6. Zombie Aneh

Happy Reading
.
.
.

[Yourname]'s Pov

Semenjak insiden Ranpo yang menyapamu dengan kata-kata ajakan makan siang. Seluruh penghuni sekolah selalu membicarakannya, sehingga membuat kamu menjadi pusat perhatian.

"Cie terkenal, udah jadi nyonya Edogawa ya?"

Kamu mendengus mendengar perkataan Naomi. Nyonya Edogawa apanya, masa hanya membuat bekal jadi nyonya Edogawa.

"Oh oh atau kau mau jadi nyonya yang lain?" Naomi menaik turunkan alisnya. Kamu berdecak sebal. "Jangan ngeledek, ini semua juga salahmu, tidakah kau merasa bersalah?"

Kemudian Naomi memasang ekspresi berpikir. "Dulu sih iya tapi sekarang enggak tuh," ucapnya dengan senyum manis. Kamu menatap sinis.

Tiba-tiba salah satu murid memasuki kelas. "Sensei datang"

Matamu menangkap sosok wanita cantik yang berjalan dengan anggun. Matanya begitu tajam memperhatikan muridnya. "Tugas matematika yang kemarin kumpulkan diatas meja." Perintahnya.

Semua murid mengeluh karena beberapa ada yang belum mengerjakan tugas. "Yang belum mengerjakan tugas bersihkan kamar mandi"

Semua murid mengeluh lagi.

Wanita itu menatap kamu. "[Yourname], bawa buku tugas teman-temanmu ke ruangan ibu."

"Baik sensei." Kamu mengangguk. Sedikit heran karena baru kali ini kamu diperintahkan untuk membawa buku tugas, biasanyakan ketua kelas.

Ketika sensei yang bernama Yosano itu keluar, kamu langsung berdiri dan merapihkan buku-buku tugas. Setelah sudah tersusun dengan bagus, kamu langsung membawanya dengan sedikit kepayahan karena bukunya cukup banyak.

"[Yourname]-chan, mau aku bantu?" Tanya Naomi. Kamu menggeleng. "Tidak perlu, aku bisa kok." Katamu menolak karena kamu masih sanggup membawanya.

Setelah kamu sudah sampai di ruang guru, dengan sedikit susah payah kamu mengikuti Yosano-sensei, akhirnya tibalah saatnya kamu meletakkan buku-buku itu di meja Yosano.

"Letakkan saja disitu." Kata Yosano-sensei. Kamu mengangguk dan meletakkan buku itu diatas meja milik Yosano.

Setelah selesai kamu memutuskan untuk pamit.
"Kalau begitu saya pamit."

"Tunggu [Yourname], bisakah kau duduk sebentar." Yosano menatapmu dan kamu mengangguk.

Mata Yosano terus memperhatikanmu setelah kamu duduk dihadapannya. "Sudah berapa lama kau pacaran dengan Ranpo?"

Kamu terdiam beberapa saat.

"Maksud sensei?" Kamu menatap bingung. Yosano kemudian tersenyum. "Ranpo itu anak yang susah untuk di dekati, jadi aku pikir kalian punya hubungan." Jelasnya masih melihatmu seperti menggali sesuatu.

Kamu menggeleng. "Tidak sensei, aku sama sekali tidak punya hubungan, kami hanya teman." Kamu menjelaskan. Entah kenapa kamu tidak ingin terjadi kesalahpahaman.

Yosano menghela nafas didepanmu, kamu bisa melihat dia seperti terlihat kecewa. "Kenapa sensei?" Tanyamu akhirnya. Dia langsung menggeleng. "A-ah tidak, kau bisa pergi sekarang." Ucapnya.

Kamu kembali pamit untuk pergi walau jelas wajahmu masih terlihat bingung.

Disepanjang perjalanan menuju kelas kamu masih membayangkan ekspresi Yosano. "Perasaanku saja atau memang Yosano-sensei terlihat kecewa ya." Kamu mengucapkan dalam hati.

Ketika kamu melewati kamar mandi, bel istirahat pertama berbunyi, kamu memutuskan untuk ke kamar mandi terlebih dahulu baru masuk ke kelas.

Kamu menggunakan bilik di pojok, masih berpikir kenapa Yosano memasang ekspresi itu, kamu bisa merasakan ada langkah kaki yang memasuki toilet. Awalnya kamu tidak peduli tapi seketika

Byurr

Kamu merasakan air mengguyur dari atasmu dan terdengar cekikikan yang jahat.

"Rasakan itu dasar wanita genit!"

Kamu menghela nafas, seharusnya kamu tau akan tiba saatnya kejadian seperti ini.

Dengan langkah yang gontai kamu keluar dari bilik kamar mandi, matamu tidak menangkap seseorang disana. Jelas saja pasti orang yang mengerjaimu langsung pergi.

Matamu menatap cermin besar yang ada didepanmu, penampilanmu tampak acak-acakan, seragam basah, rok bagian depan juga, rambutmu yang dikuncir bahkan masih meneteskan air.

Kamu mencoba merogoh saku rokmu untuk mencari ponsel yang biasanya kamu letakkan disana. Tapi nihil. Karena ternyata ponselmu masih tertidur nyaman di tasmu.

"Astaga, sial sekali aku." Gumammu. Mau tidak mau kamu harus segera ke loker karena tidak baik seragam yang basah masih di pakai.

.
.
.

Author's Pov

Naomi berjalan dengan mata yang menatap keseluruh penjuru sekolah.

"Kemana ya [Yourname]-chan?" Kata Naomi sambil berdecak sebal. "Jangan-jangan dia sedang asyik-asyiknya makan bareng sama Ranpo?" Gumam Naomi masih terus berjalan hingga pandangannya jatuh kepada dua orang yang baru keluar dari ruang osis.

"Ranpo-san." Panggil Naomi. Salah satu orang yang ternyata adalah Ranpo menoleh, pemuda itu menaikan alisnya.

Naomi menghampiri Ranpo dengan nafas yang sedikit tidak beraturan. "Ano... Apakah [Yourname]-chan bersamamu?"

Ranpo mengernyit. "Tidak. Aku belum bertemu dengannya."

Naomi seketika berpikir. "Apakah mungkin dia berada di taman belakang?" Pertanyaan retoris dari Naomi membuat Ranpo ikut berpikir.

"Tapi tadi dia belum membawa bekalnya, jadi tidak mungkin dia menemuimu tanpa bekal," lanjut Naomi masih terus menerka-nerka.

Ranpo masih menatap Naomi. "Kalau begitu biar aku coba mencarinya," ucapan Ranpo sukses membuat orang yang disebelahnya tidak setuju.

"Ranpo, kau harus mengurus ini dulu." Orang yang ternyata adalah Kunikida protes. Akan tetapi Ranpo tidak mengindahkan perkataan Kunikida dan hanya menepuk-nepuk bahunya. "Aku percaya padamu." Ketika mengucapkan hal itu Ranpo langsung pergi, diikuti oleh Naomi yang sebelumnya membungkuk di depan Kunikida.

Kunikida langsung menggerang sebal karena ditinggal sendiri. Poor Kunikida.

Sementara itu [Yourname] sudah mendapatkan baju olahraga yang diambil dari lokernya, [Yourname] memutuskan untuk ke kamar mandi, akan tetapi langkahnya terhenti karena mendapati ada seseorang yang menghalangi jalannya. Ketika [Yourname] mendongak, lagi-lagi sosok zombie a.k.a Dazai yang tidak ingin ditemuinya.

Tidak mau ambil pusing [Yourname] langsung mengambil sisi yang lainnya untuk menghindar, akan tetapi lagi-lagi sebuah lengan menghalanginya.

[Yourname] menghela nafas mencoba sabar.

"Mau apa..."

Grep

Belum sempat [Yourname] menyelesaikan ucapannya, sebuah tangan sudah menariknya untuk berjalan cepat.

[Yournane] mendadak speechless dan merasa takut. Hingga akhirnya kalian berdua memasuki sebuah ruangan.

Lalu Dazai mengunci ruangan itu, [Yourname] melotot.

"Kenapa di kunci?"

Dazai hanya memasang ekspresi kelewat datar, hingga tangannya yang ternyata sedari tadi membawa sebuah totebag terulur kearah [Yourname].

[Yourname] melihat isi totebag tersebut dan ternyata isinya adalah seragam sekolah atas bawah, lengkap dan masih baru. Pandangannya yang masih kearah isi totebag tersebut langsung mengarah ke Dazai.

"Apa ini maksudnya?" Tanya [Yourname].

"Ganti seragammu yang jelek itu." Suara Dazai tampak ketus sehingga membuat [Yourname] menaikkan alis bingung.

"Seragam ini?" Tanya [Yourname] memastikan, takut-takut dia merasa halu karena dikasih seragam baru oleh seorang Dazai.

"Ya." Jawab Dazai singkat. Setelah Dazai mengucapkan itu [Yourname] masih menatap totebag.

"Ada apa lagi?" Dazai tampaknya mulai tidak sabaran. Mata [Yourname] langsung menatap Dazai. "B-bisakah kau berbalik dulu, aku tidak bisa g-ganti baju." Suara [Yourname] mendadak gugup. Dazai yang semula kesal akhirnya langsung berbalik.

"Jangan mengintip!"

"Tidak tertarik"

[Yourname] hanya mendengus. Beberapa menit terjadi keheningan hingga akhirnya [Yourname] sudah selesai berganti pakaian.

"Sudah."

Dazai berbalik, tatapannya menelisik dari bawah sampai keatas membuat [Yourname] risih.

"Apasih?"

Tiba-tiba Dazai menghampiri [Yourname], lalu tanpa aba-aba dia melepas ikat rambut [Yourname]. Ingin protes tapi [Yourname] hanya bisa diam menatap Dazai. Seperti dejavu.

Kalian berdua hanya bisa saling tatap seperti di film-film, [Yourname] tidak mengerti mengapa Dazai selalu menatapnya seperti itu. Akhirnya kontak mata itu terputus oleh [Yourname].

"Nanti aku akan kembalikan seragam ini." Sedikit berdehem, [Yourname] langsung menghindar untuk menuju pintu akan tetapi dia lupa bahwa pintunya terkunci.

"Kuncinya?"

Dazai hanya diam, ekspresinya masih sama malah terkesan mengintimidasi, dia mendekati [Yourname] yang malah membuat takut.

"Zombie.. j-jangan main-main." Peringat [Yourname] tapi Dazai hanya menaikan sudut bibirnya.

Ketika [Yourname] sudah terpojok karena selalu mundur dan Dazai yang sekarang hanya beberapa centi dihadapannya, tatapan mereka lagi-lagi bertemu.

Dazai bisa melihat ekspresi ketakutan dari [Yourname]. "Kenapa kau takut? Kenapa dengan Ranpo tidak?" Pertanyaan retoris dari Dazai benar-benar membuat [Yourname] tidak mengerti. Tingkah laku Dazai tidak bisa di prediksi oleh [Yourname], seperti hari ini dia memberikan baju, tapi malah memojokkan [Yourname] seperti ini.

Tangan Dazai bergerak menuju helaian rambut [Yourname] yang berantakan, tapi dengan cepat di tepis oleh sang empunya.

"Jangan sentuh aku!!"

[Yourname] menatap tajam walau masih ada ketakutan disana, dia tiba-tiba teringat kejadian malam itu sewaktu bertemu Dazai untuk pertama kali.

"A-aku paling benci dengan orang yang membunuh dengan segampang itu." Lanjut [Yourname] lagi. Tatapannya benar-benar tidak bersahabat.

Dazai kemudian mendengus. "Kau bahkan tidak tau apapun dan sekarang kau sok tau." Ucapnya dengan ekspresi datar.

[Yourname] menelan ludah takut, "A-aku tau. Kau hanyalah seorang pem.."

Brak

Dazai memukul lemari yang tidak terpakai yang ada dibelakang [Yourname]. "Diam!" Suaranya dingin dan membuat siapa saja menggigil dadakan.

"Jangan pernah.." Dazai menatap [Yourname] dengan sorot mata yang dingin. "Jangan pernah kau keluarkan kata itu."

Setelah mengucapkan itu, ada sebuah suara yang seperti pintu yang sedang dibuka. Dan benar saja sosok Ranpo dan Naomi muncul setelah pintu itu terbuka.

Mereka berdua menatap kalian dengan pandangan yang bermacam-macam.

"Apa yang kau lakukan Dazai?" Akhirnya Ranpo mengeluarkan sebuah pertanyaan akan tetapi Dazai hanya menatapnya tanpa ekspresi lalu setelah itu dia berjalan keluar tanpa sepatah katapun.

Ranpo ingin menahan, tapi [Yourname] sudah mencegah. "Biarkan saja Ranpo, aku baik-baik saja."

To be continued
.
.
.
Halooo maaf ya kalo banyak yang typo, jujur aja sih rada susah juga buat cerita tentang Dazai hehehe, malah jadinya ooc. Jadi gimanakah? Masih ada yang votmenkah?

Oh ya satu lagi aku ingin promote nih cerita tentang lookism

Gimana? Ada yang maukah?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top