10|| Kesialan yang Berubah Jadi Kehangatan
Keesokan harinya ⛅
Pagi itu, disaat matahari sedikit demi sedikit menampakkan cahaya hangatnya, tepat sepuluh menit sehabis azan Subuh berkumandang, seorang pemuda nampak sedang duduk di meja makan seraya melahap makanan di depannya.
Ia makan dalam sunyi. Hanya ditemani cahaya lampu yang menerangi seluruh dapur.
Diliriknya jam di tangan. Pukul 04:23. Sudah saatnya bagi Ia untuk berangkat ke sekolah.
Ia pun mengemasi piring, gelas, sendok juga garpu kotor dan membawanya ke tempat cuci piring. Sedikit diputarnya wastafel. Keluar lah air dari sana. Pemuda itu langsung mencuci satu persatu alat makan yang barusan Ia pakai. Setelah semua bersih, Ia mematikan wastafel yang masih mengalirkan air tersebut.
Seusai meletakkan peralatan makannya di rak piring, ia mengambil tas besar abu abu miliknya yang sedari tadi berada di atas kursi disamping tempatnya duduk.
"Solar?"
Solar menoleh pada sahabat nya yang sekarang sedang mengucek mata berusaha melawan rasa kantuk. Sambil berjalan menuju wastafel untuk membasuh muka, Gopal bertanya, "Lo udah mo berangkat?"
"Hn." Solar mengangguk.
"Pagi banget," celetuk Gopal setelah membasuh muka. Dan sekarang rasa kantuknya mulai berkurang.
"Gue ga suka jadi pusat perhatian." Solar berjalan keluar dari dapur meninggalkan sahabatnya yang masih berdiri di sana. Gopal mendesah. Mengikuti Solar dari belakang.
Beberapa saat kemudian, Ia mendudukan diri di kursi yang berada di teras rumah mewah tersebut. Memasang kaus juga sepatunya.
"Lo yang dulu ama yang sekarang beda banget ya Lar." Gopal juga duduk di kursi samping nya sementara ia sendiri mengernyit tak faham dengan maksud sahabatnya.
Melihat ekspresi sahabatnya itu, Gopal berkata, "Lo dulu tuh kan, anak gaul Lar. Sifat pun, terbuka ke semua orang. Lo dulu juga, narsis ga ketulungan! Kalo kemana mana always tebar pesona."
Solar yang mendengar cerita dari sang sahabat juga ikut terkekeh saat mengingat kelakuannya di masa lalu. Ia dulu, bisa dibilang, cukup ekstrovert, menyenangkan namun menyebalkan disaat yang bersamaan.
Solar tersenyum tipis. Ia berkata, "Yah, seenggaknya ga tebar ketek kan?"
"Yang setiap saat tebar ketek mah Abang lo! Dan, gue yakin, alesan lo dulu ga tebar ketek tuh, gegara bulu ketek lo serabut dan misal ditimbang dapet dua ampe tiga kilo kan?" tawa Gopal membahana. Sementara Solar, memasang wajah datar walau sebenarnya sekarang Ia sedang kesal karena Ia di ejek orang bangsa kari lover ini.
"Gak!" ketusnya.
"Canda Nyet." Gopal mengusap matanya yang sedikit berair karena tertawa tadi.
Solar menatap pemuda bertubuh agak gempal itu tajam. "Lo panggil gue Monyet ha?!"
Gopal terhenyak. Cengengesan setelahnya. "Hehehe, itu kan panggilan kesayangan dari gue ke lo dari dulu," ujarnya.
Solar merotasikan bola mata malas.
"Ya Nyet." Gopal tersentak. Menoleh pada pemuda itu yang sedang memasang tampang menyebalkan. Ia cemberut.
BWAR!!
Kedua pemuda itu terkejut. Segera mereka berlari ke dalam untuk mencari sumber suara. Mereka semakin melebarkan mata dengan mulut yang terbuka melihat sedikit asap keluar dari kamar pemuda berkacamata jingga itu.
"Gopal, bukan kah kemarin gue sempet pesen buat beri pelumas?!" Tanya Solar panik.
"Ma-maaf!! Gue kelupaan!!" Jawab Gopal tak kalah panik.
Mendengar pernyataan dari Gopal, Solar langsung melemparkan tasnya ke sembarang arah lalu berlari menuju kamarnya.
"Dey! Gue minta maaf!!" Gopal pun ikut mengambil langkah seribu.
- ✯You and Me✯ -
"Nah! Ayo ayo! Mainannya di kejar!" Ucap Yaya dengan semangat. Sekarang, sambil menunggu Ayra bersiap, Ia meluangkan waktu untuk bermain bersama anak kucingnya ini.
Ar ( disingkat aja deh:v ) dengan imutnya mengejar stick mainan kucing yang dipegang oleh Yaya.
Sesekali melompat untuk menggapai bulu pada ujung stik tersebut.
Merasa tak tahan dengan keimutan Ar, Yaya mengangkatnya ke pangkuan. Menciumnya beberapa kali dengan gemas.
Bagaimana Ia tak gemas? Kalau beginilah tampang anabul itu:v
(Gemes ga? Gemes ga? Gemes lah masa ngga:v )
"Yok Ya," ajak Ayra yang kini sudah berada di depan sang anak.
Yaya mengangguk lalu mengikuti Ayra menuju mobil.
- ✯You and Me✯ -
Yaya berjalan mengendap endap sambil menunduk ketika sudah sampai disekolahnya. Ia berjinjit mengintip dari luar pagar lumayan tinggi itu. Dilihatnya segerombolan manusia namun kali ini, bukan cuma cowok, tapi banyak cewek juga berkerumun di depan gerbang. Yaya mengernyit. Ga biasanya cewek juga ikutan nongkrong disana. Bahkan bisa dikatakan, hampir dari seluruh kelas berada di depan gerbang.
Yaya ragu kalau mereka berkerumun untuk menemuinya. Pasalnya, karena Ia diincar hampir seluruh cowok di SMA Bima Sakti, jadi tak sedikit juga cewek yang membencinya. Bisa dikatakan, Haters lah.
Ia kaget saat sebuah mobil sport hitam memasuki gerbang sekolahnya. Semakin bingung lah yang Ia rasakan kala jeritan jeritan histeris alay cewek cewek yang berkerumun disana. Bahkan dari sikap para cewek disana bagai cacing kepanasan.
'Aduh!!! Sapa sih yang dateng? Selegram? Artis? Presiden?' gerutunya dalam hati.
Yaya meringis. Memejamkan mata. Menutup telinga karena sorakan para cowok dan teriakan menggila para cewek itu semakin menjadi jadi membuat telinganya sakit.
Tak lama, Ia tersentak mendengar yang diteriakkan para cewek disana.
"KYAAAAAAAA!!!! FANG!!! FANG!!!"
"OWH FANG PUJAAN HATI GUE UDAH DATENG SETELAH SEKIAN LAMANYA!!"
"ADUHAI!!!! MAS FANG!!! KITA KAYAK UDAH BERTAHUN TAHUN GA KETEMU!!!! KYAAAAAAAA!!! MAKIN GANTENG AJA!!!"
"AAAAAAAA!!! GUE PEN MELELEH LIAT WAJAHNYA YANG BEGITU SEMPURNAH!!"
"MAS FANG!!! AI LOP LOP LOP LOP YU!!!!"
"ABANG~~ DEDEQ GEMES MU DISINIH!!!"
"OWH BABANG FANG!!! CINTA KU SAYANG KU! KAPAN KAMU PUTUS AMA TU ANAK KEPALA SEKOLAH??? BIAR KITA BISA SAMA SAMA BANG!!!"
"Dih." Yaya merasa jijik mendengar teriakan teriakan itu. Bahkan hampir saja muntah gara garanya. "Tu cewek cewek teriaknya kek Fang artis paling populer aja," cibirnya sampai Ia menyadari sesuatu.
'Eh tunggu! Fang???'
"Apa yang mereka maksud Fang cowoknya Ying sahabat gue???" Yaya meloncat loncat dari balik pagar. Berusaha untuk melihat Fang dari banyaknya orang berkerumun disekelilingnya.
"Aduh!!! Ga keliatan!" Yaya mengambil ancang ancang untuk berlari agar bisa melihat wajah pacar sahabatnya itu. Lalu Ia ingat akan para fans boy nya yang juga pasti akan mengerumuninya. Ia sudah lelah meladeni mereka.
"Ck!" Terpaksa Ia harus melihat pemuda itu dari kejauhan dan dibalik pagar.
"Gini amat nasib gue cuma mau ngeliat pacar sahabat doank," ucap Yaya merutuki nasibnya. Kembali berjinjit dan sesekali melompat juga mendongakkan kepalanya demi melihat pemuda yang sudah berhasil mengambil hati sahabatnya itu.
"Akhirnya," ucap Yaya saat ia bisa melihat Fang setelah pemuda itu menembusi kerumunan orang. "Tapi ga bisa liat mukanya," keluh Yaya lagi.
"Eh itu dikepalanya dia kok ada landak?! Atau ..., itu duri landak nancep?! Aduh, ga sakit tuh?!" Celoteh Yaya melihat ada sesuatu seperti landak dikepala pemuda itu.
Saat ikutan melirik pada tatapan pemuda tersebut, bola matanya berbinar juga mulut yang tersenyum sekaligus menganga lebar.
Ternyata, yang ditatap sedari tadi oleh pemuda itu adalah sahabatnya yang sudah menunggu sambil tersenyum jauh dari kerumunan orang.
Semakin berbinar manik hazel Yaya, kala menangkap Fang mengacak acak rambut sahabatnya itu dengan gemas dan sang sahabat kelihatan sekali tersipu dengan wajah yang merona.
'Cie!!! So sweet banget sih!!!' batin Yaya senang bukan kepalang.
Ingin rasanya Ia berlari ke sana dan melihat keromantisan sahabatnya itu dari dekat. Tapi sayang fans boy nya masih berada disana.
Kriiiiiiinnnggg
Semua yang berada disana mulai masuk termasuk Fang dan Ying. Yaya mengecurutkan bibirnya masih belum puas melihat adegan roman di kehidupan nyatanya.
"Aduh!!! Bel sekolah bunyi lama dikit kek!! Baru aja liat adegan keromantisan Shuusei ama Aoi versi real life!" Ujarnya mengecurutkan bibir.
"Ah! Gapapa dah! Ntar istirahat aja tak samperin."
"Hm ... sebelum nyamperin, gue mau iseng ngerekam mereka diam diam ah! Kan mayan buat jadi tontonan dirumah! Dan gimana ya reaksi Ying pas tau gue ngerekam dia ama cowoknya?" Yaya tertawa terpingkal pingkal saat membayangkan semua itu! Di pikirannya, yang pasti sahabatnya itu akan nge blush ama malu bercampur kesal! 'Uh! Pasti bakal seru bet nih!!'
Lama Ia tertawa sampai menyadari sesuatu yang membuat tawanya musnah seketika.
"GUE TELAT MASUK KELAS!!!!" Teriak nya panik. Langsung berlari secepat mungkin menuju gerbang yang tentu saja sudah ditutup oleh satpam.
"PAK!!! PAK!!! BUKAIN PAK!!!" Teriaknya pada pak Satpam sambil berlari.
Setelah sampai, Ia berhenti. Berjongkok berusaha mengatur nafasnya yang ngos ngosan akibat jarak antara Ia dan gerbang sekolah lumayan jauh mengingat sekolah ini sangatlah besar dan luas.
"Aelah neng, kok bisa telat?" Tanya Satpam itu.
Setelah bisa mengatur nafas, Yaya berkata, "Pak, bukain donk pak." Gadis itu memasang ekspresi memelas namun sayangnya tidak berpengaruh pada pria ini.
"Ya ga boleh lah neng. Ntar Bapak dimarain ama atasan," jawab pak Satpam santai.
Mendengar itu, Yaya jadi tambah panik. "Ayo donk pak~ sebenarnya saya udah ada disini dari tadi~~ cuma saya ngumpet disitu tuh." Yaya menunjuk ujung pagar tersebut.
Pak Satpam melirik pada yang ditunjukkan gadis itu lalu berkata, "Neng boong kan? Boong tuh dosa lho."
"Ngapain juga saya boong sih pak? Beneran deh sumpah! Saya udah dateng dari tadi~~ please lah pak bukain!!" Pinta Yaya lagi mengedor ngedor pagar sekolah didepannya.
"Aduh neng~ jangan dikedor kedor ngapa," ujar pak Satpam itu menahan pagar yang berkuncang gara gara Yaya.
"Makanya pak, izinin saya masuk!!" Yaya menggembungkan pipi.
"Ga boleh neng~ mending neng pulang aja sono," ucap pria tersebut dengan seenak jidatnya tak lupa nada mengusir. Yaya melongo.
"Enak aja. Ntar saya dimarain kalo saya bolos pak. Bisa masuk kuburan saya mah!! Pak!!! Bukain~~ masa' Bapak tega nolak permintaan cewek secantik dan seimut ini." Yaya memasang jurus muka memelas + tampang imut + pupy eyes nya.
"Ya enengnya sih~ kalah imut sama Bapak," ucap Satpam tersebut dengan pedenya.
Yaya cengo, cemberut sesudahnya. "Dih Bapak kok sama nyebelin nya ama Bi Tia si? Pak!! Bukain!!" Pinta gadis itu lagi.
"Ga boleh neng," mutlak pria itu.
Yaya mendengus. Berbalik. Berjalan dengan menghentak hentakkan kakinya ke arah tempat Ia bersembunyi tadi.
- ✯You and Me✯ -
"Is! Pak Satpamnya nyusahin!" Ketus Yaya berusaha memanjati pagar yang jaraknya sedikit jauh dari gerbang agar tidak ada siapapun yang melihatnya.
Greb!
"Aduh!!" Ringis Yaya kala tubuhnya terhentak ke tanah setelah melompat dari atas pagar.
'Gue pagi pagi gini udah dapet apes aja ah!'
Yaya bangkit kemudian berlari menuju kelasnya. Berharap guru masih belum memasuki kelas. Mana sekarang pelajaran IPS lagi! Yang berarti jam pelajarannya Mama Zila! Guru ter killer disekolahnya. 'Mampus gue!!'
.
.
.
.
Skip di kelas »
.
.
.
.
Yaya berjinjit melihat dari balik jendela yang sedikit tinggi itu. Ia mendesah kesal Mama Zila telah pun masuk dan mengajar dikelasnya. Pokoknya semua ini gara gara pak Satpam huh! Pikirnya.
'Hiks ... Papa, Mama, wasiat dari Yaya adalah, tolong kerjakan pr geografis Yaya ya~ anak mu ini, ga sempet ngerjainnya'
'Wasiat untuk Arya, jangan nakal nakal ya nak~ makan yang banyak biar buntet tapi jangan ampe obesitas. Jangan nyusahin Opa ama Oma ya sayang~ dan maafkeun lah Momy mu ini,' Batin Yaya dengan sangat dramatis nya.
"Heh."
Yaya tersentak. Mendongak kan kepala. Terlihat, Mama Zila sudah berada tepat didepannya. Menatapnya tajam seraya memukul mukul penggaris panjang di tangan. Seakan siap melayangkan penggaris itu pada Yaya.
Sang gadis meneguk ludah. "Maaf Mama, saya telat."
Mama Zila merotasikan matanya malas. "Berdiri di depan kelas sambil jewer telinga ama kaki sebelah di angkat sampai pelajaran saya selesai!" Mutlak Mama Zila kembali masuk ke kelas.
"Tapi kan saya baru sekali telat," ucap Yaya tak ingin di hukum.
"Atau mau berjemur?" Tanya Mama Zila sinis.
Dan sekarang Yaya hanya bisa menuruti perintahnya. Ia menjewer kedua telinganya dengan kedua tangannya sendiri lalu mengangkat sebelah kakinya.
Ia mendengus meratapi nasibnya yang begitu sial hari ini.
.
.
.
.
Skip time »
.
.
.
.
Bel istirahat telah berbunyi. Usai sudah jam pelajaran Mama Zila. Yaya menurunkan kedua tangan dan sebelah kaki. Meregangkan tubuhnya yang sudah sangat pegal akibat lama berdiri dengan gaya sama.
"Dikarenakan nilai ulangan harian IPS kalian rata rata di bawah KKM, hari Sabtu nanti, kita akan mengadakan les khusus IPS tepat setelah Magrib yang harus dihadiri seluruh anggota kelas, okey?!" Ucap Mama Zila sebelum pergi dari kelas.
"Kamu juga ikut."
Yaya tersentak. "Lho, saya kan ga ikut ulangan nya," kata Yaya. Mama Zila sinis menatapnya. "Saya bilang tadi, seluruh anggota kelas, yang berarti semuanya termasuk kamu!"
"Tapi, kenapa harus malem?"
"Saya akhir akhir ini sibuk dan masih bakal sibuk untuk beberapa hari ke depan. Bisanya hanya ngeles kan kalian hari Sabtu jam begitu. Kalo hari Minggu, kan itu hari otak kalian untuk istirahat sejenak," jawab Mama Zila.
Ia mendengus keras ketika Mama Zila sudah berjalan menjauh. Dengan kesal, Ia memasuki kelas. Namun, tiba tiba Ia berhenti. Perasaan kesalnya pun berubah menjadi bingung kala melihat bangku nya dan Solar yang berada paling belakang dekat pojokan kelas kosong. Kemana cowok itu? Apa sudah keluar ke perpustakaan? Tapi kenapa dia tidak melihatnya?
Yaya pun meletakkan tas dibangku seraya berfikir. Apa Solar akan seperti waktu itu? Tidak masuk saat jam pelajaran pertama? Atau mungkin, hari ini dia memang tidak masuk? Apa dia punya urusan?
Yaya menggedikkan bahu. Jika Ia bertemu Solar nanti, akan bertanya. Ia berbalik mendapati Hanna yang sedang menelungkup kan wajah dilipatan tangan. "Han ... lo udah sembuh? Samperin Suzy, Ying ma cowoknya Ying yuk," ajak Yaya berjalan mendekat.
"Ah? Iya."
Hanna mengerjap kala Yaya melihat Ia dengan ekspresi terkejut. Ia memiringkan kepala. "Kenapa Ya?" Tanya Hanna.
"Han-" Yaya mendekat. Mengangkat sebelah tangan. Memegangi sesuatu dikepala Hanna dengan perlahan yang membuat Ia salah fokus.
Hanna meringis. Luka yang berada dikepalanya kini bersentuhan dengan jari jemari Yaya.
"Ma-maaf! Ini lo kenapa bisa luka???" Tanya Yaya panik dan khawatir. Ditambah lagi, luka goresan dikepala sahabatnya itu cukup dalam dan terdapat memar disampingnya.
Sementara Hanna yang ditanya hanya terdiam seraya menunduk.
"Lo kenapa Han?? Cerita!!! Kemarin pas gue, Ying ma Suzy ke rumah lo, gaada yang beginian!!! Ini pasti luka baru kan?? Pasti sakit kan?? Ini ulah siapa Han?? Ada yang jailin lo ampe begini?! Siapa orangnya Han?? Biar gue bogem tu muka orang ampe penyok!" Celoteh Yaya dengan nada marah tak terima akan luka yang didapat sahabatnya.
Tapi Hanna masih tetap diam. Yaya mendesah kasar. Mengambil lengan Hanna lalu menarik gadis itu menuju UKS. "Pokoknya kita harus ke UKS! Trus lo kudu cerita ma gue kenapa tu luka bisa bisanya ada di kepala lo Han!"
Hanna tersentak. Melepaskan lengannya dari Yaya secara paksa membuat gadis didepannya itu ikut tersentak dan terkejut. "Ga perlu Ya, ini ... ga sakit kok. Ini cuma ... cuma-" Hanna menutupi luka itu dengan poninya. 'Harusnya gue pake topi tadi' Ia menghela nafas.
"Cuma apa Han?! Jelas jelas tu luka bikin perih! Udah deh! Pokoknya gue ga mau tau! Kita ke UKS sekarang!" Ucap Yaya bersikeras. Kembali mengambil dan menarik lengan Hanna namun kembali dilepaskan.
"Bener Ya~ gue ga bohong kok. Ini ga sakit beneran. Gue cuma ... cuma ... cuma ... kejedot pintu doank-nah iya kejedot pintu! Jadi tuh, tadi pagi, gue ngantuk banget! Eh taunya di kamar mandi kepeleset dan yah~ lo tau kan kelanjutannya? Ini udah gue udah kasi obat kok. Dan udah mendingan. Tapi lo jangan deh Ya mau kejedot pintu! Pas didetik kena tuh uff, sakit!" Jelas Hanna meraba lukanya yang sekarang tertutup poni itu.
Yaya berusaha meneliti raut muka gadis didepannya ini. Tapi memang dari ekspresi, Hanna kelihatan baik baik saja. Tidak ada yang nampak mencurigakan. Ia berdecak lalu berucap, "Yaudah deh. Lain kali lo harus hati hati!"
"Asyiap bosku!" Hanna mengangkat tangan, menyatukan jari, meletakkan telapak secara menyamping. Seakan memberi hormat.
"Tapi janji ya! Kalo ada apa apa cerita ma kita! Jangan di diemin! Trus kalo tu luka sakit lagi dan rasanya makin perih, bilang aja. Gue yang bakal anter lo ke rumah," ujar Yaya tersenyum manis.
"Iya Yaya~ dan sekarang jadi ga nih samperin Suzy, Ying ma Fang?" Tanya Hanna. Yaya mengangguk yang berarti jadi.
Mereka pun berjalan menuju kelas X IPA 2 yang berada tak jauh dari kelas mereka. Saat sampai disana, keduanya mulai celingukan mencari batang hidung ketiga manusia itu. "Shitt! mereka kemana? Ko gaada?" Gumam Yaya saat tidak menemukan orang orang yang mereka cari.
"Yaya!!! Hanna!!!"
Yaya dan Hanna menoleh serempak. Terlihat dua orang gadis tengah menghampiri mereka. "Ying, cowok lo mana?" Tanya Yaya.
"Fang?" Tanya Ying balik. Ia mengangguk.
"Ooow dia barusan pulang," jawab Ying enteng. Yaya mengernyit. Menyampingkan kepala tak mengerti. Perasaan mereka baru melewati jam pertama dan sedang istirahat.
"Kenapa?"
Ying menjawab, "Dia harus latihan main basket buat pertandingan nanti, kan dia kapten basket yang bakal mewakili sekolah kita."
Sebelah alis Yaya semakin menaik. "Lho? Maksud mewakili sekolah kita itu apa? Trus, emangnya gapapa dia ninggalin pelajaran?"
"Pertanyaan yang bagus!" Puji Ying, "jadi tuh, pertandingan yang yang bakal dilaksanain bulan depan, tujuannya untuk mencari siswa siswi paling berbakat di SMA Bima Sakti untuk dipertandingkan di pertandingan antar sekolah nanti. Dan di cabang olah raga basket, Fang lah yang bakal jadi kaptennya karena, pas di tes oleh guru2 disini, skill mainnya tuh hebat banget. Bahkan ampe ngalahin semua siswa termasuk kakak kelas disini. Jadi dia harus rajin rajin berlatih. Untuk soal ninggalin pelajaran, lo tenang aja~ dia tuh otak nya pinter. Yah~ ga sepinter Solar si, tapi kepintarannya bisa bersaing dengan kepintaran kakak kelas kita," jelas Ying panjang × lebar × tinggi = volume balok.
"Mudeng ga?!" Tanya nya lagi.
Yaya menggeleng dengan tampang watados "ga."
"Gue ketok pala lo yak?! Gue udah capek jelasin panjang lebar elunya malah ga faham," ketus Ying cemberut.
Yaya tertawa melihat reaksi sahabatnya yang begitu menanggapi nya berlebihan. "Aelah Ying, gue becanda doank~ jangan lah marah~~" Ia memeluk sahabatnya biar Ying tidak bete lagi padanya.
Ying yang sudah tak mampu menahan tawa pun berkata, "haha okey okey."
"Eh, jadi ga nih ke kantin? Cacing di perut gue udah keroncongan tau minta diisi makanan." Suzy cemberut mengelus elus perut nya.
"Kuy lah."
.
.
.
.
Skip hari Sabtu 🌛
.
.
.
.
Yaya menguap. Menyandarkan kepala pada lengan kirinya. Berusaha menahan kantuk yang sedari tadi telah menyerangnya. Bukan berarti Ia tidak menyukai pelajaran IPS, tapi tadi siang, Ia dimarahi Ayra habis habisan karena kamarnya yang berantakan. Ditambah lagi, si dedeq imut Arya, bermain dan berlari sampai tak sengaja menjatuhkan barang barang. Jadi lah Ia yang harus membereskannya sendirian dan bukannya membantu, Bik Tia malah meledeknya. Sungguh menyebalkan!
Di tambah lagi, sekarang perutnya sakit pertanda Ia akan segera datang planet. Makanya ingin cepat cepat pulang dan rebahan di ranjang Hello Kitty nya.
Ah sudahlah!
Ia meletakkan kepala di atas meja dengan beralaskan lipatan tangan sebagai pengganti bantal. 'Merem bentar doank gapapa lah ya?'
Solar yang berada disampingnya menoleh pada Yaya. Menghela nafas lalu mengguncang tubuh gadis itu pelan.
"Eung ... Lar~ gue cuma merem doank kok," racau Yaya masih tak membuka mata.
"Kalo lo merem, ntar bakal ketiduran beneran. Mau kekunci disini sendiri?!" Ketus Solar.
"Tapi kan kita pulangnya masih lama. Dan kalo mo pulang, baru lo bangunin gue," ujarnya.
"Lama pala lo! Lima belas menit lagi kita pulang," ucap Solar kembali fokus pada penjelasan Mama Zila.
"Itu mah masih lama," bantah Yaya.
"Yaudah kalo gitu, gue bilangin- Mmmpp!!!"
Yaya dengan segera menutup dan menahan lengan Solar. "Lar~ gue cape banget tau~"
"Baiklah! Sekarang, kalian kerjakan soal soal ini sampai selesai. Siapa yang selesai, boleh pulang. Tapi harus benar semua! Baru boleh pulang." Mama Zila membagikan lembaran kertas yang ada ditangan satu persatu.
"Yes!" Ucap Yaya senang.
Ketika lembaran kertas diberikan pada nya dan Solar, Ia langsung mengerjakannya dengan antusias agar bisa cepat pulang.
Tiga belas menit telah berlalu. Beberapa siswa siswi yang mengumpulkan hasil jawaban mereka, mengerjakan berkali kali karena ada yang salah. Tapi juga tak sedikit yang sudah pulang. Yaya masih belum sekali pun mengumpulkan dan kini, Ia tinggal harus mengisi satu soal terakhir.
'Asik! Satu soal saja lagi~ haha'
Ia pun mulai membacanya.
"Ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, serta mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan dan kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan adalah geografi. Jadi, siapakah pria 46 tahun paling handsome yang pernah kamu lihat?"
'KESOALAN APAKAH INI??!!!'
Yaya membelalak. Mulut terbuka lebar melihat pertanyaan pada soal terakhir ini.
Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Merasa heran sekaligus bingung. 'Apa ini gegara gue ga nyimak tadi ya?'
"Ini guenya yang o'on atau soalnya yang salah?" Gumam Yaya. Ia menoleh pada Solar yang masih dengan santai mengerjakan soal soal. Lalu melirik keseluruh kelas. Dan sekarang, cuma tersisa tujuh murid termasuk Ia dan Solar, kemudian Mama Zila yang sedang duduk di meja guru.
Setelah itu, maniknya menangkap tulisan kecil dibawah soal.
Question by: Papa Zola
"Soal oleh Papa Zola?" Gumam Yaya memiringkan kepalanya.
Dddrrt... Dddrrt...
"Mama tunggu tugas kalian di kantor ya. Sekalian mengangkat telfon,"
Semua mengangguk. Mama Zila pun keluar kelas seraya mengangkat telfon.
Saat Solar berdiri, berniat untuk memberikan hasil jawabannya, Yaya tiba tiba mencegah dengan cara memegang lengan pemuda itu. "Lar, tungguin gue yak. Bentar lagi kok," ucapnya dengan tampang memelas, membinarkan mata, sedikit menggembungkan pipi yang membuat orang orang tak akan tega untuk menolak. Dan Ia berharap serangannya ini juga ampuh terhadap Solar.
Ia tidak ingin ditinggal sendiri dengan orang orang yang tidak begitu akrab dengannya. Hanna, tidak bisa datang ke les. Tidak tau kenapa, karena tadi saat Yaya bertanya, telfonnya langsung terputus.
Solar menghela nafas kembali duduk di sebelah Yaya yang membuat gadis itu senang. "Lo emang sahabat terbaik gue! Sama kek Ying!" Ia tersenyum manis dan dibalas senyuman tipis oleh sang pemuda.
Yaya kembali untuk fokus pada soalnya.
Tak lama kemudian, lima orang murid lainnya dengan serempak beranjak pergi sambil membawa tas untuk memberikan hasil jawaban dan tinggal lah Yaya dan Solar disana.
"Cepat," suruhnya.
"Bentar lah,"
"Lo ngerjain soal yang mana si? Lama," ketus Solar.
"Sabar elah! Ini nomor terakhir." Solar menaikkan sebelah alisnya. " Yang pria 46 tahun paling tampan itu?" Tanya nya. Yaya mengangguk.
"Ngasal aja ngapa," ujar Solar jengah dan mendapat respon gelengan keras dari Yaya. "Ga ah! Entar salah!"
"Kalo salah juga, palingan lo disuruh benerin di rumah." Yaya kembali menggeleng. "Ga mau~ kalo salah kan malu, gue udah pernah malu ama Mama Zila! Waktu itu gue telat trus dihukum berdiri didepan kelas," ucap Yaya mengingat kejadian tempo hari.
"Kapan?"
"Pas lo ga masuk sekolah."
Pemuda itu menghembuskan nafas lelah. Melirik pada jam ditangan. Pukul 20:13 malam. "Cepat lah dasar Kukang," ejek Solar.
"Dih, enak aja ngatain gue Kukang!" Ketus Yaya.
"Makanya cepat, ntar kita kekunci giman-
Grufb!
"IYA IYA MAMA KESANA SEKARANG!!!"
Solar dan Yaya saling beradu pandang dengan datar kala pintu sekolah mereka dikunci dari luar dan terdengar suara langkah kaki yang sangat cepat.
Lama mereka berpandangan sampai Yaya berucap, "Ucapan adalah doa!"
"HUUUUUAAAAAA!!! MAMA!!! YAYA MASIH DI DALEM KELAS!!!!!" Suara teriakan cempreng Yaya menggema juga mendominasi seluruh ruangan kelas yang tadinya sunyi itu.
Memukul mukul pintu kelas berharap Mama Zila masih berada disana.
"Mama Zila udah keluar dari sekolah," ucap Solar melihat dari luar jendela sebuah mobil yang tak lain adalah punya guru mereka itu telah melaju melewati gerbang.
"HUUUUUEEEEE!!!! GIMANA NIH???" Yaya berlari lalu menarik narik paksa lengan pemuda itu.
"Lar! Lo dobrak ni pintu ya!"
"Gak, kalo gue dobrak, bakal banyak yang nanya nanya dan gue bakal dikerumunin," jawab Solar. Yaya bengong. Sebegitu besarnya kah keinginan Solar untuk tidak berinteraksi dengan orang ramai? Sampai rela terkunci di kelas semalaman?
"Yaudah kalo lo ga mau pulang! Tapi gue gimana?! Masa lompat dari jendela?! Kita ini kan ada di lantai dua!!" Teriak Yaya lagi.
"Yaudah lompat aja sono!" Suruh Solar dengan tampang bomad nya. Yaya melongo. Ni orang hidupnya santuy amat. Ia menggembungkan pipi kesal.
"Yaudah gue lompat!" Yaya naik ke atas meja lalu membuka jendela kaca tersebut. Meletakkan sebelah kakinya.
"Hoy jangan!!" Sergah Solar langsung menarik tangan Yaya ke dalam kelas sampai gadis itu terhentak ke bangku yang Ia naiki.
"Lo mau mati?!" Bentaknya.
"Trus gimana kita pulangnya???" Yaya duduk di meja tersebut. Merogoh tasnya untuk mengambil handphone berharap baterainya masih tersisa.
"Ck" decaknya kala melihat handphone nya yang ternyata sudah habis baterai gara gara Ia lupa mengecasnya.
"Ni handphone malah ngedrop disaat begini!" celotehnya kesal kesal sendiri.
Solar yang mendengar celotehan Yaya merasa risih. Lalu bangkit dari kursinya.
"Mana ga bawa charger ma power bank lagi! Gimana mau nel-
Gadis itu terdiam seketika kala Solar yang tiba tiba saja mendekap dirinya dan mendekatkan wajah lalu pipi putih mulusnya bagaikan mochi itu bersentuhan dengan bibir tebal Solar.
"Udahlah, jan marah mulu. Berisik," ucap nya setelah menjauhkan wajahnya dari Yaya yang masih diam mematung dengan seluruh wajah gadis itu merah padam.
Ia melepaskan dekapannya kemudian duduk di atas meja disebelah sang gadis.
Butuh beberapa menit untuk otak Yaya kembali bekerja setelah mendapat serangan dadakan itu. "Eh? Apaan si?!" Yaya menutup wajahnya dengan kedua tangan berharap tidak dilihat oleh Solar.
Solar yang melihat reaksi Yaya terkekeh geli.
"Eh? Awas ya kalo lo macem macem ma gue!! Kalo ga, gue bogem lo ampe tu muka penyok!!"
Sedangkan sang pemuda mendengus. "Lo pikir gue cowok kek apa hah?! Lagian, bisa bisa dikeroyok nyokap lo ntar!" Ketusnya.
"Huft! Bukan cuma dikeroyok! Lo bakal dilaporin ke polisi! Dan disitu muka lu bakal penyok," ujar Yaya dengan nada mengejek.
"Oo~ kalo itu mah gampang~ gue bakal sembunyi," ujar Solar enteng.
"Hilih, emang lo bakal sembunyi dimana? Dimana pun bakal ketauan kali." Gadis itu menjulurkan lidah.
"Gue bisa sembunyi di kali dekat rumah. Ga bakal ada yang nyangka gue disitu."
"Dih, kalo polisi ada di dekat tu kali lama gimana?"
"Yaudah! Gue zonk disana."
Solar dan Yaya tertawa geli bersama. Tanpa gadis itu sadari, pemuda disampingnya ini tersenyum kecil seraya menatap dirinya yang sedang tertawa.
Dari cara gadis itu tertawa, sampai keimutan dan kegemoyannya ..., membuat Solar teringat akan seseorang bermanik hijau.
Sebelah tangannya terangkat, mencubit gemas pipi chubby gadis itu. "Jangan ketawa kek gitu~ lo bikin gue gemes tau nggak?" Ucapnya melepaskan cubitan itu dengan senyuman yang tak dapat Ia sembunyikan.
Yaya mengecurutkan bibir. Mengusap pipinya yang merah akibat kena cubitan.
- ✯You and Me✯ -
GLEGAR!!!
Yaya menutup telinganya juga memejamkan mata. Sekarang, Ia berusaha untuk mencoba tidur dengan bangku bangku yang Ia susun untuk dijadikan pengganti ranjang juga tas sebagai pengganti bantal.
Tapi, dengan kuatnya suara petir yang beradu dengan suara hujan deras, ditambah hembusan angin yang sangat dingin tak lupa sakit perutnya semakin menjadi jadi, seperti mustahil baginya untuk tertidur.
Posisinya sekarang saja sudah meringkuk menahan sakit.
GLEGAR!!!
"Kyaaa!!!" Jerit Yaya ketika petir mengeluarkan suara dengan lebih keras. Sangat keras.
"Itu cuma petir," ucap Solar yang berbaring diseberangnya juga dengan meja yang disusun. Tidak mungkin lah mereka tidur disatu tempat. Dia juga tidak bisa tidur gara gara gadis itu terus terusan menjerit ketakutan.
"I-iya, tapi bunyi nya kuat baNGET!!!"
GLEGAR!!!
Yaya semakin berusaha menutup telinga seraya menahan rasa nyeri di perut.
"Ya."
Yaya melirik pada Solar yang memanggilnya. Terpaku setelahnya melihat tangan kiri pemuda itu mengambang di udara.
Solar membuka dan menutup tangannya mengisyaratkan pada Yaya memberikan sebelah tangannya untuk Ia genggam.
Walau gadis itu masih malu karena belum terbiasa bergenggaman tangan dengan laki laki, Ia tetap memberikan tangan kanannya.
Saat sudah berada di tangan, Solar menggenggam tangan mungil gadis itu. Memang telapak tangannya besar dan sedikit kasar, tapi ..., genggamannya tetap lah halus membuat Yaya nyaman ditambah pemuda ini membelai nya lembut, menyalurkan kehangatan.
Setelah tangannya digenggam oleh Solar, Yaya mulai sedikit tenang. Tidak tau kenapa, Ia merasa sangat aman dan rasa takut itu, perlahan hilang.
Tak berselang lama, akhirnya gadis itu bisa terlelap. Solar tersenyum tipis karena usahanya membuahkan hasil. Ia bangkit berusaha untuk tak menimbulkan suara. Meletakkan kembali tangan gadis itu perlahan.
Dipandanginya wajah cantik gadis itu. Bibir tipis bergairah, kulit putih bersih, bulu mata lentik alami, pipi gemoy mirip mochi, sungguh kecantikan alami yang sangat mempesona. Andai gadis didepannya itu tidak cerewet dan suka marah marah, mungkin Ia lah satu satunya gadis paling sempurna yang diciptakan Allah.
'Kenapa dia sangat imut dan menggemaskan?' batinnya.
'Imutnya mirip kak Thorn'
Saat pemuda itu ingin kembali berbaring di tempatnya, tanpa sengaja Ia melihat sesuatu dibelakang Yaya. Saat dilihat, matanya membelalak. Wajah sedikit memerah lalu terkekeh. Ternyata gadis ini sedang datang planet.
Ia membuka jaketnya kemudian menyelimuti kaki sampai pinggang Yaya.
Selain bertujuan untuk menutupi itu, juga agar Yaya tidak terlalu kedinginan. Solar tersenyum. Kembali pada tempatnya semula.
TBC
Baper ga sih? 🗿
Ga ya? 🗿💦
Hiks
Aku juga, tadinya pengen nambah unsur komedi, ehh malah jadi garing 🚮 hiks maaf ya~ ntar aku belajar ngelawak lagi QwQ
Ada yang mau kasi saran pada ku agar bisa ngelawak? QwQ
Dan, kalo ada typo, tanda bacanya salah, atau penggunaan huruf kapital nya ga tepat, bilang ya~ jangan diem :'(
Juga mari sama sama berdoa agar bang Upan tidak benar benar menjadi sad boy 🛐
Aamiin... 🛐
Oke segini dulu~ :>
Salam manis, dari
Anak termwanis didunia
Mwehehehehe
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu
Jangan lupa tekan 🌟
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top