seminggu yang lalu.

Dan, dari situ juga ia tau satu hal!. Sebenarnya Solar bisa berbicara dan tidak bisu. Tapi, yang masih menjadi pertanyaan adalah, kenapa dia sama sekali tak mau berbicara. Dari penilainnya, memang Solar itu ialah tipe yang nyaman sendiri juga susah berinteraksi dengan orang lain.

Yaya terus berpikir sampai menyadari sesuatu. Dari tadi pemuda disampingnya ini tak bergerak. Jangan katakan kalau ia harus menyiapkan buku yasin sekarang.

Apa dia tidur?

Pertanyaan itu terungkap disaat Solar mengerang dan wajahnya berhadapan dengan gadis remaja tersebut.

Dari mata yang tertutup, sudah jelas kalau Yaya benar. Eum ... entah kenapa ia merasa mendapat untung. Baru kali ini manik hazelnya melihat tampang Solar tanpa menggunakan kacamata jingga nya. Ternyata terlihat lebih tampan dari yang ia kira. Bahkan menurutnya, Solar jauh lebih tampan dari Jungkook. HEIII jangan katakan kalau ia mau oleng sekarang.

Yaya menepuk jidatnya sendiri. Baiklah! Ia akan membangunkan pemuda itu sebelum tertangkap basah oleh guru.

Entah mungkin karena terlalu fokus berpikir, sampai tak melihat Solar gelisah dalam tidurnya. Baru saja Yaya mengangkat tangan untuk membangunkan, pemuda itu tiba tiba terbangun. Yang membuat Yaya bingung, Solar terbangun dengan terkejut. Didahinya terlihat butiran keringat dingin dengan nafas yang memburu dan matanya menyiratkan ketakutan juga siap siaga disaat yang bersamaan.

Namun dengan cepat Solar mengubah ekspresi nya kembali menjadi datar. Bahkan lebih datar dari tembok juga langsung kembali memakai kacamata miliknya dan memperhatikan penjelasan bu Sri.

Yaya dapat menyimpulkan kalau pemuda itu baru saja mimpi buruk.

"Yaya?"

Ia tersentak dengan cepat menoleh pada bu Sri.

"Kamu kenapa terus terusan ngeliatin Solar? Naksir?"

Tercyduk lah Yaya karena memperhatikan Solar. Seisi kelas mulai memusatkan perhatian padanya seraya mensorak menggoda yang bertujuan kepada dirinya. "Bu-bukan kek gitu buk. Sa-saya ... saya hanya ...-

"Sudahlah~ Wajar karena usia mu itu sudah remaja" bu Sri kembali menjelaskan dengan menulis rumus di papan tulis. Yaya yang tadinya kesulitan mengartikan apa yang di maksud bu Sri, sekarang bomad.

Ia kembali menoleh ke Solar menghela nafas lega saat tau Solar ga ngeh ama kejadian tadi. Dan satu lagi pertanyaan yang ada dilubuk hatinya.

Sejak kapan Solar mengenakan kupluk dengan masker sehingga menutupi wajahnya?

- ✯You and Me✯ -

Yaya menghempas kan dirinya ke kasur tanpa mengganti seragam terlebih dahulu. Entah kenapa dia merasa sangat lelah hari ini padahal kan, tidak melakukan pekerjaan yang berat. Yaya pun menguap selang beberapa menit, ia sudah tertidur dan masuk ke alam mimpinya.

Skip time

"YAYA-!!! KOK KAMAR KAMU BERANTAKAN BANGET SIH???!!! MANA MASIH PAKE SERAGAM AMA SEPATU LAGI!!!"

Yaya yang tadinya tertidur pulas dan damai, terbangun karena raungan singa betina ... menatapnya kesal.

Yaya mengucek berusaha menyesuaikan cahaya masuk ke dalam matanya.

"Ada apa Mah?" tanyanya masih dalam keadaan mengantuk.

"ADA APA KAMU BILANG??!!! GA LIAT APA KAMAR MU LEBIH PARAH DARI KANDANG AYAM!!!"

Yaya melirik sekitar, buku buku di rak berantakan, baju sudah dia pakai berhamburan kemana mana, beberapa bungkus cemilan bertaburan, debu sudah menggunung. Tak heran kalau Ayra merasa sangat kesal.

"BERSIHIN SEKARANG JUGA!!!" perintah Ayra kepada putrinya sebelum keluar dari kamar.

Setelah pintu kamar tertutup, bukannya membersihkan, Yaya malah kembali berbaring dan menutup mata. Tak sampai 20 detik ...

"YAYA!!!" Teriak Ayra lagi sekarang lebih keras dari sebelumnya sambil membuka pintu.

"Eh iya iya Mah. Yaya bersihin sekarang."

Kalau sudah begini, dia harus merelakan tidur nya. Yaiyalah! Dia kan masih sayang dengan nyawa. Dengan cepat, ia mengambil baju baju yang berserakan itu.

Setelah melihat anaknya membersihkan kamar, Ayra mulai kembali menutup pintu.

"Eh?"

Yaya merasa kakinya menginjak sesuatu. Rupanya itu adalah kalender dan sekarang tanggal 20 mama nya pasti sedang kedatangan tamu tak diundang.

Kenapa dia bisa lupa?

'Punya Mama kalo kedatangan tamu serem banget. Hii' batinnya ngeri.

'Ceklek'

"Hai Yaya."

Fyuh~
Tadinya ia kira mama nya yang kembali lagi. Rupanya ketiga sahabatnya. Ying, Hanna dan Suzy

"Hai."

"Biar gue tebak. Lo habis dimarain yak?" tanya Ying dengan nada menjengkelkan.

"Hn."

"Set dah ... baru seminggu udah ketularan Solar bae ni anak," Ying dan Suzy melakukan hi5 sambil tertawa.

"Hey ... daripada ngetawain gue, lebih baik lo pada bantu!" Protes Yaya cemberut.

"Hehehe ... iyaiya. Gue bantu nyapu ya," Ying mengambil penyapu sementara Suzy mengambil skop.

"Gue beresin buku buku lo boleh?" Yaya mengangguk. Hanna pun berjalan kearah rak buku.

Mereka pun selesai dalam waktu singkat. Karena, pekerjaan sebanyak apapun kalau mengerjakannya bersama sama apalagi dengan sahabat, pasti selesai dengan cepat.

"Ying, cowok lo itu ga satu sekolah sama kita ya?" Tanya Yaya.

"Ngga tuh. Dia satu sekolah kok sama kita," jawab Ying

"Trus kenapa gue ga pernah ketemu?" Tanya Yaya lagi.

"Selama beberapa hari ini dia sibuk. Tenang~ nanti pasti kalian gue kenalin."

Tiba tiba, terpikir satu hal di benak Yaya. "Eum ... dia kenal ga sama Solar?" Yaya mengerutkan keningnya saat Ying berfikir sangat lama membuat Hanna dan Suzy ikut penasaran.

40 menit kemudian

"Yang itu ... gue ga tau"

Semua yang mendengar itu cemberut. Mereka menunggu jawaban Ying selama 40 menit! Malah ga tau??!!!

"Kenapa ga dari tadiiii" Yaya, Hanna dan Suzy serempak berteriak. Ying hanya cengengesan.

"Lo kan pacarnya dia? kenapa malah ga tau?" cibir plus tanya Yaya.

Ying menjawab "Gue emang pacarnya. Tapi bukan peramal yang tau semua tentang dia tauk"

Hanna mengernyit. Ia pun bertanya "Kenapa ga nanya aja?"

"Kan dia ga suka kalo ditanya tanya"

"Udah udah!!! jan bahas ini. Bahas yang lain ajalah~ biar menarik dikit," sambungnya.

"Mau bahas apa?" -Yaya

"Bahas kakak kemaren aja yuk!! Yang ganteng itu lhoo," ucap Suzy dengan mata yang berbinar binar.

"Ni orang otaknya mikirin cowok mulu dah ಠ_ಠ" ucap Yaya dan Hanna merasa kepala mereka sakit akibat Suzy.

"Byasa ...~ jomblo. HAHAHAHA" Ying tertawa terbahak bahak sambil sesekali menyikut Yaya.

"Ngeh! Mentang mentang udah ada yang punya LOOO."

Mereka terkejut kala petir tiba tiba menyambar dengan suara sangat keras. Hujan lebat pun turun setelahnya.

"Kok tiba tiba hujan?" Yaya segera menutup jendela kamarnya dan menghidupkan lampu agar sedikit terang.

"Lahh ... sekarang gue gimana pulangnya??? rumah gue agak jauh lagi," risau Suzy.

"Kalian tetaplah disini dulu tungguin hujan ampe selesai"

"Ogheyy"

- ✯You and Me✯ -

Seorang pemuda berjalan dan terlihat membawa koper dan tas besar di punggungnya. Rumah demi rumah ia lewati tapi belum juga menemukan alamat yang ia tuju.

GLEGARR!!

Bunyi petir menyambar membuat langkahnya terhenti sebab terkejut. Hujan pun turun membuat ia harus mencari tempat berteduh terlebih dahulu. Pemuda itu mengambil payung yang terikat di tasnya kemudian melanjutkan perjalanan.

Sesekali menoleh kekanan dan kekiri mencari warga setempat untuk menanyakan dimana alamat yang ia tulis di selembar kertas ini.

Seorang pria paruh baya keluar dari suatu rumah. Sama seperti nya, menggunakan payung. Ia pun mendekati pria itu untuk bertanya.

"Pak, tau gak alamat ini dimana?" Tanya pemuda itu.

"Oo~ deket lagi. Kamu lurus aja, nantikan ada gang tuh, nah ... masuk kesana. Trus kamu belok kekanan, dan tinggal cari aja rumah nomor 9," terang bapak itu.

"Terimakasih ya."

"Sama sama."

Ia pun berjalan sesuai arahan bapak tadi. Dan tak berselang lama, akhirnya ia menemukan rumah tujuannya.

Rumah bernomor 9.

Dibalik jendela kaca, pemuda itu pun dapat melihat orang yang dia cari. Ia mulai menginjakkan kaki ke teras rumah tersebut.

Ceklek

"HAI SOLAR!!! GUE KEMBALI DENGAN KETAMPANAN YANG LUAR BIASA."

Bukannya mengetuk pintu dan memberi salam hangat, pemuda asal dari India Punjabi itu malah memasang gaya sok cool didepan rumah.

Orang yang ia cari, tidak lain dan tidak bukan adalah Solar, hanya menatapnya dengan ekspresi sama seperti yang selalu ia gunakan sehari hari.

"Yaelah! Gue dateng jauh jauh dari India buat ketemu ama lo malah dicuekin," ketus pemuda itu menggantung payungnya di gagang pintu. Meletakkan koper dan tas miliknya di kursi dan mendekati Solar yang sedang duduk dimeja makan.

-Gopal- pun ikut duduk disampingnya.

"Lo tau? Gue udah dari tiga hari yang lalu nyari lo! Tapi ga ketemu juga! pas gue masuk ke beberapa kelas di SMA ... apa ya namanya? Ah! Gue lupa! Tetep ga ketemu!. Untung aja pas pulang dari sana, gue inget alamat yang dulu sering om Boy ceritain ke kita. Dan ..., Sekarang lo ketemu~~ hehehe hebat kan gue? 😎"

Merasa ucapannya tak dikubris, Gopal baru sadar kalau sedari tadi Solar melamun. Ia melambai lambaikan tangannya tepat di depan wajah Solar "dey ... lo dengar ga?"

Solar menggeleng pelan "maaf"

"Hey gue ngomong panjang lebar. Udah lo ga denger, ngerespon 1 kata doank lagi," protes Gopal.

"Maaf," sekarang Solar semakin menundukkan kepalanya. Solar yang dingin, cuek, dan berwibawa di sekolah sekarang kelihatan lemah tak berdaya, lebih tepatnya bagai orang putus asa. Sekarang Gopal merasa bersalah karena nya.

"Erk-- su-sudahlah. Lo udah makan belom? Gue laper nih. Temenin makan yak, ga enak lah tamu makan tuan rumahnya enggak," Gopal mulai berdiri dan membuka lemari pendingin ( kulkas ).

"Lo, mau makan apa? Biar gue yang masakin."

"Nasi goreng biasa aja," jawab Solar.

"Okey!!! Nasi goreng lo bilang biasa, bakal jadi luar biasa kalo yang masak gue," Gopal mulai mengambil bahan bahannya. Menumbuk bawang merah dan putih sampai halus kemudian menumpahkan sedikit minyak goreng kelapa memanasinya, dan mengoseng tumbukan bawang tadi.

Sekitar sepuluh menit ...

"Nah! Ini dia! Nasgor ala ala Gopal G! siap untuk di santap!" Gopal meletakkan dua buah piring yang berisi nasi goreng dengan telur dadar diatasnya.

"Ayo makan ... makan! Anggaplah kayak rumah sendiri," ucap Gopal dengan pd nya melahap nasi goreng itu.

Akhirnya ia pun selesai namun kembali dikejutkan melihat Solar yang juga sudah selesai namun tetap murung. Ia menghela nafas meletakkan tangannya di pundak sahabat masa kecilnya. Bahkan sampai sekarang!

"Lar, lo jangan putus asa kek gin~ lo harus lanjutin hidup lo kek yang kakak kakak lo mau," ucap Gopal.

"Gimana caranya gue lanjutin hidup yang hanya cuma dipenuhi kegelapan kek gini?" Ucap Solar lesu.

"Ya ... lo harus bisa nerima kenyataan. Dan, tentang di-

BRAK!'

Solar membanting kursi nya kesegala arah dengan sangat keras. Melihat Gopal dengan tatapan tajam yang mencekam.

"Jangan bicara tentang orang itu dihadapan gue," ucap Solar pada Gopal dengan suara rendah, serak, menyeramkan ditambah lagi dengan suara petir yang menggelegar.

Gopal meneguk selivanya takut dan berjanji tidak akan membicarakan nya lagi.

TBC

Haiiii Assalammu 'alaikum warahmatullahi wabarakatu semua!!!

Ehe maaf baru sempet up :v
Dan keknya, ga memuaskan yak 😢. Maaf banget~ ide lagi mentok 😢

Hayo~ puasanya udah ada yang bolong belum? 😀

Kalo aku mah, pastinya belum 😎

Bagi yang menjalankan ibadah puasa, tetap semangat ya!!! 😀

Gimana chap kali ini? Bosen yak? 😅

Hiks--

Sampai sini dulu ya~ capek:'V

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu

JANGAN LUPA VOTE 🌟 AND KOMEN 🗨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top