17. Masalah lagi
Enjoy, vote, comment and...
Happy Reading
.
.
.
Author Pov
Senin pagi Ranpo memarkirkan sepedanya, dia mendengar beberapa orang berbincang-bincang yang entah apa, ketika dia melewati orang-orang itu seketika mereka langsung diam. Ranpo mengernyit heran tapi tentu saja dia tidak memusingkan hal tersebut.
Dia berjalan hingga melihat beberapa siswa yang menggerombol melihat papan berita sekolah, memang di sekolah terdapat mading untuk ekskul dan mading khusus berita sekolah yang dipisah. Entahlah kenapa dibedakan, mungkin gosip-gosip lebih disukai daripada karya ilmiah. Bahkan dinamakan papan berita tidak cocok, lebih cocok dengan papan gosip.
Kembali lagi kepada Ranpo yang saat ini dengan datar menatap papan tersebut, foto-foto dirinya dan [Yourname] terekspose dan diambil dengan sangat bagus sekali sehingga membuat orang salah paham.
Beberapa orang yang berada di dekat papan menyadari kehadiran Ranpo dan berbisik.
"Kenapa Ranpo-san diam begitu?"
"Dia tidak marah?"
"Apa beritanya benar?"
Padahal bisik-bisik itu masih di dengar oleh Ranpo. Dia berdecak dan menatap siswa-siswa yang sedang membicarakannya.
"Apa ada masalah?"
Mereka langsung terkejut dan bubar begitu saja meninggalkan Ranpo yang menatap mereka seperti serangga-serangga kecil.
Melihat sekali lagi papan tersebut, Ranpo langsung memutuskan untuk ke kelasnya walau diperjalanan beberapa mata menatapnya dengan diam-diam, tidak ingin terang-terangan karena mereka tau siapa Ranpo.
.
.
.
[Yourname]'s Pov
Kamu berusaha fokus menatap kearah guru yang sedang menerangkan bagaimana jika golongan darah ini bertemu dengan golongan darah itu. Fokusmu langsung pecah ketika mendengar suara bel istirahat, ingin rasanya bel itu tidak berbunyi dan kamu tetap belajar.
Bukan karena kamu sedang rajin atau apa, melainkan kamu hanya ingin menghindar dari pertanyaan-pertanyaan yang selalu ditanyakan, bahkan pertanyaan itu sudah dipertanyakan ketika kamu baru menginjakkan kaki di sekolah tadi pagi. Mengingatnya saja sudah membuatmu pusing. Ingin rasanya menghilang saja.
Guru baru saja keluar, beberapa teman kelasmu sudah menghampirimu.
"Jadi bagaimana [Yourname]-san?"
Kamu mencoba tenang dan pura-pura tidak tau. "Bagaimana apanya?"
Salah satu gerombolan itu berdecak. "Kau pacaran sama Edogawa-san?"
Benar saja pertanyaannya itu lagi.
"Akukan sudah jawab tidak." Jawabmu sedikit dongkol walau masih kamu tahan.
"Tapi kenapa fotomu itu bisa seperti itu?" Salah satu gadis dalam gerombolan itu masih tidak percaya.
"Ya mungkin mereka mengambilnya diposisi yang salah."
"Kenapa kau bisa bersama Edogawa-san?"
"Aku hanya menemaninya."
"Mengapa kau menemaninya? Berari kalian cukup dekat, atau... Kalian memang dekat."
Kamu mendesah lagi, lelah rasanya ditanya-tanya seperti ini.
"Teman-teman, maaf jika aku mengganggu waktu acara wawancara kalian, tapi bisakah kalian pergi dari bangkuku?" Naomi yang sedari tadi hanya melihat disampingmu kali ini lebih peka karena kamu yang terlihat pusing dengan pertanyaan yang beruntun.
Mereka semua protes tapi langsung dihadiahi plototan oleh Naomi dan akhirnya mereka bubar walau ekspresi mereka masih kurang puas.
"Terimakasih Naomi." Katamu setelah gerombolan itu pergi. Naomi hanya mengangguk tapi dia langsung menopang dagu kearahmu.
"Jadi berita itu benar?"
Kamu berdecak. "Naomi!"
Naomi terkekeh. "Kau yakin tidak keluar? Ke kantin atau kemana gitu?" Tanya Naomi. Kamu menggeleng.
"Kurasa tidak, karena banyak anak-anak yang pasti akan bertanya kearahku atau menatapku dengan tatapan kesal secara terang-terangan." Jelasmu, Naomi hanya mangut-mangut.
"Sepertinya kau akan mendapat masalah." Ucap Naomi.
Kamu hanya berdehem.
"Tapi sedikit aneh, waktu masalahmu dengan Dazai-san, tidak seburuk ini." Perkataan Naomi sukses membuatmu mendengus.
"Apanya yang tidak buruk, aku bahkan disiram oleh air pel." Katamu yang langsung dijawab ringisan oleh Naomi.
"Tapi ya, itu masih ringan, seharusnya mereka mengerjaimu habis-habisan sampai kamu tidak betah untuk sekolah." Jelas Naomi.
"Kenapa bisa begitu?" Tanyamu heran.
"Karena sewaktu smp, aku pernah mendengar rumor, bahwa ada seorang gadis yang dikerjai habis-habisan karena memegang tangan Dazai, padahal hanya menyentuh sebentar, karena Dazai langsung menepisnya." Perkataan Naomi sukses membuatmu mengernyit ngeri.
"Lalu?" Tanyamu.
"Ya dia putus sekolah dan menghilang begitu saja karena anak-anak sekolah itu selalu merundungnya." Lanjut Naomi.
Kamu menatap ngeri. "Serius?" Tanyamu. Naomi mengangguk.
"Makanya aku heran pas kamu berurusan dengan Dazai-san, kamu hanya disiram oleh air pel, bahkan.. setelah itu mereka malah meminta maaf dengan wajah yang ketakutan seperti itu." Kata Naomi yang langsung membuatmu juga berpikir.
"Aku juga tidak tau, kenapa mereka meminta maaf kepadaku ya?" Pertanyaanmu itu dijawab gelengan oleh Naomi
"[Yourname]-san!"
Tiba-tiba dari arah pintu kelas ada yang memanggilmu, kamu menoleh dan mendapati ketua kelas yang lari terengah-engah.
"S-sensei memanggimu."
"Sensei?" Tanyamu tidak mengerti.
"Yosano-sensei."
Ahh. Kamu langsung paham dan mengangguk untuk mengiyakan ketua kelas.
"Terimakasih."
Ketua kelas mengangguk dan berjalan untuk duduk di kursinya.
Kamu segera bangkit berdiri tapi dicegah oleh Naomi.
"Mau kutemani?" Tanyanya. Dan kamu menggeleng.
"Hanya sebentar ke ruangan guru kok, tidak masalah." Katamu mantap walau dalam hati kamu juga berdoa semoga tidak ada apa-apa.
Naomi menatapmu ragu tapi akhirnya dia mengangguk. "Jangan lupa bawa ponselmu ya." Ucapnya yang dibalas anggukan olehmu.
Ketika dalam perjalanan kamu mendapati beberapa pasang mata menatapmu terang-terangan. Ada yang penasaran, sinis, kesal dan pokoknya didominasi oleh tatapan tidak bersahabat kepadamu.
Ingin rasanya kamu berteleport langsung ke ruang guru lalu bertemu Yosano dan berteleport lagi ke kelas, sungguh sangat indah.
Kamu yang melewati lapangan harus berdecak karena disana ada si pemuda yang akan mencari masalah. Siapa lagi kalau bukan Chuuya. Dia tampak mengobrol dan menerima botol mineral dari para gadis pemujanya. Flirting dengan wajahnya itu. Memutar bola mata, kamu berusaha untuk tidak terlihat walau kamu tau disana juga banyak anak-anak kelas A, sepertinya mereka habis olahraga.
Berusaha mengendap dan kali ini berhasil hingga kamu sampai ke ruang guru, kamu melihat Yosano-sensei yang sedang membereskan kertas-kertas yang sepertinya ulangan anak-anak.
"Sensei?" Panggilmu. Yosano-sensei langsung melihatmu dan menyuruhmu duduk.
"Ada apa sensei memanggilku?" Tanyamu, Yosano-sensei langsung membereskan kertas-kertas itu dan menyusunnya rapih.
"Jadi bagaimana tentang ekskul?" Tanya Yosano-sensei. Kamu langsung teringat. "Ah itu.. aku sudah memastikan untuk ikut tapi formulirnya masih ada ditas." Ucapmu yang mendapat senyuman dari Yosano-sensej.
"Terimakasih, [Yourname]-san, sensei sangat senang."
Kamu mengangguk.
"Ngomong-ngomong, ada yang ingin sensei tanyakan terhadapmu, jadi kau pacaran dengan Ranpo-san?" Tanyanya yang membuatmu menghembuskan nafas.
"Kita cuma teman kok sensei." Jawabmu akhirnya, rasanya begitu malas jika membahas perihal ini dan sepertinya Yosano-sensei menyadarinya dan langsung menyuruhmu untuk kembali ke kelas.
Dalam perjalanan menuju kelas kamu memutuskan untuk ke kamar mandi terlebih dahulu.
.
.
.
Author Pov
Tanizaki Naomi berlari menuju kelas A ketika bell pulang baru saja berbunyi, dia melihat kakaknya yang baru keluar dari kelasnya tapi dia malah masuk ke kelas yang lain.
Mengedarkan pandangan keseisi kelas hingga dia menemukan pemuda detektif yang saat ini sedang memasukkan buku-bukunya dengan asal, sesekali dia menguap.
"Ranpo-san"
Pemuda itu menoleh dan menaikkan alisnya. "Tanizaki-san?" Tanyanya heran.
"Bisa bicara sebentar?"
Ranpo melihat Naomi dan akhirnya mengangguk, dia memutuskan untuk keluar kelas dan sedikit menunggu murid-murid kelas pulang.
"Jadi?" Tanya Ranpo setelah dirasa kelas cukup sepi.
"Kau melihat [Yourname]-chan hari ini? Maksudku bertemu dengannyakah?" Tanya Naomi penuh kehati-hatian sedangkan Ranpo langsung mengernyit.
"Hari ini aku belum bertemu dengannya, tadi dia juga tidak keluar kelaskan." Ucapan Ranpo membuat Naomi sedikit cemas, lalu sang kakak menghampirinya.
"Ada apa?"
"[Yourname]-chan belum kembali dari jam istirahat ketika dia menemui Yosano-sensei." Perkataan Naomi membuat Ranpo terkejut.
"Bertemu sensei?"
Naomi mengangguk. Ranpo terlihat berpikir.
"Dia mengirimiku pesan dan mengatakan bahwa dia tidak enak badan dan pulang duluan, dia menitipkan tasnya kepadaku, tapi ketika aku menghubunginya, ponselnya tidak aktif." Naomi sedih, Juunichiro mengusap punggung adiknya, menenangkan.
Lagi suasana sedih tiba-tiba suara yang cukup keras menghampiri mereka.
"Wow.. ada apa dengan perkumpulan ini?"
Chuuya datang diikuti oleh Dazai yang hanya menatap malas pemuda disampingnya.
"Aku tadi mendengar ada yang hilang, siapa yang hilang?" Tanyanya lagi yang langsung dijawab oleh Juunichiro.
"Temannya Naomi-chan yang hilang, maksudku belum kembali dari jam istirahat tadi."
Chuuya terlihat berpikir. "Maksudmu si gadis pendek menyebalkan itu?"
Ranpo mendengus. "Kau juga pendek." Chuuya mendelik. "Jaga bicaramu detektif, pacarmu hilang tuh."
Ranpo berdecak, dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi ponsel [Yourname] tapi memang masih tidak aktif, rasa khawatir mulai menghampirinya.
"Bagaimana ya Onii-chan?" Naomi bertanya kepada kakaknya, sang kakak menatapnya lembut. "Sudah periksa kamar mandi?" Tanyanya. Naomi menggeleng.
"Nanti kita periksa"
Naomi mengangguk.
"Dazai, kenapa kau diam? Jangan-jangan kau yang menyembunyikan si gadis itu?" Tiba-tiba Chuuya bersuara yang membuat semua mata tertuju kearah Dazai yang sedari tadi hanya diam.
"Kenapa aku harus sembunyikan? Tidak ada hubungannya denganku." Setelah mengucapkan itu Dazai berjalan menuruni tangga untuk pulang, meninggalkan yang lainnya.
"Hoi Dazai tunggu."
Chuuya berlari menyusul Dazai, kini hanya tersisa dua Tanizaki dan Ranpo yang sama sekali tidak memusingkan dua pemuda itu.
"Kami akan coba mengecek toilet, kalau kau Ranpo?" Juunichiro memecah keheningan.
"Aku akan mengecek yang lainnya." Perkataan Ranpo menjadi awal pencarian mereka.
Sementara itu di parkiran sekolah, Chuuya memanggil Dazai yang sedang menekan kunci mobilnya untuk terbuka.
"Hoi Dazai"
Chuuya mendekati Dazai yang sudah membuka pintu mobil. "Kau tidak ikut mencari?" Tanyanya.
Dazai menaikkan alisnya. "Sudah kubilang itu bukan urusanku." Dia menjawab dingin.
"Hmm masa?" Chuuya menatap curiga. "Jangan-jangan kau sudah tau dia dimana?" Lanjutnya lagi dengan segala tuduhannya.
"Terserah." Dazai memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya keluar sekolah. Chuuya yang melihat itu hanya menatap heran.
"Tumben sekali dia tidak bereaksi apa-apa." Gumam Chuuya menyipitkan alisnya.
••••••••
Dazai yang sedang fokus menyetir tiba-tiba berhenti di pinggir jalan, dia menghela nafas, ekspresi [Yourname] yang kemarin itu selalu menghantuinya dan sekarang dia mendengar bahwa gadis itu menghilang.
Memijat pelipisnya karena pusing, dia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Tuan muda ada apa?"
Suara seseorang terdengar dari ponselnya karena dalam mode load speaker.
"Kau masih mengawasi rumahnya?"
"Saat ini saya sedang melaksanakan tugas dari tuan Mori di pelabuhan Yokohama tuan, tapi saya sudah menyuruh salah satu anak buah untuk mengawasi rumah itu."
"Apakah pemilik itu sudah kembali?" Tanya Dazai dengan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi pengemudi.
"Sebentar tuan saya akan tanyakan."
Terjadi keheningan di percakapan itu hingga suara dari seberang telepon bersuara lagi.
"Saat ini belum kembali tuan, anak buah saya sudah pastikan."
"Baik, terimakasih Hirotsu dan aku minta kau untuk mengirimkanku cctv di dekat toilet perempuan sekitar jam sepuluh pagi sampai siang."
Dazai mematikan sambungan teleponnya, dia mengusap rambutnya hingga bertambah berantakan.
"Kenapa juga aku harus mengurusinya sampai seperti ini." Dazai bersuara dan berusaha mencoba untuk tidak peduli hingga Hirotsu mengirimkannya video ke handphonenya, Dazai mengernyit ketika melihat video tersebut, jari-jarinya ingin mengirim video tersebut ke pemuda detektif itu akan tetapi terhenti, dia malah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang dipakainya, lalu menjalankan mobil kembali kearah sekolah.
Rasa khawatir mengalahkan logikanya.
To be continued
Yang mau follow ig atau twitter aku silahkan ya. Ig: kizurahan. Twit: hanabyou
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
See ya
Salam ikemen bsd
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top