15. Gosip (part 1)

Hai

Maaf kalau ada typo

Enjoy... Vote... Comment and...

Happy Reading
.
.
.

[Yourname]'s Pov

Kamu berjalan keluar dari gerbang sekolah, jam menunjukkan pukul empat sore, lagi-lagi sekolah sudah sepi, masih menjadi misteri kenapa sekolah langsung sepi begitu saja setelah pulang sekolah.

Kamu melangkahkan kakimu untuk menuju halte terdekat, sedikit was-was takutnya kejadian itu terulang.

"[Yourname]!"

Kamu memekik kaget setelah seseorang tiba-tiba menepuk bahumu.

"Hei ini aku"

Kamu menoleh dan mendapati Ranpo menatapmu dengan aneh. "R-Ranpo-kun?"

Ranpo mengangguk walau seharusnya itu tidak perlu, kamu melihat Ranpo dari atas sampai bawah, lalu kembali lagi seperti itu. "Kemana saja kau selama seminggu ini?" Tanyamu.

Ranpo tersenyum. "Nanti aku ceritakan, sekarang ayo temani aku makan." Dia menarik tanganmu untuk menuju motornya yang terparkir tidak jauh dari tempat kalian bicara.

"Kau... Bawa motor siapa?"

"Kunikida."

Ranpo menyerahkan helmnya kepadamu dan menaiki motornya.

"Lets go"

~~~~~~~

Kamu bisa melihat Ranpo yang sedang makan dengan lahap, dalam hati kamu bertanya-tanya apakah pemuda di depanmu ini tidak makan seminggu penuh?

"Ranpo?"

"Hm?"

"Kenapa kau menghilang seminggu ini?" Tanyamu sambil melihat Ranpo yang dengan perlahan menelan makanannya.

"Ada sedikit masalah"

"Masalah? Masalah apa?"

"Keluarga," ucapnya singkat, bahkan kamupun jadi tidak ingin bertanya lagi karena mungkin saja itu privasi.

"Keluargaku dan keluarga Dazai bisa dibilang saling mengenal, lalu mungkin ada yang membocorkan aku bertengkar dengan Dazai, dan seperti inilah sekarang." Jelasnya yang membuatmu merasa tidak enak.

"Maaf."

Ranpo tersenyum. "Tidak masalah, ini bukan salahmu."

"Lalu zom.. maksudku Dazai juga mengalami hal yang sama denganmu?" Kamu bertanya dan di jawab anggukan oleh Ranpo.

"Ohh"

"Kenapa? Kau khawatir?"

Kamu langsung terkejut dan langsung menggeleng. "Tentu saja tidak!" Nadamu terdengar keras dan itu sukses membuatmu malu.

"Khawatir juga tidak masalah."

"Tidak!"

Kamu bisa melihat Ranpo menatapmu mengejek, itu membuatmu kesal.

"Baiklah-baiklah, nanti setelah ini temani aku makan dango yang ada di dekat sini."

"Oke"

Setelah kamu dan Ranpo selesai makan, kalian berdua pergi ke kedai dango dan membungkusnya, karena Ranpo tidak ingin makan disana, melainkan makan di tempat lain.

Tibalah kalian di taman yang kali ini sepi karena mungkin anak-anak sudah pulang ke rumahnya.

Kamu duduk di salah satu bangku taman yang memanjang, disebelahmu ada Ranpo yang sudah terlebih dahulu duduk dengan membuka bungkus dango.

Dia memberikanmu satu tapi kamu menggeleng karena sudah kenyang, pemuda itu akhirnya memakan satu buah dango.

"Sudah lama aku tidak begini, rasanya seperti bebas." Ranpo berkata setelah menelan dango yang sudah dikunyahnya.

Kamu menatap Ranpo yang seperti menyimpan sesuatu, lebih dari yang dia ceritakan tadi.

"Ranpo kau ada masalah?"

Kamu bisa melihat Ranpo melihatmu dan kemudian terkekeh.

"Memangnya wajahku terlihat seperti itu?" Tanyanya. Kamu menggeleng. "Aku hanya melihat dari tingkahmu yang tidak biasa." Katamu.

"Seperti?"

"Makan banyak mungkin."

"Pfft"

Kamu bisa melihat pemuda di depanmu menahan tawa, lalu kemudian berkata "Kau sedang memerankan detektif? Atau cenayang?"

"Aku serius"

Ranpo merubah ekspresinya, dia menghela nafas. "Aku tidak tau ada masalah atau tidak." Jawabnya ambigu.

Kamu melihat Ranpo yang terus memakan dangonya, kamu jelas tau bahwa Ranpo sama sekali tidak menikmati makanan itu, karena tatapannya terasa hampa.

Karena kamu merasa Ranpo sama sekali tidak ingin cerita, kamu hanya diam menikmati langit yang akan berubah jadi gelap. Terjadi keheningan beberapa menit.

"[Yourname]"

"Ya?"

"Salahkah jika kita terus menyalahkan masa lalu?" Pertanyaan Ranpo yang random membuatmu terdiam untuk beberapa saat karena mencerna pertanyaannya.

"Mungkin salah." Kamu berusaha untuk menjawab walau hatimu juga tidak yakin. "Aku juga tidak yakin, karena aku sendiri tidak mengingat masa laluku seperti apa, tapi maksudku jika memang kau menyalahkan masa lalumu itu untuk menjalankan masa yang sekarang, sama saja dengan melarikan dirikan?" Lanjutmu.

Ranpo mengernyit. "Maksudmu?"

"Kau hanya takut menjalankan masa yang saat ini kau jalani dengan alasan masa lalumu itu." Kamu menjelaskan maksudmu lagi dan itu membuat Ranpo berpikir.

"Mungkinkah aku begitu?" Tanyanya yang sukses membuatmu angkat bahu.

"Entahlah, hanya kau sendiri yang tau."

.
.
.

S

aat ini kamu sudah berada di kos-sanmu, setelah diantar Ranpo, kamu langsung masuk kamar mandi karena badanmu sudah lengket, setelah selesai kamu mengusap rambutmu yang basah menggunakan handuk. Sedari tadi kamu merenungi masalah yang di hadapi Ranpo, anak itu memang misterius tapi sepertinya masalahnya sangat berat.

"Apa aku bergabung saja ya dengan klub detektif itu?" Kamu bertanya pada dirimu sendiri, setelah mengingat-ngingat sepertinya tawaran dari Yosano patut di pertimbangkan.

"Mungkin memang aku harus memikirkannya segera." Kamu langsung berjalan kearah dimana tasmu tergeletak, mencari kertas yang kamu inginkan.

Srakk

Tiba-tiba selembar kertas terjatuh ketika kamu ingin mengambil kertas formulir pendaftaran klub. Kamu menunduk untuk mengambil kertas itu.

"Ah!"

Kamu langsung mengingat setelah melihat kertas itu, ya tentu saja kertas ujian matematikanya.

Disana terdapat angka yang membuat siapa saja bahagia tapi untuk kali ini kamu merasa tidak bahagia.

"Astaga... Aku lupa dengan ini," kamu merutuki kebodohanmu, seharusnya kamu tidak perlu mengikuti taruhan si zombie itu.

"Mana tau aku kalau otaknya encer." Katamu dalam hati, menyesal yang sangat mendalam.

"Tapi tunggu, diakan tidak tau kalau aku mendapat nilai seratus," kamu mengusap dagumu. "Mungkin aku harus sembunyikan ini dulu dan pura-pura tidak tau." Lanjutmu dengan pikiran yang sangat masuk akal untuk saat ini. Tidak tau kedepannya.

"Entahlah, lebih baik aku mengisi formulir ini dulu." Kamu berkata kepada dirimu sendiri lagi, menggoreskan tinta pulpen kepada kertas yang memang kamu ingin isi.

Setelah semua itu selesai, kamu langsung meletakkannya di atas meja belajarmu, dan bergegas untuk tidur karena merasa lelah.

Keesokan paginya, kamu bangun setelah sinar matahari masuk melalui celah jendelamu.

Kamu meraih handphone yang memang sedari malam dalam posisi mati karena dayanya habis, setelah mencoba handphonemu dalam posisi mengisi daya, kamu langsung menyalakannya.

Baru menyala sudah banyak notif yang membuatmu terheran-heran bahkan kamu bisa melihat Naomi meneleponmu lima belas kali. Dan ada pesan sms lima. Kamu langsung membukanya karena dari Naomi.

"Nyalakan data internetmu dan cepat!"

Itulah kira-kira isi pesannya, ketika kamu mengaktifkan data internet, sama seperti sebelumnya handphonemu langsung banyak notifikasi yang masuk.

Kamu membuka chat dari Naomi.

Naomi

Sent a picture

Sent a picture

Sent a picture

Kamu langsung membuka gambar yang di kirim Naomi, setelah melihatnya matamu melebar.

Belum sempat kamu membalas Naomi, tiba-tiba gadis itu membalas lagi.

Naomi

Sejak kapan kau pacaran dengan Ranpo?!! Kenapa tidak memberitaku?

Beritanya sangat heboh dan sudah masuk social media sekolah

Congratulation

Kalian memang cocok

Kamu langsung mendadak pusing. Apanya yang congratulation? Kamu tidak pacaran dengan Ranpo dan apa maksud Naomi yang tentang social media sekolah?

Dengan firasat yang buruk kamu langsung membuka social media sekolah dan benar saja foto itu sudah tersebar.

Kamu langsung mendadak pusing, siapapun yang mengambil foto ketika kamu dan Ranpo sedang makan, bahkan ketika duduk di tamanpun mereka sangat tidak punya kerjaan. Dan setelah kamu lihat ini bukan media sosial sekolah tapi lebih tepatnya klub berita sekolah.

"Astaga mereka kurang kerjaan"
 
Kamu mengucapkan itu dalam hati. Setelah itu kamu melihat tulisannya.

Edogawa Ranpo, pangeran jenius resmi berpacaran?

Siapa pacar Edogawa Ranpo?

Ini dia sosok pacar Ranpo, ternyata dari kelas B.

Itulah kira-kira isi captionnya, seperti headline news dan tentu saja kamu tidak ingin melihat komenannya, pasti penuh hujatan.

Dengan helaan nafas kamu langsung meletakkan handphonemu setelah membalas singkat ke Naomi bahwa kamu sama sekali tidak berpacaran dengan Ranpo. Terserah gadis itu mau percaya atau tidak.

Sepertinya kamu akan mendapat masalah lagi.

To be continued
.
.
.

Hallo jumpa lagi, gimana kabar kalian? Terimakasih yang sudah membaca dan vote serta komen.

Itu penyemangat saya, dan rencananya saya mau update cepet karena lagi dapet ide.

See you next chap.

Stay safe ya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top