9. Perjanjian (bag 1)

Happy Reading
.
.
.

[Yourname]'s Pov

"Tugasnya susah nih"

Naomi merengek, kamu yang sedari tadi disebelahnya menatap Naomi.

"Emang susah sih." Kamu menyetujui kata-kata Naomi barusan.

"Gimana kalau, kita belajar di rumahku, kan aku punya Onii-chan yang masuk kelas A." Perkataan Naomi sukses membuatmu berpikir.

Kamu membayangkan jika kamu ke rumah Naomi pasti bukannya belajar kamu malah jadi nyamuk yang siap di tepuk. Membayangkannya saja sudah membuatmu bergidik. Nanti malahan kamu melihat adegan yang tidak patut di contoh.

"Sepertinya jangan deh, aku mau coba belajar sendiri aja"

Naomi cemberut tapi tiba-tiba ekspresinya berubah jadi sumringah.

"Oh aku tau, kamu mau belajar bareng sama Ranpo-san ya?" Kamu bisa melihat Naomi menaik turunkan alisnya seolah-olah tebakanya benar.

"Engga, aku emang mau belajar sendiri"

"Masa??"

"Iya"

"Ohh atau kau mau belajar sama Dazai-san?" Naomi menatapmu dengan ekspresinya yang menyebalkan, kamu menatap datar.

"Tidak"

Naomi tertawa. "Baiklah kalau begitu, aku tidak ingin mengganggu waktu berduamu." Naomi menautkan antara jari telunjuk kanan dan kirinya dengan senyuman jahil.

Menyebalkan.

.
.
.

Seminggu ini sudah kamu lewati dan mengenai perihal perjanjian itu, zombie sama sekali tidak menemuimu, bukan karena kamu ingin ditemui hanya saja, sedari seminggu ini kamu tidak pernah melihatnya.

"[Yourname]-san"

Kamu menoleh dan mendapati Yosano-sensei menghampirimu, padahal saat ini kamu sedang ingin pergi ke taman menemui Ranpo.

"Ada apa sensei?" Akhirnya kamu bertanya.

"Sensei ingin menanyakan apakah kamu sudah menemukan ingin ekskul apa?"

Pertanyaannya sukses membuatmu teringat bahwa kamu belum memiliki ekskul sama sekali.

"Ah kalau ekskul, aku belum tau ingin apa."

Kamu mengusap belakang lehermu karena bisa-bisanya melupakan kegiatan sekolah, padahal ekskul juga penting.

"Bagaimana kalau sensei rekomendasikan untukmu?"

Kamu menatap Yosano-sensei dengan ekspresi terkejut. "Ah aku sangat senang jika sensei mau merekomendasikan untukku"

Yosano langsung tersenyum senang, lalu memberikanmu sebuah formulir. "Ini coba kamu lihat"

Kamu merima formulir itu dan membacanya. "Ekskul detektif Yokohama?"

Yosano mengangguk. Kamu langsung menatap bingung. "Maaf sensei, tapi bukankah ekskul ini khusus untuk anak-anak tertentu dan bukankah kebanyakan kelas A?"

Yosano langsung menepuk bahumu. "Ya, tapi sensei percaya padamu dan langsung merekomendasikan ini untukmu"

Jelas saja pernyataan Yosano masih membuatmu bingung dan ragu.

"Jangan ragu, coba pikirkan lagi."

"Baik sensei, aku akan coba pikirkan."

Setelah itu Yosano-sensei pamit untuk kembali ke ruangannya, dan kamu memutuskan untuk pergi ke taman menemui Ranpo.

Ketika di taman belakang sekolah, kamu melihat Ranpo seperti biasa bersandar pada salah satu pohon, kamu tidak habis pikir padahal ada bangku panjang yang sudah disediakan tapi kenapa Ranpo malah duduk disitu.

Ranpo sedang menikmati cemilannya hingga matanya beralih padamu, padahal kamu belum memanggilnya.

"Halo"

Kamu mencoba tersenyum, Ranpo hanya menaikkan alisnya.

"Tumben kau kesini, aku pikir tidak akan kesini lagi"

Kamu menghampiri Ranpo dan menyerahkan kotak bekal yang memang telah kamu sediakan daritadi, Ranpo langsung menerimanya.

"Akhir-akhir ini aku sibuk"

Kamu bisa melihat Ranpo membuka kotak bekalnya dengan tidak sabaran. Memisahkan sumpitnya lalu bersiap untuk makan.

"Baca doa." Kamu mengingatkan. Ranpo mendengus tapi dia menuruti perintahmu dengan mengatupkan kedua tangannya di dada.

Kamu sedikit tersenyum melihat Ranpo langsung melahap makanannya seperti tidak pernah makan seminggu.

"Kau sibuk dengan Dazaikan?"

Kamu menatap Ranpo yang saat ini sedang menatapmu sambil memasukkan sosis ke dalam mulutnya.

"Kau tau darimana? Eh maksudku..."

Kamu keceplosan. Ranpo kemudian tertawa.

"Hanya nebak"

Jelas saja kamu tidak percaya, dari pertama kali bertemu Ranpo selalu tau apa yang akan kamu lakukan. Seperti cenayang mungkin.

Ranpo kemudian meminum air mineral yang memang tadi sudah ada didekatnya. Lalu setelah itu dia menatapmu.

"Ngomong-ngomong, apa itu?" Ranpo menunjuk sebuah kertas yang sedari tadi kamu pegang. Kamu langsung menjawab

"Formulir pendaftaran ekskul"

Ranpo mengangguk. "Ekskul apa?"

"Detektif Yokohama"

Setelah kamu mengucapkan hal itu entah kenapa ekspresi Ranpo berubah.

"Siapa yang memberikanmu itu?"

"Emm Yosano-sensei yang merekomendasikannya"

Ranpo langsung berdiri, dia menyerahkan kotak bekal yang sudah kosong kepadamu.

"Terimakasih atas makananmu, aku lupa mengerjakan tugas"

Kamu bisa melihat Ranpo langsung pergi begitu saja, jelas tadi kamu bisa melihat raut wajahnya yang seperti tidak suka.

Lagipula. Memangnya seorang Ranpo bisa lupa mengerjakan tugas?

.
.
.
Author's Pov

Sementara itu di lain tempat tepatnya di dermaga, seorang pria paruh baya tapi masih terlihat gagah itu, menghampiri pemuda berambut orange.

"Begini Chuuya-kun"

"Tuan muda." ralat orang itu. Kalau yang ini maunya di panggil tuan muda.

Hirotsu, pria paruh baya itu hanya berdehem. "Maaf maksudku tuan muda Chuuya, seperti biasa orang-orang itu sama sekali tidak mau buka mulut perihal gosip pembunuhan yang dibuat-buat di kamar mandi itu."

Chuuya mengangguk. "Pasti hal ini sengaja dilakukan untuk menjatuhkan sekolah kita"

Hirotsu menyetujui perkataan Chuuya. "Tapi tenang saja hal itu sudah di netralkan oleh kepala sekolah."

"Ngomong-ngomong, sampai sekarang saja aku tidak tau siapa kepala sekolah Yokohama"

Perkataan Chuuya membuat Hirotsu sedikit terbatuk. "Saya juga tidak tau."

Chuuya menatap Hirotsu penuh selidik. "Kau sih kebanyakan bohongnya, bahkan aku yakin kau tau rahasia Dazai."

Hirotsu langsung menggeleng. "Aku sama sekali tidak tau apa-apa"

Chuuya berdecak. Mengorek informasi dari Hirotsu sama saja seperti menggali di permukaan besi. Keras.

"Sebenarnya aku heran yang partner in crimenya dia itu, kau atau aku sih?"

"Tentu saja anda Chuuya-- maksudku tuan muda Chuuya."

Chuuya memutar bola matanya malas, pandangannya langsung melihat orang yang dibicarakan sedang berjalan dari arah gudang tempat tersimpannya perahu-perahu kecil dan kapal yang sudah tidak terpakai.

"Kau terlihat lelah Dazai, sepertinya daya tahan tubuhmu semakin hari semakin melemah ya." Chuuya berseru tapi tentu saja Dazai mengabaikannya, pandangannya kini mengarah ke Hirotsu.

"Bagaimana Hirotsu?"

"Seperti biasa tidak ada yang buka mulut"

Kemudian Dazai mengangguk. Lalu dia melempar kunci mobil kearah Hirotsu.

"Ayo kembali"

Hirotsu mengangguk. Mereka berdua meninggalkan Chuuya begitu saja.

"Sialan kau Dazai!"

.
.
.
[Yourname]'s Pov

Pagi ini kamu memutuskan untuk menemui Ranpo ingin menanyakan perihal tugas matematika yang deadlinenya tiga hari lagi. Tepatnya hari senin. Karena sekarang sudah hari jumat.

Kamu tidak sabar ingin cepat bel istirahat, sensei yang menjelaskan perihal sejarah jepang itu sama sekali tidak kamu indahkan.

"Kau kenapa sih? Sedari tadi gelisah." Tanya Naomi.

Kamu berbisik. "Aku mau ngerjain deadline matematika nih, ternyata susah."

Naomi mencibir. "Kan aku bilang juga susah."

Kamu hanya terkekeh. "Ngomong-ngomong kau mau ikut? Aku belajar sama Ranpo di taman belakang." Tanyamu.

Naomi langsung menggeleng. "Aku sudah cukup belajar sama Onii-chan, lagipula aku tidak mau jadi nyamuk."

Kali ini kamu yang mencibir. "Biasanya juga aku yang jadi nyamuk."

Naomi hanya terkekeh.

Tanpa terasa bel yang ditunggu-tunggu oleh murid berbunyi dan kamu langsung bergegas merapikan buku dan mengeluarkan kotak bekal sekaligus buku yang berisi tugas matematika.

"Ingat ya belajar, jangan mojok."

Kamu hanya menatap sinis Naomi yang meledekmu. Enak saja mojok. Kamukan sama Ranpo keseringan bersandar di pohon. Bukan mojok.

Setelah keluar kelas kamu langsung berlari kecil untuk menuju taman belakang sekolah. Kamu tidak sabar ingin segera menyelesaikan tugas yang menyebalkan ini.

Ketika sudah mendekati taman belakang sekolah, langkahmu terhalangi oleh seseorang. Kamu berdecak ketika tau siapa orangnya. Karena malas meladeni, kamu memutuskan untuk minggir kearah kanan, mempersilahkan untuk orang itu jalan ke sebelah kiri, tapi ternyata orang itu, malah menghalangimu lagi. Dan kejadian itu terus menerus terjadi.

Kamu menatap sebal orang didepanmu.

"Minggir Zombie"

Orang yang dipanggil Zombie itu sama sekali tidak mengindahkan perintah kamu.

"Dazai minggir, aku sedang buru-buru." Akhirnya kamu menyebut nama si Zombie karena merasa lelah berdebat.

Zombie itu bukannya minggir malah melihat kotak bekal yang kamu bawa.

"Kau mau kemana?"

Kamu mengernyit mendapat pertanyaan dari zombie di depanmu.
"Bukan urusanmu, minggir!" Tapi lagi-lagi Dazai sama sekali tidak mau minggir.

"Dazai!"

Kamu menatap Dazai dengan ekspresi kesal. Pemuda di depannya ini sudah bagus menghilang, ketika muncul malah menyusahkan.

Dazai langsung mengambil buku yang berada ditanganmu, kamu langsung protes. "Dazai itu bukuku." Kamu mencoba meraih bukumu tapi Dazai mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Zombie kembalikan, aku ingin belajar itu."

Dazai mengangkat sudut bibirnya. Dengan iseng dia membuka buku matematikamu dan membacanya.

"Kau bodoh ya? Kau hanya bisa menjawab lima dari dua puluh soal." Kalimat Dazai membuatmu cemberut.

"Lima itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Sekarang cepat berikan, aku ingin menemui Ranpo"

Dazai langsung menatapmu. "Untuk apa kau menemui dia?"

Kamu langsung berdecak sebal. "Jelas saja, aku ingin belajar."

Entah kenapa raut wajah Dazai berubah, kamu juga tidak tau itu apa.

"Sekarang cepat berikan." Perintahmu tidak sabar. Tapi Dazai malah menyembunyikan bukumu dibelakang badannya.

"Dazai, aku sedang buru-buru, tidak ada waktu meladenimu, aku sudah di tunggu oleh Ranpo."

Dazai tetap diam. Kamu menatap kesal. Ini zombie minta di kecup sama sepatu. (Author: kecup sama bibirlah/ga)

"Dazai, aku mohon."

"Aku bisa mengerjakan ini."

Kamu mengerjap. "Hah?"

"Maksudku, aku bisa mengerjakan soal yang mudah ini." Dazai mengucapkan itu dengan satu tarikan nafas. Kamu menatap bingung.

"Ya. Terus?"

Dazai berdecak sebal. Dia menatapmu tajam. Kamu bahkan tidak tau apa yang salah.

"[Yourname]?"

Kamu menoleh begitupula Dazai, melihat Ranpo yang menghampiri kalian.

"Aku sudah daritadi menunggu sampai cemilanku habis, kau bawa bekalnya?" Tanya Ranpo. Kamu mengangguk dan mengangkat kotak bekal yang kamu sediakan.

"Ini.. tapi aku ingin..."

"Ini bekalmu, aku ada urusan dengannya."

Dazai langsung memotong ucapanmu dan merebut bekal yang kamu bawa, memberikannya kepada Ranpo.

"Eh tapi aku..."

Dazai lagi-lagi menarik tanganmu dan pergi meninggalkan Ranpo yang hanya menatap bingung.

.
.
.

Dazai terus menarikmu hingga kalian sudah berada di gudang sekolah yang memang berada tidak jauh dari belakang sekolah.

Kamu melepas tangan Dazai darimu.

"Sekarang apa?"

Tapi yang kamu dapati hanya Dazai yang diam. Kamu menghela nafas. Astaga ini zombie apa tembok.

"Baiklah kalau tidak ada"

Baru saja kamu ingin berbalik. Dazai langsung memutar badanmu untuk kembali melihat kearahnya.

"Jangan alihkan pandanganmu dariku." Kamu bisa melihat matanya menatapmu serius.

"Kau mau bicara apa?" Tanyamu tidak sabar.

"Bi Akiko ingin bertemu denganmu."

Krik.

Krik.

Seperti ada suara jangkrik dikepalamu.

Kamu menatap Dazai. "Hanya itu?" Dazai mengangguk kaku. Kamu langsung mengusap wajahmu.

"Astaga.. kalau bicaramu hanya itu kenapa kau menarikku kesini." Kamu mulai frustasi.

"Baiklah besok aku kesana, hari ini aku mau belajar." Ucapmu final. Lalu kamu berbalik untuk kembali ke tempat Ranpo. Akan tetapi kamu lupa bahwa buku matematikamu masih ada sama si Zombie. Akhirnya kamu menghampiri zombie lagi.

"Bukuku."

Dazai menatap tanganmu yang terulur tapi bukannya memberikan buku itu dia malah berjalan pergi.

"Sampai jumpa hari sabtu."

Lho.

To be continued
.
.
.

Cieee hari sabtu ahaha
Oh ya makasih buat yang udah nunggu cerita ini. Kemungkinan aku update seminggu sekali ya. Entah hari apa itu.

Salam dari aku

See you next chap. Mohon maaf kalau nanti slow update

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top