26. Undangan tidak terduga

Happy Reading

Vote komen skuy

~~~~~

~Author~

Mimpi buruk.

Semua orang pasti pernah merasakannya sekali ataupun beberapa kali, tapi bagaimana jika mimpi buruk itu terus hadir disetiap tidurmu? Bahkan rasanya seperti tidak ada keindahan di dalam kata tidur.

Dazai Osamu merasakannya. Dia selalu bermimpi buruk, bahkan dia hanya memejamkan mata sebentar mimpi itu seperti menghantuinya di dalam kegelapan.

Rasanya dia sudah lupa bagaimana mimpi yang indah ataupun tidur tanpa mimpi. Selama ini dia hanya tertidur jika rasa lelahnya benar-benar sudah tidak terbendung, tanpa sadar dia tertidur, setelah itu dia akan terbangun tanpa ingat apakah dia tidur atau tidak? Rasa tidurnya tidak terasa bahkan tubuhnya masih lelah.

Dazai mendesah frustasi, lengan tangan kanannya letakkan di atas wajahnya, menutupi pandangannya. Hari ini, dia bolos sekolah, dia hanya tertidur di kasur, sama sekali tidak beranjak, suhu tubuhnya naik dan bibi Akiko tampak cemas di luar kamarnya.

Dia cemas. Dia merasa bahwa ada ketakutan di dalam dirinya, Dazai seperti merasa dihujam kecemasan bertubi-tubi, menumpuk hingga membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

Kejadian kemarin seharusnya menjadi momen menyenangkan untuk Dazai dan juga [Yourname], bahkan Dazai sudah menyiapkan semuanya, dia akan mengakui, siapa diri dia sebenarnya, tepat diatas kincir raksasa yang biasanya dijadikan momen romantis, tapi sayangnya Dazai terlalu penakut, dia selalu merasa cemas ketika bertemu dengan orang itu.

Akhirnya orang itu muncul. Mengancam hidupnya lagi.

Kembali pada kejadian kemarin ketika Dazai membelikan [Yourname] minuman.

Dazai akhirnya mendapatkan minuman, sayang sekali untuk stand minuman, dia tidak bisa menggunakan kartu VIPnya, mau bagaimanapun tetap mengantri, Dazai tidak suka mengantri.

Kedua tangannya membawa masing-masing minuman milk shakenya, dia tidak suka manis tapi [Yourname] memaksa untuk mencobanya supaya hidupnya tidak pahit. Dazai hanya mendengus mengingat yang diucapkan oleh gadis itu.

Dia hendak berjalan kembali kearah tempat [Yourname] menunggu tapi langkahnya terhenti ketika dia melihat seseorang berdiri tepat dua meter di hadapannya, dengan topi dan mantel abu-abunya. Pupil mata ungu milik orang itu menatapnya seolah menyapa, bibir orang itu terangkat membentuk senyuman miring.

"Hisashiburi, Dazai Osamu,"

Ekspresi Dazai berubah kaku, orang itu sekarang ada dihadapannya, menemukannya.

"Bersantai, hm? Tidak menyangka aku akan muncul secepat itu ya? Bagaimana ya... Aku sudah merindukan my little otouto." Orang itu berjalan mendekati Dazai, ketika jaraknya tiga jengkal, dia kembali bersuara.

"Melihatmu bahagia, membuatku ingin menghancurkannya segera." Suaranya pelan dan dingin, senyumannya hilang.

Dazai menekan minuman yang ada ditangannya hingga isinya keluar dan berantakan. Orang itu semakin menyeringai.

"Bagaimana sekarang kau ingin membunuhku, hm?"

"Kau.." Dazai menatap tajam, walaupun sebelumnya dia terkejut. Tangannya melepas minuman itu hingga terlepas dan jatuh ke tanah.

Dia menarik baju depan orang itu. "Aku akan membunuhmu," desisnya tajam.

Orang itu kembali tersenyum. "Bagus, aku tunggu, tapi sebelum itu bagaimana jika... gadis itu yang lebih dulu aku bunuh?" Tanyanya retoris.

Dazai menggelap, sebelum dia menghajar orang dihadapannya, tangannya sudah dilepas oleh orang itu.

"Kau tau, aku tidak akan membunuhnya secepat itu, Dazai, karena dia adalah orang yang sangat menyenangkan untuk aku sakiti, kau tau sama seperti seseorang yang kau sayangi," ujar orang itu ringan.

"Oh atau bagaimana jika... Gadis manis itu tau rahasiamu, ya? Apa reaksinya? Apakah dia akan menangis? Atau... Membencimu seumur hidupnya?"

Kedua mata Dazai membesar, dia seperti melupakan sesuatu.

"Jaa ne, Dazai Osamu."

Sial. Dazai tidak ingin melepaskan orang itu, ketika dia mengejarnya tiba-tiba orang berbaju hitam menghalangi, Dazai menggeram.

"Seharusnya kau lebih memperhatikan gadis manismu." Suara orang itu masih terdengar.

Sial.

[Yourname] masih menunggunya disana, Dazai terlalu takut jika terjadi sesuatu dengan [Yourname], dia berlari karena orang itu pasti akan serius dengan ucapannya.

Ketika dia melihat sosok [Yourname] dari jauh, nafasnya yang semula tertahan akhirnya bisa terlepas, tapi tentu saja masih tersengal karena berlari dari stand minuman.

"Bagaimana jika gadis manis itu tau rahasiamu ya?"

Suara bisikan itu terdengar dikepalanya, badannya bergetar, perasaan ini seperti menyerangnya. Dia takut, bahkan ketika [Yourname] menghampirinya, dia tidak tau, hingga suara lembut itu merasuk ke kepalanya, dia baru sadar bahwa, rasa yang sudah tertahan sekian lama.

Dazai memeluk gadisnya.

Dia ingin gadis dihadapannya tidak pergi, tidak menjauh dan tidak membencinya.

Ingatan kemarin kini terus berputar di kepalanya, bahkan rasanya sungguh memusingkan.

Bagaimana jika [Yourname] membencinya?

Dazai memijat pelipisnya, rasanya semakin berdenyut. Dia harus istirahat sebentar, sebelum memikirkan kembali rencananya.

••••••

Brak

[Yourname] terkejut karena manusia jeruk maksudnya Nakahara Chuuya menghalangi jalannya ketika hendak ke kantin.

"Aku ingin bicara denganmu," ucap pemuda itu.

[Yourname] mengerjap beberapa kali, lalu dia menggeleng. "Aku tidak mau," tolaknya.

Sudut siku-siku nampak di kening Chuuya. "Kau ini!!

"[YOURNAME]-SENPAI," teriak seseorang membuat dua orang yang sedang berseteru itu melihat kearah pemanggil.

"Atsushi-kun?" [Yourname] menatap pemuda berambut putih dengan bingung, mengapa adik kelasnya ini tampak terburu-buru.

"Senpai di panggil oleh emm Ranpo-senpai," ujar Atsushi dengan nada ragu.

"Ranpo memanggilku? Baiklah sekarang dia ada dimana?" Tanya [Yourname], kebetulan sekali dia juga ingin lepas dari si berandal jeruk dihadapannya.

"Ada di.. emm kelas... Eh bukan di perpustakaan," jawab Atsushi, dia takut-takut tapi juga berusaha untuk tidak terlihat takut.

[Yourname] melihat Atsushi sebelum dia kembali menatap Chuuya, "nah kau lihat, aku ada urusan, jadi jangan ganggu." Setelah mengucapkan hal itu, tangannya langsung menarik Atsushi untuk menjauh dari Chuuya.

"Heii aku belum bilang apa-apa, sial!" Umpat Chuuya, susah sekali bicara dengan gadis itu.

Sementara itu kembali kepada dua orang yang menjauh dari Chuuya. "Terimakasih Atsushi-kun, kau menyelamatkanku," ucap [Yourname] dengan senyuman manis hingga membuat wajah Atsushi memerah.

"Aku hanya melihat kalau senpai sedang kesusahan jadi aku memutuskan untuk membantu," balasnya dengan malu-malu hingga membuat sang kakak kelas gemas.

"Kau ini.." [Yourname] rasanya ingin mencubit tapi dia urungkan karena ponsel di dalam sakunya bergetar, setelah melihat nama pemanggil, [Yourname] langsung mengangkatnya.

"Halo Naomi?"

"Ah iya aku titip roti saja, aku sudah malas ke kantin, iya, baiklah." [Yourname] menutup sambungan teleponnya, kemudian menatap Atsushi. "Kalau begitu aku duluan ya," ucap [Yourname], langsung diangguki oleh Atsushi.

"Hati-hati senpai."

Sementara itu di ruangan detektif, terlihat beberapa orang sedang berbicara.

"Undangan?" Ranpo menatap Kunikida. "Apa maksudnya dengan undangan?"

Kunikida berdehem walaupun dia agak sedikit ngeri dengan tatapan tajam Ranpo. "Kepala sekolah mengundang para organisasi untuk makan malam hari ini," katanya mencoba untuk tenang.

"Aku rasa itu bukan makan malam biasa, mengingat kita semua berkumpul, bukankah seharusnya hanya anak kelas tiga?" Itu pertanyaan retoris, jadi Kunikida tidak perlu menjawabnya.

Ranpo menatap Yosano yang hanya diam, kemudian dia menghela nafas. "Kita terima undangannya tapi aku harap jangan ada yang beritau [Yourname]." Mata hijaunya menatap beberapa anak yang ada disana.

"Tapi Ranpo-san.."

Ranpo menatap tajam Yosano. "Apa? Kau mau aku tolak undangan ini?" Nadanya dingin.

"Jaga sopan santun.."

Kunikida tidak jadi berbicara karena melihat tatapan Ranpo, padahal anak itu lebih muda darinya tapi ketika sedang serius aura menekannya benar-benar terasa.

"Aku rasa kita sudahi, dan Tanizaki, aku harap kau dan adikmu tidak membocorkan tentang undangan ini," ucap Ranpo menatap si sulung Tanizaki yang langsung mengangguk patuh.

•••••••
~[Yourname] pov~

"Akhirnya pulang juga." Naomi berseru ketika bel pulang berbunyi, dengan sigap dia membereskan peralatan sekolahnya.

Kamu juga bersiap, berhubung tidak ada ekskul jadi dia bisa bersantai dan pulang, dia juga teringat bahwa zombie tidak masuk sekolah, dari pesan yang bibi Akiko berikan, bahwa Dazai sakit.

"Apa aku harus ke toko buah dulu ya? Kira-kira si zombie itu suka buah tidak ya?" Batinmu bertanya-tanya.

"Ne, [Yourname] aku duluan ya, onii-chanku sudah menunggu hehe," cengir Naomi. Kamu hanya mendengus lalu mengangguk.

"Jaa nee," ucapnya.

Kamu melambaikan tangan, langkah kakimu membawamu untuk keluar kelas, berjalan di lorong hingga ke gerbang sekolah, memutuskan untuk menunggu jemputan dari Dazai karena pemuda itu sudah mengirimu pesan supaya tidak jalan kaki.

"Merepotkan sekali, seperti orangtua saja dia itu," ungkapmu sebal.

Tiba-tiba sebuah motor sport berwarna merah berhenti di depanmu, orang itu membuka helm dan kamu berdecak.

"Apa lagi sekarang?"

"Ikut aku!" Dia menarik tanganmu tapi kamu tidak mau. "Aku bilangkan tidak, dasar bocah jeruk," sebalmu. Oh ayolah kamu hanya ingin pulang.

Ketika Chuuya masih mencoba menarikmu, seseorang memegang bahu pemuda itu. "Chuuya-san kau kasar sekali." Kamu melihat orang itu dan terkejut begitupula Chuuya.

"Odasaku-sensei?"

"Odasaku?"

Kamu dan Chuuya berbarengan dan itu membuat Odasaku tertawa. "Kalian akrab juga," kekehnya.

"Tidak, aku tidak akrab dengan gadis bodoh ini," nada Chuuya sinis, kamu mendengus.

Odasaku tersenyum, lalu dia menatapmu. "[Yourname]-san bisakah kau ikut aku?" Tanyanya penuh kesopanan, rasanya jika ditolak benar-benar rugi tapi kamu tidak mau jatuh ke lubang yang sama.

"Maaf Odasaku-sensei tapi aku menolak, aku menunggu jemputan saja," ucapmu.

"Aku menjemputmu untuk berbicara tentang Dazai, kau masih menolakku? " Tanyanya dengan tatapan seperti tersakiti, kamu jadi lemahkan.

"B-Baiklah," jawabmu akhirnya. Lemah sekali kamu dengan orang tampan dan lembut seperti Odasaku.

"Hei kau langsung mau, kenapa dengan aku tidak?' Chuuya berseru dari arah belakangmu, sedangkan kamu menatapnya kemudian tertawa kecil, lebih tepatnya mengejek, membuat pemuda itu kesal dan mengumpatimu.

Setelah itu kamu masuk ke mobil Odasaku dan mobil itupun dijalankan oleh Odasaku. "Sebenarnya aku menerimamu karena ingin lepas dari Chuuya," ungkapmu.

Odasaku tertawa. "Ya aku tau," ujarnya. "Ngomong-ngomong apakah kau tinggal dengan Dazai?" Tanyanya. Kamu langsung memasang ekspresi terkejut.

"Eh apa maksudnya?"

"Aku tau kalau Dazai tidak berada di rumah utama dan mansion milik ayahnya, jadi pasti dia ada ditempat lain, benarkan?" Pertanyaan retoris itu membuat kamu menelan ludah, sepertinya menerima tawaran Odasaku adalah pilihan yang salah.

"Apakah aku mendapat masalah?" Tanyamu takut-takut, tapi Odasaku tersenyum kecil. "Tentu tidak, aku membawamu karena ada yang ingin aku berikan padamu, kau bisa lihat di kursi belakang." Dia mengerling kearah belakang dan kamu melihat arah pandangannya. Ada sebuah totebag, rasanya cukup familiar mengingat dulu kamu juga dikasih totebag, tapi untuk yang ini cukup besar.

Kamu menatap Odasaku ragu dan pemuda itu menyadarinya. "Tenang, aku tidak akan melakukan hal yang aneh seperti hari itu," ujarnya membuatmu mengambil totebag itu.

Di dalamnya ada kotak dan baju, kamu membuka kotak itu dan mendapati sepatu hak tinggi berwarna peach dan juga dengan dress yang senada dengan sepatunya.

Sumber: internet (authornya ga pinter fashion, jadi semoga terbayang)

Belum sempat kamu bertanya ternyata ada surat yang terselip di sepatu peach itu, kamu melihatnya dan matamu membulat.

"U-Undangan?"

Odasaku mengangguk. Kamu masih tidak percaya. "Kenapa aku dapat undangan dari kepala sekolah?" Tanyamu, tapi Odasaku hanya mengangkat bahu.

"Bisakah aku menolaknya?" Tanyamu lagi. Odasaku menggeleng. "Itu tidak bisa, jelas." Jawabnya.

"Kenapa?"

"Karena kau diundang khusus, oleh beliau," ujarnya kalem. Kamu langsung melotot. "Heh?"

"Sebaiknya kau ikut, maka kau akan tau jawabannya, acaranya jam 8 malam jadi, kau masih ada waktu bersiap," ujar Odasaku.

"Aku akan membiarkanmu berganti pakaian di butik salah satu kenalanku, oke?"

Kamu tidak menjawab hanya berwajah lesu, memikirkan diundang secara khusus membuatmu semakin ngeri.

"Masalah apalagi yang akan menimpaku?" Kamu membatin. Rasa-rasanya kamu akan mendapati hal yang cukup menenggangkan nantinya.

To be continued.

Hayoloh undangan apatuh? Jangan-jangan mau dinikahin wkwkwk kalo gitu authornya juga mau dong.
Jangan lupa tinggalkan jejak, dan happy weekend semuanya.

See you next chap

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top