4. Bertemu

Happy Reading
.
.
.

Seminggu sudah berlalu dan saat ini [Yourname] sudah menjalani kegiatan sekolahnya seperti biasa walaupun masih diliputi segala banyak pertanyaan yang hinggap di pikirannya.

"[Yourname]-chan"

Naomi menghampiri [Yourname] dengan terburu-buru, nafasnya tersengal. "Kau sudah dengar berita?" Tanyanya yang sukses membuat [Yourname] menaikan sebelah alisnya bingung.

"Ada yang bunuh diri di kamar mandi perempuan lantai tiga, yaampun itukan kamar mandi dekat dengan kelas kita." Naomi memekik ketakutan.

[Yourname] langsung mengernyit. "Perasaan kita baru seminggu sekolah disini, kenapa ada masalah ya?

Naomi hanya menggeleng.
"Kepala sekolah dan ketua Osis sepertinya sedang membicarakan masalah itu." Katanya.

Jujur saja [Yourname] sama sekali tidak ingin memikirkan masalah sekolahnya yang makin hari makin aneh. Dia hanya ingin belajar untuk mendapatkan universitas terbaik. Tapi pikiran akan kejadian seminggu yang lalu menghantuinya.

"Pemuda itu." Gumam [Yourname] yang membuat Naomi bertanya. "Kenapa?" Kemudian [Yourname] hanya menggeleng.

Pelajaran tetap dimulai seperti biasa walau ada kejadian apapun, pelajaran tetap menjadi nomor satu.

Sampai ketika bel istirahat berbunyi dan guru matematika keluar, seketika murid di dalam kelas langsung berisik membicarakan kejadian itu.

"Aku jadi takut sekolah disini, peraturannya juga banyak"

"Iya bahkan mau ekskul saja harus jalan jauh dulu, padahal fasilitas sekolah sudah lengkap"

[Yourname] hanya menatap anak-anak yang sedang bergosip-ria. Pandangannya kini mengarah ke luar jendela.

"Oh ya aku hari ini sedang beruntung lho"

"Kenapa?"

"Tadi sensei menyuruhku mengantarkan buku ke kelas A"

"Waaaaa"

"Beruntung banget"

Jujur saja [Yourname] sama sekali tidak ingin menguping tapi suara mereka terlalu keras untuk tidak didengar. Lagipula kenapa bangga sekali sudah memasuki kelas A?

Lalu [Yourname] menepuk bahu Naomi yang sedari tadi sedang membaca buku Cara Masak Yang Enak

"Kau sudah pernah masuk ke kelas A?" Bisik [Yourname]. Tiba-tiba Naomi langsung mengangguk antusias.

"Tentu saja, kelas A itukan tempat Onii-chan"

[Yourname] langsung mendengus. Dia lupa kalau kakaknya Naomi itu berada di lantai yang sama dengan kelas A. Jadi kelas itu disusun berdasarkan abjad. Kelas A.. di koridor lantai 4 berderet dari kelas satu sampai tiga. Kelas B di koridor bawahnya, dan kelas C di koridor bawahnya lagi. Di lantai satu khusus staff dan guru. Sedangkan ruang kepala sekolah berbeda gedung dan tampak sedikit jauh dari gedung sekolah tempat belajar mengajar.

"Ngomong-ngomong kenapa kamu jadi membicarakan kelas A?" Pertanyaan Naomi sukses membuatmu kaget. "Ah itu karena anak-anak tampak bangga bisa memasuki kelas itu."

Naomi langsung berdecak. "Tentu saja bangga, walau kau tidak bisa menjadi bagian kelas A karena otak mereka itu diatas rata-rata, dan ketika kamu masuk saja ke kelas itu, rasanya kebanggaan hadir karena kelas A itu sangat tertutup." Kata Naomi panjang lebar. [Yourname] hanya menatap sebal karena secara tidak langsung Naomi mengatai otaknya dibawah rata-rata atau mungkin pas-pasan.

"Tapi kalau kau penasaran, aku bisa membawamu kesana, sekalian aku ketemu Onii-chan." Naomi langsung berseri-seri sedangkan [Yourname] hanya menatap jengah.

"Tidak ah, nanti aku jadi nyamuk."

Naomi kemudian terkekeh. "Ayolah kapan lagi bisa keatas, nanti aku akan kasih tau kamu atap sekolah kita yang wow."

Mendengar kata atap yang memang belum [Yourname] jajahi, akhirnya [Yourname] menyetujui walau sedikit berat.

"Okey let's go."

.
.
.

[Yourname]'s Pov

Jika ditanya apakah kamu menyesal menerima tawaran Naomi maka jawabannya adalah YA. Sangat menyesal. Karena Naomi sedari tadi hanya bergelayut manja dengan kakaknya tanpa memperdulikanmu yang berdiri seperti orang bodoh.

"Naomi-chan ini tempat umum lho."

"Biarin aja akukan kangen sama kakak."

Percakapan diatas membuatmu ingin sekali cepat-cepat pergi dari kelas ini. Suasana kelas tampak hening dan anak-anaknya sibuk membaca bahkan mengerjakan tugas dengan sangat serius tipikal anak pintar sekali.

"Naomi, aku duluan ke kelas saja ya." Katamu yang sama sekali tidak digubris oleh Naomi. Memang teman yang sangat baik.

Akhirnya setelah mendapat kata maaf dari Tanizaki senior a.k.a kakaknya Naomi. Kamu memutuskan untuk keluar dari kelas.

Ketika kamu berada diluar koridor lantai 4, matamu melihat seorang anak laki-laki yang sedang menunduk.

"G-gomenasai."

Semua yang ada disana menatap anak laki-laki itu dengan pandangan bermacam-macam. Sinis, merendahkan dan prihatin.

"Hei kelas C, kau sengajakan mendorong si bodoh ini supaya ponselnya rusak?" Pemuda berambut orange itu menatap tajam. Sedangkan yang ditatap hanya menunduk takut.
"A-aku tidak sengaja."

Pemuda berambut orange itu menarik kerah laki-laki yang menunduk itu. "Jangan bohong."

Kamu yang menatap itu berusaha untuk tidak peduli. "Jangan peduli, jangan peduli, itu bukan urusanku." Kamu merapal dalam hati.

Lalu pemuda yang satunya kini membuatmu terkejut. "Orang itukan... Zombie?"

Pemuda yang kamu sebut zombie itu menatap laki-laki malang itu dengan pandangan datar. "Kau adalah seekor tikus yang tidak berguna."

Kalimat itu diucapkan dengan suaranya yang berat dan mampu membuat siapa saja merinding. Bahkan kamu merinding mendengarnya.

"Pukul."

Satu kata membuat pemuda orange itu menyeringai dan melepaskan cengkraman pada kerah laki-laki yang bernasip buruk itu.

Tiba-tiba anak-anak yang berkumpul mencoba untuk memukul anak laki-laki itu.

Buk

Buk

Buk

"Hey Zombie."

Seketika semuanya langsung berhenti dan pandangannya mengarah kearahmu termasuk dua pemuda tadi. Kamu terdiam kaku. "Itu tadi suaraku?" Batinmu tidak percaya bahwa kamu akan nekat seperti ini. Tapi sudah terlanjur basah, sekalian saja banjir.

"Kau Zombie." Kamu menunjuk pemuda yang berada disamping pemuda orange. "Kau... Pengecut, hanya karena ponsel, kau menghajar anak laki-laki ini, tidak sanggup membeli lagikah?"

Pertanyaan itu sukses membuat semua yang ada disana terperangah bahkan sekarang koridor lantai 4 sudah dipenuhi oleh semua murid kelas A.

Dari jauh dibelakangmu kamu bisa melihat Naomi dari sudut matamu sedang menatapmu khawatir. Ya. Terimakasih Naomi karena kau sudah muncul disaat-saat mau klimaks.

Kali ini pandanganmu mencoba tajam walau dalam hati sudah berantakan. Pandangan kamu dengan zombie bertemu. Kamu menatap tajam dan zombie hanya menatap datar.

"Hei anak kelas B, berani-beraninya kau.."

"Kau juga bocah jeruk." Kamu menunjuk pemuda orange itu dengan sebutan bocah jeruk. Entahlah tapi kata-kata itu tiba-tiba terlintas saja.

Semua yang ada disana menahan nafas. Bocah jeruk tampak kesal.

"Sialan kau!"

Ketika bocah jeruk ingin maju mendekatimu, seseorang sudah menahannya. Dan ternyata itu adalah si Zombie.

"Apalagi sih? Lihat dia sudah mengataiku bocah jeruk!" Emosinya.

Zombie masih diam. Pandangannya tidak lepas darimu. Kemudian dengan tenang dia menghampirimu. Ingin rasanya mundur akan tetapi kamu tidak boleh takut.

Zombie itu mendekat dan ketika jaraknya hanya beberapa centimeter darimu, dia berbisik.

"Seharusnya aku menghabisimu waktu itu."

Deg

Jadi benar bahwa dia orang yang waktu itu. Kamu tanpa sadar menelan ludah.

"Dazai!"

Pandanganmu yang sempat ketakutan kini harus teralihkan oleh seseorang yang kamu kenal. Ranpo. Dibelakangnya ada ketua Osis.

"Jangan buat masalah." Ucap Ranpo kepada Zom-- maksudmu Dazai.

Dazai hanya menaikan alisnya dan menatap Ranpo tidak suka. "Apa? Ingin bertingkah seperti ketua, eh?"

Ranpo hanya mendengus. Terlihat jelas bahwa dia malas meladeni.

"Sebaiknya kau kembali ke kelas, [Yourname]-san." Kata Ranpo. Kamu yang sedari tadi diam hanya mengangguk. Ketika ingin berjalan. Tanganmu sudah ditahan oleh Dazai.

"Tidak." Dazai menatap tajam. "Kau berurusan denganku, urusan kita belum selesai."

Kamu mengerjap. Ini apasih? Batinmu mulai frustasi.

Ranpo menatap Dazai. "Jangan kekanakan Dazai, kau tau kepala sekolah tidak akan suka mendengar ada keributan disini." Ranpo mengucapkan itu dengan nada kalem.

"Urus saja urusanmu sendiri detektif." Bocah Jeruk tiba-tiba bersuara. Ranpo mengacuhkan itu.

"Bubar!" Perintah ketua Osis.

Semua yang ada disana perlahan-lahan masuk ke kelas walau masih penasaran bagaimana kelanjutannya.

Disini hanya tersisa kamu dan tiga orang serta Naomi dan Tanizaki.

Pandangan Dazai kini terlihat berubah dan tangannya melepaskanmu.

"Baiklah aku menuruti ketua detektif asli bukan yang cadangan." Dazai menyeringai menatap ketua Osis yang kini sudah ingin memukul Dazai. Kamu yang melihat itu hanya memandang bingung.

"Lain kali aku akan mengajakmu untuk bersenang-senang." Kalimat Dazai ditutup dengan tepukan pada bahumu yang membuatmu nyaris melompat karena kaget. Dazai pergi disusul oleh bocah jeruk itu yang masih menatapmu tajam.

"Terimakasih Ranpo-san"

Ranpo hanya mengangguk. Kemudian dia memasuki kelas begitu saja seperti tidak melakukan apapun.

.
.
.

Semenjak kejadian itu kamu tau bahwa duniamu sudah berubah. Bukan berlebihan tapi pada kenyataannya memang benar.

Pengaruh ketika kamu memanggil Dazai dengan sebutan Zombie itu menyebar luas bahkan ketika bersinggungan dengan kelas A mereka langsung menatapmu sinis.

Tidak hanya itu bahkan teman-teman sekelasmu khususnya yang perempuan juga menatapmu sinis. Kamu berpikir bahwa sepertinya kamu sekarang berada di sebuah drama yang biasanya kamu tonton, yang sebentar lagi kamu akan ditindas oleh mereka.

"Yaampun." Keluhmu.

Naomi bahkan meminta maaf terus menerus kepadamu, berpikir bahwa semua ini salahnya.

Karena dirasa di dalam kelas malah menambah kepenatanmu, akhirnya kamu memutuskan untuk keluar kelas mencari udara segar. Meninggalkan Naomi yang terus memanggilmu.

Tapi sepanjang perjalanan, tatapan mereka terus menerus melihatmu tiba-tiba terlintas dipikiranmu untuk mengunjungi tempat yang selama ini belum kamu kunjungi. Atap.

Ketika memutuskan untuk keatap dengan melewati beberapa tangga, ketika sudah ditangga lantai empat kamu memutuskan untuk berlari agar tidak bertemu dengan anak kelas A.

Ketika sudah di atap, nafasmu tersengal-sengal lalu matamu melihat sebuah pintu besi, langsung saja kamu membukanya dengan cukup pakai tenaga.

Ketika sudah terbuka, angin tampak berhembus mengenai rambutmu. Dengan senyum yang tanpa sadar bertengger manis dibibirmu, kamu melangkah masuk dan pandangan yang kamu lihat sungguh indah. Beberapa sisi lain gedung Yokohama tampak terlihat bahkan gedung perpustakaan juga terlihat.

"Sedang apa kau disini?"

Kamu telonjak kaget mendengar suara yang sangat kamu hindari. Ketika kamu melihat kebelakang, benar saja ternyata orang didepannya adalah Zombie, a.k.a Dazai.

Dazai kali ini hanya memakai kemeja sekolahnya saja yang terlihat sedikit berantakan. Jangan lupakan rambutnya yang berantakan. Kamu terpaku. Kenapa rambutnya bisa secocok itu dikepalanya.

Kemudian kamu menggeleng, mengusir segala pikiran anehmu.

"A-aku.."

Tiba-tiba bel masuk berbunyi, tanpa basa-basi lagi kamu segera kabur dari tempat itu, tapi sialnya lagi, ternyata tali sepatumu lepas hingga kamu menginjaknya dan terjatuh tepat dihadapan Dazai. Tidak sakit. Tapi malunya itu.

Kamu melihat lututmu yang sedikit lecet tapi kamu abaikan, tiba-tiba kamu merasakan seseorang menunduk mensejajarkan dengan dirimu. Kamu langsung melihatnya dan lagi-lagi pandangan kalian bertemu. Ada rasa takut karena teringat kejadian malam itu.

"Apakah ini nasipku untuk dihabisi olehnya?" Kamu mulai berpikir yang aneh-aneh

Tapi tidak ada reaksi dari Dazai, dia hanya menatapmu dengan pandangan yang sulit diartikan. Kamu tidak mengerti tatapannya, sangat misterius sekali.

Lagipula kenapa dia terus menatapmu seperti itu. Apakah mungkin dia sedang mengulitimu di dalam hatinya?

Angin tampak memanjakan kalian berdua, hingga kamu dapat mencium aroma mint yang keluar dari tubuh pemuda dihadapanmu.

Hingga suasana hening yang tercipta beberapa menit yang lalu langsung dipecahkan oleh suara dari Dazai yang sekaligus membuatmu mengernyit bingung.

"Kau tidak ingat?"

"Hah?"

To be Continued
.
.
.

Jeenggg.. chap panjang. Di dunia real aku sibuk banget.. tapi aku masih ada ide jadinya aku tetep lanjutin ini. Jangan lupa vote dan komen ya.

Salam ikemen bsd

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top