25. Surprised

Heyho...

Semoga chapter ini bisa menghibur ya. Kalo seandainya gak nyambung, silahkan sambungkan sendiri ya. Wkwklol.

Apa yang aku tulis terkadang gak sesuai sama konsep awal yang udah aku buat. Sering kali tiba - tiba aku merubah alurnya sesuai dengan keinginan dan juga mood ku. Jadi, maap kalo kadang ceritanya aneh.

Pengennya ini cerita selesai sebelum puasa. Tapi kayaknya gak mungkin, karena aku ngak sanggup. Jadi, selama bulan ramadhan nanti slow published yee. Aku nggak bisa bayangin Abyan sama Keiza tanpa skinship, rasanya hambar nanti. Hahaha.

Sebelum menunaikan ibadah puasa, aku minta maaf kalau author abal - abal ini punya banyak salah sama readers tercintanya Abyan - Keiza. Maaf kalau ada kata - kata yang aku tulis ada yang kurang berkenan.

Terima kasih buat semua yang masih setia membaca cerita abal - abal ini. Makasih buat vote and comment kalian. Thank you so much All. Lope you pull.

Muaaach... #CipokJauh

And happy reading my beloved readers ^^

Abyan's POV.

"Pagi Dim." Sapaku pada sekretarisku.

"Pagi pak Aly." Sapa Dimas balik padaku. Aku tersenyum. Kemudian berlalu menuju ruang kerjaku.

Aku hempaskan tubuhku dikirsi kebesaranku. Aku tersenyum saat melihat foto keluargaku dan juga wanita tercinta ku saat kami semua berada dibutik langganan Abi dan Umi untuk fitting baju pengantin kami. Keiza terlihat cantik dan anggun dengan kebaya berwarna putih gading yang menjuntai panjang menyapu lantai. Rambutnya dia sanggul berantakan. Umi dan Mika memakai kebaya yang sama, berwarna merah maroon dengan kombinasi warna gold, mereka samgat cantik. Sedangkan Abi menggunakan setelan jas berwarna hitam dengan manset dan dasi berwarna gold. Dan Aku menggunakan setelelan jas berwarna senada dengan kebaya yang Keiza kenakan. Kami semua berpose sesuka hati kami. Abi yang merangkul Umi, dan aku berada ditengah - tengah diantara Mika dan Keiza. Aku merangkul pinggang Keiza dan Mika mengapit lenganku yang lain.

Aku tak dapat mendeskripsikan perasaanku saat ini. Antara senang atau kesal. Senang karena sebentar lagi aku dan Keiza akan segera melangsungkan pernikahan kami. Dan kesal karena acara pernikahan ku telah diputuskan secara mendadak oleh para tetua di keluarga besarku. Mengingat hal itu membuatku menjadi kesal dan geram.

"Li, jadi kapan acara pernikahan Abyan dilaksanakan?" Tanya eyang Alex pada Abi saat meeting para pemegang saham di Alexindo Company satu minggu yang lalu setelah kepulanganku dari Bali.

Alexindo merupakan perkumpulan keluarga besar Abi dan Umi. Semua yang ada disini adalah kerabat inti dari Abi dan Umi. Hanya Ayah Keiza satu - satunya orang yang masih bertahan dan bersedia membantu perusahaan Eyang ini.

"Itu terserah dari pihak perempuan saja pah. Gimana Za?" Tanya Abi pada om Riza, ayah Keiza.

"Setelah lebaran, satu bulan lagi." Kata om Riza yang sukses membuatku terkejut.

"Lebih cepat lebih baik." Sambung Opa Rizal. Yang membuat semuanya tersenyum meledek ku.

"Bener itu pah. Abyan lebih berbahaya dari pada Aka kayaknya. Adi nggak yakin si Abyan nggak ngapa - ngapain Keiza semalam." Celoteh om Adi, kakak kandung Umi. Mataku melotot kearanya. Om Adi tertawa. Bang Aka mulai meledekku.

"Om Adi." Pekikku geram. Sungguh dia benar  - benar om ku yang super duper rese. Lebih baik dia tinggal di Singapura dari pada disini dia selalu membuat darah orang naik.

"Emang abyan semalam ngapain?" Tanya om Riza bingung. Dia menatapku. Dan semua mata tertuju padaku disini. Mereka semua menatapku dengan tatapan mengintimidasiku.

"Om mata - matain Abyan?" Tanyaku kesal. Om Adi tertawa.

"Ya kali om ini intel suruh mata - matain kamu. Om kebetulan lagi nginep di Maya resort sama tante marsha. Om lihat kamu sama Keiza masuk kedalam kamar yang sama. Nggak keluar - keluar lagi semalaman." Jelasnya padaku.

"Byan... sue lo!" Ledek bang Aka padaku. Aku mendengus kesal.

"Dua minggu lagi. Lebih cepat lebih baik." Sela om Riza. Lagi - lagi aku terbelalak kaget. Dua minggu lagi?? Oh my God!

"Setuju." Semua kompak menjawab. Aku menghela nafasku. Kulonggarkan dasiku yang terasa semakin menyekikku. Kemudian mereka semua membombardirku dengan pertanyaan - pertanyaan konyol mereka.

Jari jemariku mulai aktif dikeyboard laptopku. Senyumku kembali tersungging saat melihat Keiza terburu - baru kedalam lobi kantor melalui layar laptopku. Dengan susah payah aku memaksa Keiza untuk bekerja kembali di sini. Keiza hanya terikat kontrak selama dua bulan kedepan sampai proyek besarku selesai.

Dan Hari ini Keiza mulai menjalani proses pingitannya. Aku sama sekali tidak di ijinkan untuk menemui wanita tercintaku selama satu minggu kedepan. Dan itu benar - benar menyiksaku. Namun aku tak kehabisan akal, aku meminta pihak security untuk menyalurkan hasil gambar cctv dilayar laptopku. Setidaknya tiga hari kedepan aku masih bisa melihat Keiza ku dari layar flat ini. Suara notifikasi dari smartphone ku berbunyi.

Mataku terbelalak saat aku melihat apa yang berada dilayar smartphone ku. Darahku mendidih setika. Rahangku mengeras. Video dengan durasi sekitar 20 menit ini benar - benar mengejutkanku. Aku serasa dipukul sebuah godam besar pagi ini dengan video itu.

"Sh*t!" Teriakku sambil melempar smartphone ku.

Aku pejamkan mataku untuk meredam emosiku yang siap meledak ini. Ini tidak mungkin. Keiza nggak mungkin melakukan hal konyol seperti itu. Tidak! So embarrassing!

Kutekan sebuah tombol dari saluran telponku, kemudian meminta Dimas untuk datang keruanganku. Sesaat kemudian Dimas datang. Dia terkejut melihat smartphone  ku hancur berserakan dilantai.

"Batalkan semua meeting hari ini!" Titahku dingin. Dimas mengangguk.

"Baik pak" Jawab Dimas singkat.

"Apa kamu juga menerima video busuk itu Dim?" Tanyaku penasaran. Dia menatapku takut, beberapa detik kemudian dia mengangguk. Super damn!

Brak!

Ku gebrak mejaku. Dimas berjengkit karena kaget.

"D*mn!!" Umpatku kesal.

"Keluar! Saya tidak mau diganggu oleh siapapun hari ini." Hardikku. Dimas mengangguk dan pamit keluar dari ruanganku.

Aku sandarkan kepalaku dikursi kerjaku. Ku pijat pelipisku. Aku menghela nafasku berkali - kali mencoba untuk meredam emosiku saat ini. Inikah cobaan sebelum menikah?? Oh ya Allah!

Aku kembali menatap layar laptopku. Keiza terlihat bingung saat masuk keruangan kerjanya. Dia berjalan menghampiri Andien dan juga Mika adikku yang sedang magang diperusahaanku. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Melihatnya membuatku semakin kesal. Aku tutup laptopku dengan kasar.

"Argh..."

***

Keiza's POV.

Dengan terburu - buru aku segera memasuki kantorku. Aku tak ingin citra ku menjadi semakin buruk jika aku datang terlambat. Dengan paksaan Abyan akhirnya aku kembali ke perusahaan milik calon suamiku ini. Cukup sudah aku keluar masuk ke perusahaan ini dengan gampangnya, aku tak ingin semua karyawan Abyan memandangku sebelah mata karena aku begitu seenaknya bekerja disini. Terlebih setelah Abyan terang - terangan mengantarku keruang kerjaku setiap hari, membuat semua orang menatapku aneh. Abyan juga tak peduli dengan tatapan karyawan nya saat dia menggenggam tanganku dengan erat. Dan itu membuatku risih.

Hari ini aku sedikit tak bersemangat, karena mulai hari ini aku sedang menjalani masa pingitan. Aku tak diijinkan untuk bertemu dengan Abyan selama satu minggu kedepan. Namun baik aku dan Abyan kami sama - sama masih bekerja, pekerjaan kami yang menumpuk tak bisa ditinggalkan begitu saja. Kami mengambil cuti tiga hari sebelum hari pernikahan kami.

Entah apa yang para tetua pikirkan saat mereka memutuskan hari pernikahanku bersama Abyan dipercepat seperti ini. Semua ini hanya karena kami pernah berada dalam satu kamar di sebuah resorts. Oh God! Ini benar - benar gila.

Telingaku mulai terusik saat aku mendengar beberapa orang berbisik - bisik saat alu berada di lift. Ada beberapa yang bisa aku dengar. Mereka menatapku dengan tatapan yang ingin aku congkel matanya. Sungguh tak mengenakkan.

"Ini ya calon istrinya..."

"Nggak nyangka ya, cantik - cantik tapi bisa -  bisanya kaya gitu."

"Si bos pasti kena pelet."

Dan masih banyak yang lainnnya. Aku bergegas keluar dari lift dan berjalan cepat menuju keruang kerjaku. Semua orang masih menatapku aneh. Sepanjang aku berjalan mereka berbisik - bisik tak jelas sambil memegang handphone mereka. Keadaan yang sama pun terjadi diruangan kerjaku. Aku menghampiri Mika dan Andien.

"Ada apa sih? Ko semua orang ngelihatin aku aneh gitu." Tanyaku penasaran. Mika dan Andien menatapku. Mereka terdiam.

"Mika, ada apa? Emang kak Keiza ada yang aneh ya?" Tanyaku kembali. Aku meneliti dandananku. Rasanya tak ada yang salah. Kemeja berwarna putih gading, dengan kerah sanghai dan celana yang berwarna senada serta blazer berwarna soft blue. Semua masih normal. Mika beranjak dari tempat duduknya.

"Kakak beneran nggak tahu apa yang sedang terjadi sekarang?" Tanya Mika padaku. Aku menggeleng. Kemudian Mika memberikan Iphonenya padaku.

Mataku terbelalak. Tubuhku serasa membeku. Aliran darahku seakan berhenti mengalir. Hatiku serasa ditusuk ribuan belati tajam saat ini. Pedih. Perih. Sungguh sakit. Mataku mulai memanas melihat video itu dilayar Iphone Mika. Air mataku menetes, ku bekap mulutku dengan tangan kananku. Kakiku serasa lunglai seketika. Beruntung Mika menangkapku saat aku hampir terhuyung jatuh.

Aku kembalikan Iphone Mika. Aku segera bergegas keluar untuk menemui Abyan. Berharap Abyan tak salah sangka dengan video itu.

Aku seka air mataku. Aku segera menuju kelantai teratas dimana Abyan bekerja. Aku sudah tak peduli dengan apa yang orang - orang cibirkan padaku. Kucoba menulikan pendengaranku agar hatiku tak terasa semakin sakit. Saat pintu lift terbuka, aku segera berjalan menuju ruang kerja Abyan. Namun sang security menahanku. Dia mencekal lenganku dengan kasar.

"Lepasin! Saya mau ketemu sama pak Abyan." Pekikku padanya. Sekuat tenaga aku meronta untuk lepas dari jeratan tangannya. Namun dia lebih kuat dariku.

"Maaf ibu, pak Aly sedang sibuk. Beliau sedang tidak ingin diganggu." Ucapnya tegas. Aku mendengus kesal.

Suara Abyan terdengar, "Ada apa ini?" Tanyanya geram.

"Bi..." Panggilku.

"Ini pak, bu Keiza ingin memaksa bertemu dengan bapak." Sela security itu.

"Lepaskan!" Perintah Abyan. Diapun melepas cekalan tangannya padaku.

"Ada apa Ibu Keiza? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Abyan dengan tatapan tajam dan dinginnya. Raut wajahnya sungguh mengerikan saat ini. Aku tahu Abyan sedang menahan emosinya. Wajahnya sedikit memerah.

Deg.

Ibu? Sejak kapan Abyan menjadi sangat formal padaku?

Jantungku serasa berhenti berdetak. Hatiku mencelos mendengarnya. Ucapannya yang dingin itu sangat menusuk hatiku dan menohoknya dalam. Pertahananku pun runtuh. Air mataku menetes. Lidahku kelu. Aku hanya bisa menatapnya dan berdiri mematung dihadapannya.

"Kalo tidak ada, saya permisi. Masih bayak urusan yang harus saya selesaikan." Lanjut Abyan. Kemudian dia berlalu pergi meninggalku.

Langkahku gontai, sepanjang perjalanan menuju ruang kerjaku aku tak henti - hentinya menangis. Usahaku untuk menyeka air mataku selalu gagal. Video itu kembali menghancurkan diriku. Dan sakitnya seribu kali lebih sakit dari pada sebelumnya. Aku hempaskan tubuhku dikursi kerjaku. Kuseka kembali air mataku.

"Kak, kakak udah ketemu sama abang?" Aku mendongak. Menatap seseorang yang bertanya padaku. Mika. Aku mengangguk.

"Terus?" Tanyanya kembali. Aku terdiam. Mengingat apa yang Abyan lakukan padaku tadi membuat air mataku menetes kembali.

"Kei, lo ditunggu pak Agus sekarang." Ucap Andien.

Dengan lemas aku berjalan menuju ruang pak Agus. Aku tahu akan seperti apa nasibku setelah ini. Aku akan menjadi sampah kembali, seperti beberapa tahun yang lalu. Kuketuk pintu ruangan pak Agus. Aku masuk setelah beliau memberi instruksi padaku.

"Pagi pak." Salamku.

"Pagi. Kamu sudah tahu kan kenapa kamu saya panggil kesini?" Tanyanya padaku. Aku mengangguk.

"Kamu juga sudah tahu kan resikonya apa Keiza?" Tanyanya kembali. Aku mengangguk.

"Maaf. Saya tidak bisa membantu kamu Kei. Sekalipun kamu adalah calon istri pak Aly." Lanjutnya lagi. Aku masih menunduk. Berharap dia tak menatapku dengan matakubyang mulai bengkak ini.

"Kamu cuma punya dua pilihan. Kamu resign secara terhormat. Atau kamu menunggu surat pemecatan dari kantor." Jelasnya padaku.

"Saya akan resign pak." Ucapku singkat. Beliau mengangguk.

"Baik. Saya tunggu surat pengunduran diri kamu Keiza." Kata pak Agus. Aku mengangguk kembali. Aku pun permisi untuk keluar dari ruangannya.

Dengan segera aku menyalakan laptopku, kemudian mengetik surat pengunduran diriku. Rasanya begitu sesak. Aku sudah benar - benar hancur saat ini. Aku merasa sendiri sekarang. Abyan yang aku kira bisa menenangkanku ternyata bersikap sama seperti yang lain. Jika hari ini Allah akan mencabut nyawaku, aku siap. Aku sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakit hatiku yang terus - menerus seperti ini. Mencoba bersikap kuat didepan semua orang, walaupun hatiku hancur.

Sesaat setelah sebuah kertas keluar dari mesin print, aku langsung menandatanganinya. Dan memberikannya pada pak Agus. Aku ambil sebuah kotak berbentuk kubus ukuran 40 x 40 dari kolong mejaku. Aku masukkan satu persatu barang - barangku kedalam kotak itu. Aku mendongakkan kepalaku saat seseorang mengambil sebuah frame foto ku dan juga keluarga Abyan beberapa hari yang lalu. Dia menatapku sendu.

"Mika." Ucapku. Dia meletakkan frame itu kedalam kotak yang aku pegang.

"Kak, video itu bukan kak Keiza kan?" Tanyanya padaku.

"Itu kakak dulu." Jawabku. Air mata Mika menetes.

"Nggak mungkin. Kak Keiza nggak mungkin ngelakuin itu. Mika nggak percaya." Pekiknya sambil terisak. Semua menatap kami.

"Makasih dek. Kamu udah percaya sama kakak." Ucapku. Mika langsung memelukku. Air mataku menetes kembali.

"Bang Byan juga pasti percaya ko sama kakak. Kakak nggak sendirian disini. Kami ada buat kakak." Ucap Mika yang sukses membuat air mataku mengalir deras. Andai saja Abyan bersikap seperti itu. Hatiku pasti tak sehancur sekarang. Aku seka air mataku. Ku edarkan pandanganku pada sekitarku. Semua teman - temanku memandangku.

"Terima kasih semuanya, terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini. Dan terima kasih karena kalian bisa menerimaku dengan baik disini. Aku minta maaf, jika selama ini aku punya salah sama kalian." Ucapku sebelum pergi. Mika merangkulku begitu pula dengan Andien.

"Video itu, itu memang gambarku. Video itu sudah pernah tersebar beberapa tahun yang lalu. Dan sampai detik ini, aku sama sekali tak tahu siapa yang melakukan itu. Apapun yang kalian pikirkan tentang diriku saat ini, aku mengerti. Aku harap video itu tidak menghapus ingatan baik tentang diriku saat bersama kalian selama ini." Lanjutku.

Aku pun berpamitan satu persatu pada teman - temanku. Aku tak peduli jika ada yang tak menerima jabatan tanganku. Suasana seperti ini sudah pernah aku rasakan. Mika dan Andiem memelukku dengan erat. Aku melepaskannya. Dan mencoba tersenyum pada mereka.

Langkahku melambat saat aku melihat sosok Abyan berdiri tegap dipintu masuk ruangan kerjaku. Dia menatapku tajam. Aku menundukkan kepalaku saat aku melewatinya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Air mataku menetes kembali. Aku benar - benar seperti sampah sekarang. Bunda, bisakah bunda jemput Keiza sekarang?! Aku harap Bumi bisa menelanku hari ini, agar pesakitanku hilang tak bersisa.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top