29. All of You 2.

Warning 18++

Sebelum membaca, tolong warning nya dibaca dan dipahami dengan baik. Sebelum kalian bengek karena kehabisan oksigen, sediakanlah cadangan oksigen terlebih dahulu. Atau sediakan tisue sebelum kalian meneteskan air mata. Atau lihatlah kanan kiri kalian, jangan sampai ada yang nganggap kalian gila disaat kalian baca dan senyum2 sendiri. Well, apapun itu readers tercintaku, aku mohon maaf sebelumnya karena author tidak akan bertanggung jawab atas apapun yang akan terjadi pada kalian setelah selesai membaca chapter ini.

Bagi yang punya app soundcloud, kalian bisa menikmati backsound dari cerita ini. Jika ada gambar speaker, silahkan klik. Hanya berlaku bagi internet berkecepatan tinggi.

Thank you all...

And happy reading. ^^

****

Keiza's POV.

Kubuka mataku perlahan. Aku kerjapkan mataku berulang kali. Kepalaku masih terasa pening. Tubuhku serasa lemas. Aku edarkan pandanganku, meneliti keseluruh penjuru ruangan sambil memijat pelipisku. Aku meringis nyeri. Jarum infus telah tertancap ditangan kananku. Oh God!

Ruangan ini sangat besar dan mewah. Aku yakin ini bukan ruangan dirumah sakit, ini seperti sebuah kamar hotel yang mewah. Ranjang yang aku tempati saat ini sungguh besar, ranjang super kingsize. Interior ruangannya sungguh mewah. Suasananya sungguh sunyi dan sepi, membuatku sedikit merinding. Kemana suamiku? Kemana semua orang?? Aku coba mengingat - ingat apa yang terjadi padaku. Aku yakin, aku telah jatuh tak sadarkan diri kembali. Tapi dimana itu aku pun tak ingat. Aku mencoba bangun. Kepalaku sungguh berat.

"Auuwww..." Rintihku menahan sakit. Ya Allah kemana semua orang?!

"Kakak... kak Keiza mau ngapain?" Suara Mika mengagetkanku. Mika keluar dari kamar mandi. Dia berlari kecil kearahku.

"Kirain kakak sendirian Mik." Sahutku sambil tersenyum. Mika tersenyum balik padaku. Senyuman yang hampir mirip dengan senyuman milik suamiku, Abyan. Mika membantuku untuk duduk bersandar dikepala ranjang.

"Ya nggak lah. Kalo kakak ditinggal sendirian yang ada nanti Mika kena omel bang Byan lagi. Kak Keiza mau minum atau mau ke kamar mandi?" Tanya Mika padaku. Aku menggeleng.

"Bang Byan mana?" Tanyaku balik. Mika tersenyum.

"Kangen ya sama abang Mika yang super duper jahil itu?" Aku tersenyum mendengar ledekan Mika padaku.

"Jahil tapi ngangenin kan?" Ledekku kembali. Mika terkekeh dan mengangguk.

"Banget. Hehehe. Abang lagi kekantor, ditemenin Reihan tadi. Yang lain lagi pada sibuk sama urusan masing - masing. Kakak udah enakan?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan adik iparku yang sedang mengkhawatirkanku.

Suara ketukan pintu terdengar. Aku dan Mika menoleh kearah pintu bersamaan. Berharap suamiku Abyan yang datang, memberikan pelukan hangatnya yang selalu bisa menenangkanku. Mika langsung beranjak dari sisi tempat tidurku. Beberapa saat kemudian dia kembali sambil tersenyum membawa sebuah kotak persegi panjang dan seorang wanita berumur dan bertubuh mungil berjalan dibelakang Mika. Dia tersenyum padaku. Kubalas dengan senyum simpulku. Mika memberikan kotak persegi panjang padaku. Kotak persegi panjang berwarna putih dengan hiasan sebuah bunga berwarna pink.

"Ini buat kakak." Ucap Mika saat menyodorkan kotak itu padaku. Aku mengerutkan dahiku.

"Dari siapa?" Mika hanya mengendikkan kedua bahunya. Pertanda dia tak tahu siapa yang memberikannya.

"Oia, Mika lupa. Kak, kenalin ini tante Itte, sahabatnya Umi. Dia dokter yang nolongin kak Keiza tadi pas pingsan." Mika memperkenalkan wanita itu padaku. Kami saling berjabat tangan dan melemparkan senyum.

"Sudah enakan Kei?" Tanya tante Itte padaku. Aku mengangguk.

"Sudah tante. Tapi masih sedikit pusing sama lemes. Keiza sakit apa tante?" Aku sungguh penasaran dengan sakitku ini. Kenapa akhir - akhir ini aku sering jatuh sakit. Aku memang rawan sakit jika aku sudah mulai stress dan tertekan. Tante itte tersenyum.

"Kamu belum makan itu. Makanya pusing sama lemes deh." Ledek tante Itte. Ah benar juga. Cacing - cacing diperutku sudah mulai menabuh genderang. Aku tersenyum.

"Kamu cuma masuk angin dan kecapean aja sayang. Dan tante harap kamu jangan terlalu stress kedepannya nanti. Ini juga karena kamu terlalu tertekan. Kalo ada masalah cerita sama suami kamu, jangan sampai bikin kamu jadi drop kayak gini. Tante kasih kamu vitamin langsung lewat infus biar kamu nggak tambah drop." Jelas tante Itte. Aku mengangguk.

"Yawdah, ini tante bawain obat. Habis makan kamu minum ya. Nanti tiga jam lagi, tante balik buat nglepas infus kamu. Cepet sembuh ya Kei." Setelah memberikan obat, tante Itte pamit kemudian pergi kembali.

Mika menyeret meja kearahku. Meja yang sudah penuh oleh makanan Jepang kesukaanku. Aku tersenyum melihatnya yang sedikit kesusahan menyeret meja.

"Kakak makan dulu ya. Ini bang Byan yang mesenin tadi sebelum pergi. Kata bang Byan harus dihabisin semua." Celoteh Mika.

"Kak keiza nggak mungkin habisin semua dong Mik. Kita barengan ya makannya, gimana?" Mika mengangguk. Hobby ku dengan Mika tak beda jauh, sama - sama penyuka makanan Jepang.

Dengan telaten Mika menyuapiku makan, karena tangan kananku masih tertancap oleh jarum infus. Sambil makan kami bersenda gurau bersama. Tak jarang Mika curhat tentang hubungannya bersama dengan Reihan. Mengobrol bersama Mika membuatku merindukan suamiku. Ah, sedang apa dia sekarang. Di hari pernikahan kami, dia masih sibuk saja. Meninggalkanku yang sedang sakit pula. Setidaknya keberadaan Mika bisa membuatku menguapkan rasa kesalku pada suamiku itu. Adik iparku ini benar - benar menyenangkan. Ini kali pertama kami bisa mengobrol seintens ini.

---

Aku bergeliat, saat telingaku mendengar suara lagu Super bass - Nicky Minaj terdengar. Aku melirik Mika yang masih tertidur pulas disampingku. Setelah makan, kami menonton TV bersama diatas ranjang super kingsize ini. Sampai akhirnya kami tertidur. Mika mulai mengerjapkan matanya perlahan, dia mendengus kesal karena Iphone berdering terus menerus. Aku tersenyum.

"Udah diangkat dulu sana. Siapa tahu penting." Kataku. Mika terbangun kemudian mengambil Iphonenya yang berada di nakas.

"Suami kakak nih. Ganggu aja!" Sungut Mika kesal. Aku tersenyum.

"Halo... ada apa bang? Ganggu tidur cantik gue aja lo." Sungut Mika kesal.

"..."

"Assalamualaikum. Sue lo!" Pekiknya geram. Aku terkekeh. Kemudian Mika memberikan Iphonenya padaku dan kembali menghempaskan tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya kembali.

"Assalamualaikum Bi."

"Wa'alaikumsalam sayang. Kamu baik - baik aja kan? Udah enakan? Udah makan? Maaf ya. Aku nggak bisa nemenin kamu, lagi ribet dikantor." Aku tersenyum mendengar suaranya yang sedang mengkhawatirkanku.

"Aku baik - baik aja ko Bi. Alhamdulillah udah enakan ko. Dah makan juga tadi sama Mika. Kamu masih dikantor? Kapan pulang?"

"Masih sayang. Aku usahain pulang cepet nanti. Gimana hadiahnya suka?" Tanyanya padaku. Hadiah? Hadiah apa? Aku mengerutkan dahiku.

"Hadiah apa?" Kudengar helaan nafas kasar dari sana.

"Yawdah lupain aja. Aku ngelanjutin kerjaan aku dulu ya. Kamu baik - baik disana. Assalamualaikum." Aku tersentak mendengar suaranya yang berubah menjadi ketus. Saat aku akan membalas ucapannya, sambungannya sudah diputus langsung dari seberang.

Aku menghela nafasku. Apakah suamiku marah? Kenapa? Hadiah apa yang dia maksud? Otakku sudah dipenuhi banyak pertanyaan saat ini. Aku mencoba bangun dan duduk ditepi ranjang. Aku menurunkan kakiku sampai menyentuh lantai marmer yang dingin. Mataku mulai mencari apa yang dimaksud suamiku tadi. Ku edarkan pandanganku keseluruh penjuru ruangan. Pandangan mataku terkunci saat aku melihat kotak persegi panjang berwarna putih yang tergeletak diatas sofa.

Aku langkahkan kakiku kearah sofa sambil menyeret gantungan infusku. Keadaanku sudah mulai membaik. Tubuhku sudah merasa sedikit segar sekarang. Kepalaku sudah tak seberat saat aku baru siuman. Aku duduk perlahan disofa yang super empuk. Aku raih kotak persegi panjang berwarna putih itu. Aku letakkan kotak itu dipangkuanku, kemudian aku buka. Ku ambil Setangkai bunga mawar berwarna putih dan sebuah amplop berwarna pink bertuliskan 'Wearing me'. Aku tersenyum, aku melihat ada sebuah gaun dibawah amplop. Kemudian Aku buka amplop itu dan kuambil isinya.

To. My beloved wife

Someone will pick you up to meet me at 7 tonight. I love you my beautiful wife. See you baby...

Your handsome husband,

Abyan.

Aku tersenyum membacanya. Aku ambil gaun berwarna putih dari dalam kotak itu. Gaun selutut berlengan panjang dan berbahan sutra dengan kombinasi lace yang cantik. Mirip seperti gaun pengantin. Abyan hafal betul seleraku. Dan aku sudah membuatnya kesal tadi. Tak terasa air mataku menetes saat mengingat kalimat Abyan yang ketus dan dingin tadi.

---

Tante Itte sudah melepas jarum infus ditanganku. Hah, rasanya sungguh lega bisa terbebas dari benda yang sangat aku benci itu. Kedua sisi bibirku tersungging, saat aku melihat refleksi diriku dicermin yang tampak sempurna dengan gaun yang suamiku berikan untukku. Rambutku aku gerai bebas dengan bagian bawah yang aku curly. Senyumku memudar saat aku mengingat suamiku, Abyan. Sepertinya dia benar - benar kesal padaku. Berulang kali aku mencoba menghubunginya namun tak pernah dia angkat, hanya suara operator yang menjawab. Terakhir kali aku menghubunginya, smartphonenya sudah tidak aktif. Perasaanku sudah tak menentu saat ini.

Haruskah kami seperti ini disaat hari pernikahan kami? Bukankah seharusnya kami bahagia harip ini? Sepertinya hari pernikahanku bukanlah hari yang baik. Banyak sekali kejadian buruk saat itu. Semoga Allah selalu melindungi keluarga kecilku bersama suamiku ini. Harapanku tidak berlebihan bukan? Mengingat hari ini begitu membuatku tertekan.

"Kakak ngelamun apa? Tenang aja kak, abang nggak akan marah lama sama kak Keiza. Mika jamin itu." Celoteh Mika yang membuyarkan lamunanku. Mika merangkul pinggangku dengan lembut. Aku tersenyum simpul.

Suara ketukan pintu kamarku terdengar. Mika tersenyum padaku. Dia segera berlari kecil untuk membuka pintu. Sembari menunggu, aku kenakan sepatu high heelsku. Mika menarik tanganku untuk segera berdiri.

"Pelan - pelan dong dek, kakak pake high heels nih." Mika terkekeh mendengar protesku.

Mataku terbelalak saat melihat Reihan berdiri dengan gagahnya didepan pintu. Dia terlihat sangat tampan dengan tuxedo hitamnya. Senyumnya sungguh mempesona. Sayangnya hanya senyum maut suamiku yang mampu menggetarkan hatiku.

"You looks so beautiful Mrs. Abyan. Come on. You may not be late." Ucap Reihan.

"Thanks. Kamu yang mau jemput aku Rei?" Reihan mengangguk. Dan mengulurkan tangannya padaku. Aku melirik ke arah adik iparku. Dia tersenyum.

"Dia bukan pacar Mika malam ini. Dia supir kakak malam ini." Aku tersenyum. "And you, don't be naughty with my sister in law!" Mika mengingatkan kekasihnya sambil menunjuk dada Reihan dengan telunjuknya. Reihan mengangguk dan mengacak acak rambut Mika.

Aku mengapit lengan Reihan saat berjalan tentunya atas seijin Mika. Sedikit risih rasanya. Tapi aku butuh pegangan karena sepatu high heels ku yang tinggi dan tubuhku yang masih sedikit lemas. Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Setiap aku bertanya kemana tujuan kami, dia hanya tersenyum. Reihan sesekali meledekku, dia tak jauh beda dengan suamiku. Ah, suamiku. Mengingatnya membuatku takut dan cemas. Apa yang akan terjadi saat kami bertemu nanti? Bertengkar atau malah sebaliknya? Entahlah.

Mobil Camaro Reihan mulai memasuki sebuah kawasan perumahan elit. Reihan sama sekali tak menjawab pertanyaanku. Ada rasa takut mulai menjalar keseluruh aliran darahku. Mobil mewahnya mulai memasuki sebuah pintu gerbang yang mirip seperti pagar kayu yang menjulang tinggi dan indah. Kami melewati beberapa pohon cemara yang berada disisi kanan dan kiri kami. Rumput jepang menyelimuti tanah dibawah pohon cemara itu. Hingga akhirnya mobil Camaro Reihan berhenti didepan rumah yang sangat indah. Reihan membukakan pintu mobilnya untukku dan juga membantuku untuk turun. Andai saja dia Abyan suamiku, aku akan sangat terpukau sekarang.

Aku berdiri tegap disamping Reihan sambil memandang rumah didepanku. Rumah yang sudah lama aku impi - impikan. Designnya sama seperti rumah yang pernah aku buat sebagai rumah idamanku. Rumah dengan design minimalis modern. Dengan eksterior rumah yang terdiri dari persimpangan kubus dan persegi panjang yang saling tumpang tindih. Terlihat bagian belakang terdapat atap yang sengaja dibuat berbentuk segitiga tak beraturan. Terdapat beberapa elemen kaca sebagai dinding yang membuat suasana lebih luas dan bebas melihat pemandangan sekitar. Dengan warna dominan putih, yang membuatnya semakin elegant.

Aku dibuat takjub dengan apa yang ada didepanku saat ini. Seperti mimpi rasanya. Aku tak tahu rumah siapa ini.

"Rei, ini rumah siapa??" Tanyaku penasaran. Reihan tersenyum kembali. Sungguh aku tak butuh senyum manisnya itu, aku hanya butuh jawaban saat ini. Menyebalkan.

"Sekarang kakak masuk aja kedalam. Tugas Reihan sudah selesai sampai disini." Sahut Reihan.

Dengan ragu aku berjalan melewati lantai yang berundak dan berhias sebuah bola lampu ditengahnya. Aku menoleh kebelakang melihat Reihan yang masih menungguku untuk masuk kedalam rumah. Dia tersenyum. Sesampainya didepan pintu masuk, aku membuka pintu itu perlahan. Mataku mulai meneliti keseluruh penjuru rumah yang akan aku masuki. Hanya ada seberkas cahaya dari lilin - lilin berwarna merah yang tersebar di beberapa sudut.

Aku langkahkan kakiku masuk kedalam. Langkahku terhenti saat aku melihat setangkai bunga mawar putih tergeletak dilantai dan juga sebuah post it. Aku ambil bunga mawar putih itu. Bunga favoriteku dan juga bundaku. Kubaca post it itu.

"Kamu, wanita yang tak punya hubungan darah denganku namun selalu mampu menggetarkan hatiku."

Lagi, aku melihat bunga mawar putih kembali tergeletak dilantai, aku pungut bunga itu kembali. Dan ku baca post it nya.

"Kamu, wanita yang selalu berusaha untuk bersabar dengan segala kekuranganku."

Senyumku mengembang setiap membaca tulisan indah di post it itu. Setiap beberapa langkah aku berjalan, aku kembali menemukan bunga mawar putih dan juga sebuah post it.

"Kamu, wanita yang telah bersedia menjadi pendamping hidupku."

Dan Post it selanjutnya membuatku tersentuh. Air bening sudah bergumul dikedua pelupuk mataku.

"Kamu, wanita yang telah bersedia untuk menjadi ibu dari anak - anakku."

"Kamu, wanita yang telah memberi warna dalam setiap kisahku."

"Kamu, wanita yang telah menjadi penopang dalam setiap langkahku."

Dan post it ke tujuh, membuat air bening dari mataku menetes.

"Dan kamu adalah kamu ku, wanita yang telah menjadi kekasih halalku dari Sang Penciptaku."

Aku seka air mataku yang mulai menetes. Aku langkahkan kakiku kembali. Aku terkejut, saat melihat sebuah cahaya terang memancar ditembok sebelah kananku. Langkahku terhenti. Sebuah proyektor telah menyala disana. Sebuah video yang diiringi oleh lagu milik Afgan - Rossa 'Kamu yang ku tunggu'. Disana terlihat Foto polaroid dengan bagian bawah bertuliskan liric lagu itu yang telah disesuaikan dengan gambar fotoku.

Telah ku temukan,

Disana kulihat sebuah foto sepasang sepatu converse, sepatu milik abyan. Foto itu tergeletak diatas meja kayu.

Yang aku impikan,

Ada foto suamiku yang diambil dari samping, dia terlihat sangat serius. Pandangannya lurus kedepan. Foto itu masih diatas meja kayu.

Kamu yang sempurna,

Fotoku yang sedang berdiri ditepi pantai, hanya bagian tubuh belakangku yang terlihat. Abyan pasti mengambilnya secara candid.

Segala kekurangan,

Lirik itu ditulis dipotongan kertas, dan ditempel diatas buku.

Semua kelemahan,

Turun kebawah, fotoku kembali muncul. Fotoku yang sedang menangis. Entah siapa yang mengambil gambar itu.

Kau jadikan cinta,

Fotoku yang sedang tersenyum lepas. Entah dimana itu. Sepertinya foto itu diambil secara candid.

Aku terdiam membeku saat melihat kilasan video itu dengan seksama. Penglihatanku mulai sedikit kabur karena air bening kembali berkumpul dimataku. Lagu itu sangat menyentuh, sesuai dengan beberapa tulisan yang berada pada foto polaroid itu. Aku tak dapat mendeskripsikan perasaanku saat ini. Video ini sungguh indah. Seperti kilasan perjalanan kisah cintaku bersama lelaki yang telah menjadi suamiku, Abyan.

Kamu...

Foto diriku yang sedang tersenyum malu. Tergantung diseutas tali.

Dikirim Tuhan untuk melengkapiku,

Disebelahnya ada fotoku bersama Abyan yang sedang merangkulku dari belakang. Air mataku menetes.

Tuk jaga hatiku,

Selanjutnya foto Abyan yang sedang tersenyum. Aku tutup mulutku dengan tangan kananku, air mataku mengalir.

Kamu...

Fotoku yang sedang berjalan santai tanpa senyum diatas sebuah buku diary. Video ini benar - benar mengaduk aduk perasaanku.

Hasrat terindah untuk cintaku,

Lirik itu ditulis diatas amplop putih yang sisinya terdapat garis - garis berwarna merah dan biru. Sebuah tangan kemudian mengangkat amplop itu.

Tak kan cemas ku percaya kamu,

Liriknya tertulis dibuku diary. Yang sebelumnya telah tertutup amplop.

Karena kau jaga tulus cintamu,

Lirik itu terlihat setelah sebuah tangan membuka lembaran buku diary tersebut. Air mataku sudah tak terbendung lagi.

Ternyata kamu yang ku tunggu.

Kembali tangan itu membuka lembaran buku diary. Dan terdapat fotoku dan Abyan yang sedang menggengam tanganku. Foto itu dijepit oleh sebuah paper clip berbentuk hati berwarna pink. Aku terisak.

Saat tangan itu membuka sebuah buku diary yang bertuliskan liric lagu itu, Aku hafal betul tangan yang selalu menggenggam erat tanganku setiap saat, tangan suamiku Abyan. Terlebih gelang yang dia kenakan. Gelang yang sama dengan gelang yang selalu setia aku pakai. Gelang yang Abyan kenakan padaku saat dia pertama kali memintaku untuk menjadi tunangannya.

Ternyata... kamu yang ku tunggu.

Air mataku menetes kembali saat foto pernikahan kami mengakhiri lagu tersebut. Foto suamiku yang sedang mencium keningku. Kubiarkan air mataku terus mengalir.

Aku menoleh, saat telingaku mendengar alunan sebuah piano yang indah. Dalam cahaya remang - remang, aku berjalan menghampiri alunan suara piano yang mengiringi suara seseorang yang begitu merdu. Suara seorang lelaki.

What would I do without your smart mouth.

Drawing in me, and you kicking me out.

Got my head spinning, no kidding.

I can't pin you down.

Lagu ini, sebuah lagu yang selalu menjadi favoriteku. All of me dari John Legend. Lagu yang menggambarkan perasaan seseorang kepada seseorang yang sangat dia cintai. Lagu yang diciptakan John Legend untuk istri tercintanya.

What's going on in that beautiful mind.

I'm on your magical mystery ride.

And I'm so dizzy.

Don't know what hit me.

But I'll be alright.

Aku seka air mataku sambil berjalan kearah sumber suara. Suara merdu itu tak asing ditelingaku.

My head's underwater.

But I'm breathing fine.

You're crazy and I'm out of my mind.

Kulangkahkan langkahku perlahan sambil mengingat ingat suara siapa itu. Ah, lagu ini benar - bener membuatku terbawa suasana.

Cause all if me.

Loves all of you.

Love your curves and all your edges.

All your perfect imperfections.

Mulutku mulai mengikuti suara merdu yang sedang menyanyi itu. Aku ikut bersenandung lirih.

Give your all to me.

I'll give my all to you.

You're my end and my beginning.

Even when I lose I'm winning.

Cause I give you all of me.

And you give me all of you. Oh.

Kuhentikan langkahku saat aku berada didepan piano itu. Aku terdiam. Air mataku menetes kembali. Lelaki itu tersenyum padaku. Senyumnya yang manis dan mematikan itu selalu mampu membuat hatiku berdebar kencang. Senyum itu milik suamiku, Abyan. Dia terlihat sangat tampan dengan setelan jas berwarna hitam, kemeja hitam dan dasi berwarna abu - abu. Rambutnya dia spike rapi.

How many times do I have to tell you.

Even when you're crying you're beautiful too.

The world is beating you down.

I'm around through every mood.

You're my downfall, you're my muse.

My worst distraction, my rhytm and blues.

I can't stop singing.

It's ringing in my head for you.

Aku berjalan menghampiri suamiku. Aku berdiri disisinya yang sedang memainkan piano dengan jemari tangannya yang lincah. Dia tersenyum kembali padaku. Membuatku ikut tersenyum dengan air mata yang menetes haru. Ku nikmati permainan piano nya yang indah itu. Aku tak menyangka, Abyan bisa memain piano dengan sangat indah.

Cards on the table, we're both showing hearts.

Risking it all though it's hard.

Cause all if me.

Loves all of you.

Love your curves and all your edges.

All your perfect imperfections.

Give your all to me.

I'll give my all to you.

You're my end and my beginning.

Even when I lose I'm winning.

Cause I give you all of me.

And you give me all of you. Oh.

Senyumnya kembali mengembang saat dia mengakhiri lirik terakhir lagu itu.

I'll give you all of me.

And you give all, all of you.

Sesaat setelah dia berhenti membawakan lagu itu, Abyan beranjak dari tempat duduknya. Dia menghampiriku. Menatapku dengan intens dengan tatapan matanya yang tajam namun meneduhkan. Kedua sisi bibirnya tersungging. Tangannya menyeka air mataku. Jantungku berdegup tak normal saat dia merengkuh pinggangku. Mehilangkan jarak diantara kami. Dia kecup kening dengan lembut dan lama.

"Welcome to our home Mrs. Abyan." Aku terkejut mendengar ucapannya sesaat setelah mencium keningku.

"Our home??" Sungguh aku tak percaya dengan apa yang aku dengar. Rumah ini sungguh indah. Rumah ini adalah rumah idamanku selama ini. Furniturnya semua mewah dan modern. Abyan mengangguk dan tersenyum.

"This is for you my beautiful wife." Lanjutnya kembali. Oh, oxygen please! Aku seperti kehabisan oksigen saat ini.

"Semua sesuai dengan rancangan kamu sayang." Sambungnya kembali. Speechless. Aku kehabisan kata - kata saat ini.

Aku langsung berhambur pelukan padanya. Aku ingat saat Abyan menemukan sketsa gambar rumah idaman rancanganku dimeja kerjaku diapartmen. Abyan tersenyum saat itu.

"Makasih Bi. Makasih." Ucapku.

"It's same too baby." Balasnya. Kemudian mengecup pucuk kepalaku.

"Makasih sayang, kamu sudah bersedia menghabiskan sisa hidupmu bersamaku. Aku akan berusaha untuk melengkapimu dengan segala kelebihan dan juga kekuranganku." Aku tersenyum mendengarnya. Mata kami saling beradu.

Oh God! Kurasakan sapuan lembut dan lembab dibibirku. Aku menatap intens mataku. Bibirnya melumat bibirku dengan lembut. Merengkuh pinggangku semakin erat. Tanganku yang masih bertengger manis dipundaknya, perlahan mengelus tengkuknya dengan lembut. Ku pejamkan mataku saat lidah kami saling beradu. Rasa ini tak pernah berubah sedikitpun.

"Eheeem..." Sebuah deheman membuatku tersentak. Reflek aku dorong tubuh suamiku dengan kasar.

"Aduuuh sayang... kasar banget sih!" Pekik Abyan yang meringis kesakitan saat tubuhnya terdorong membentur piano dibelakangnya. Tawa keras pun menggema.

Gosh! Semua keluargaku dan keluarga suamiku telah berkumpul. Rasanya ingin aku tenggelamkan diriku ini dikolam renang belakangku. Piano ini berada di teras belakang yang langsung terhubung dengan kolam renang besar dibawahnya.

"Maaf sayang. Nggak sengaja." Ucapku menyesal. Aku bantu dia untuk berdiri. Dia mengerucutkan mulutnya.

"Kamu mah mainnya kasar. Awas ya nanti." Aku terbelalak saat mendengar ancamannya. Tawa membahanapun menggema.

"Abang, inget lho. Kak Keiza belum sembuh banget tau." Cibir Mika yang diikuti dengusan kesal suamiku. Aku tersenyum malu saat melihat keluarga besarku menghampiri kami.

Kami semua berkumpul bersama dirumah baruku dan Abyan. Dibelakang rumah sudah disulap menjadi garden party. Sepertinya akan ada acara barbeque party disini. Ada Boy dan Nial beserta pasangannya sedang menyiapkan semuanya. Semua duduk bersama dimeja besar dan panjang. Aku tak pernah membayangkam hal ini sebelumnya. Aku pun baru mengetahui bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Abi, 26 Oktober. Semua tampak bahagia saat ini.

"Makasih Bi." Ucapku kembali.

"Dari tadi, makasih mulu. Udah cukup makasihnya sayang. Ok!" Aku mengangguk. Dan aku peluk kembali suamiku. Abyan kembali mencium keningku.

Tepat pukul sepuluh malam, acara kami selesai. Semua memutuskan pulang, dengan alasan mereka tak ingin menganggu kami. Mereka akan kembali besok untuk acara selamatan rumah baru kami. Abyan memintaku untuk kekamar terlebih dahulu. Aku menurut. Entah apa yang sedang dilakukan Abyan bersama dengan dua orang bodyguard diluar.

Aku menyusuri tangga untuk menuju kamar kami. Mungkin ini buka pertama kalinya aku tidur bersama Abyan. Tetapi malam ini, detak jantungku sudah berlari marathon saat suamiku memintaku kekamar terlebih dahulu. Mulutku menganga saat aku membuka kamar yang akan aku tempati. Indah. Semua bernuansa putih. Ya, aku memang menyukai warna putih. Warna suci dan bersih.

Aku memutuskan untuk membersihkan tubuhku terlebih dahulu. Ritual wajibku sebelum terlelap. Aku lupa jika aku tak membawa apapun saat kemari. Ku ambil kemeja putih yang tergantung di kamar mandi. Aroma wangi tubuh suamiku bisa aku cium dari kemeja itu. Aku kenakan kemeja itu untuk mengganti gaunku. Aku tak akan bisa tidur jika aku menggenakan gaun yang pas dibadanku. Senyumku tersungging saat melihat refleksi bayangku dicermin yang mengenakan kemeja suamiku. Kebesaran sudah pasti. Setidaknya aku nyaman dengan bau khas kemeja ini. Sesaat kemudian aku keluar dari kamar mandi.

"Astaghfirullaahaladzim." Pekikku sambil memejamkan mataku dan menutupnya dengan kedua tanganku saat aku melihat Abyan membuka kemejanya. Oh God!

"Kenapa sayang?" Tanya Abyan.

"Baju kamu Bi." Sahutku masih dengan posisi yang sama.

"Bukannya kamu udah pernah ya lihat aku telanjang dada. Ngapain ditutup matanya. Buka!" Perintahnya padaku. Aku menggeleng.

"Terus sampai kapan kamu mau nutup mata kayak gitu?? Aku nggak bisa tidur kalo pake baju sayang. Atau aku tidur dikamar sebelah aja?" Aku langsung membuka mataku saat kalimat tanya itu terlontar. Abyan menatapku tajam. Aku menelan salivaku.

"Bu...bu... bukannya gitu Bi. Maaf. Aku kaget aja tadi." Abyan tersenyum. Dia menyentuh pipi kananku dengan lembut. Dan mengecek suhu tubuhku. Sedari tadi dia memang mencemaskanku.

"Sekarang biasain mata kamu buat lihat tubuh suami kamu ini." Pinta Abyan. Abyan mengambil kedua tanganku dan meletakkannya dibahu miliknya. Aku mengangguk.

Tubuh suamiku benar - benar menggoda. Errr... sexy and hot. Tubuh tegap, dada bidang, otot - ototnya terbentuk sempurna, perutnya berkotak - kotak, entah berapa pack. Aku tak menghitungnya. Jantungku sudah tak karuan setengah hidup didalam sana. Abyan tersenyum, kemudian meneliti diriku yang mengenakan kemeja putihnya.

"Aku nggak bisa tidur kalo pake gaun tadi. Karena ada baju kamu disana, aku pake deh. Nggak papa kan Bi?" Tanyaku. Abyan tersenyum kemudian mengangguk. Dan mengacak - acak rambutku.

"Iya sayang, pake aja. Maaf ya, aku lupa bawa ganti baju kita." Ucap Abyan yang diikuti kekehannya.

Aku pejamkan mataku saat Abyan mencium keningku dengan lembut. Kemudian mencium hidung mancungku. Merengkuh pinggangku dan mencium bibirku. Tubuhku menegang. Darahku berdesir. Abyan melumat bibirku dengan lembut seperti biasa. Aku menarik tengkuknya dengan perlahan untuk memberi ijin suamiku menciumku lebih lama. Suara decakan dari pagutan bibir kami terdengar. Tangan Abyan mulai menjelajah ditubuhku. Kemudian dia menghentikan ciumannya yang sudah mulai panas. Rasanya aku tak rela melepas bibir tipis dan lembutnya yang mulai menjadi canduku.

"Kamu udah siap sayang?" Tanya Abyan padaku. Dia menatapku. Mata kami saling menatap dengan intens. Aku mengangguk.

"Yakin? Kamu udah nggak papa?" Aku mengangguk kembali. Abyan tersenyum. Dia langsung mencium keningku.

Abyan kemudian menggendongku dan merebahkanku diranjang kingsize kami. Jantungku sudah berdetak tak karuan didalam sana. Ya Allah! Rasa gugup parah mulai mendera. Abyan menumpukan kedua sikunya untuk menopang tubuh kekarnya agar tak menindih tubuh mungilku. Dia mencium bibirku kembali. Melahapnya habis kali ini. Menumpahkan seluruh hasratnya yang dia pendam selama ini untuk selalu menjaga makhkota berhargaku. Rasa gugup yang mendera hebat tiba - tiba saja menguap menjadi rasa tenang yang luar biasa. Aku mulai bisa mengimbangi ciuman panas suamiku. Aku mengerang saat Abyan menciumi leherku dan menyecapnya berkali - kali sambil membuka kancing kemeja yang aku pakai. Aku bergeliat saat tangannya meremas buah dadaku. Oh God! Kupu - kupu mulai berterbangan diperutku. Abyan membawaku terbang kelangit tertinggi dengan rasa yang tak bisa aku ungkapkan.

Buaian yang memberikan rasa nikmat luar biasa itu menimbulkan erangan, desahan dan nafas yang memburu tanpa bisa dikendalikan. Suara itu mulai menggema dikamar besar kami. Entah apa yang sudah Abyan lakukan, hingga aku tak sadar tubuhku dan tubuhnya sudah tak berbalut apapun. Rasa perih dan sakit yang aku rasakan saat penyatuan tubuh kami, membuatku meringis dan meneteskan sebulir air mata.

"Tahan ya sayang, kalo aku berhenti malah bikin kamu tambah sakit" Aku mengangguk. Suamiku menyeka bulir air mataku yang menetes dan mencium kedua mataku dengan lembut. Mencoba menenangkanku bahwa semua akan baik - baik saja. Kemudian dia kembali mencium bibirku untuk meredam eranganku saat dia mulai menaikkan tempo gerakannya.

Tubuh Abyan ambruk diatas tubuhku saat kami mencapai klimaks percintaan panas kami bersama. Klimaks yang sungguh luar biasa. Aku memeluknya dengan erat. Nafas kami saling memburu. Abyan tersenyum padaku kemudian mencium keningku, hidungku dan bibirku dengan singkat. Beberapa menit kemudian, Abyan merengkuh tubuhku. Mendekapku dengan erat. Memposisikan kepalaku didada bidangnya. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang tak beraturan sama seperti detak jantungku. Abyan menarik bedcover untuk menutupi tubuh kami yang polos seperti bayi yang baru lahir. Kurasakan Abyan mengecup pucuk kepalaku dengan lembut.

"I Love you my Keiza, love you more." Ucapnya dengan suara yang sedikit serak. Aku tersenyum. Kurasakan Abyan kembali mencium pucuk kepalaku.

"I Love you too my Abyan, love you much more." Balasku sebelum aku menutup mataku.

Tubuhku rasanya benar - benar lemas. Tenagaku seperti habis tak bersisa kali ini setelah percintaan panas tadi. Namun bahagiaku yang teramat sangat malam ini tak akan sebanding dengan apapun.

***

Tbc.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top