2. Mine
Keiza's POV.
Aku mengerjapkan mataku saat sinar matahari mulai masuk ke celah - celah tirai kamar apartmentku. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 8 pagi. Aku menggeliatkan tubuhku perlahan. Aku bangun dari tidurku, kemudian aku duduk. Kututup mulutku saat aku mulai menguap. Aku kucir rambutku sembarangan dengan pengucir rambut yang aku gelangkan pada tanganku. Aku beranjak dari tempat tidurku, kemudian aku buka tirai kamarku. Aku tersenyum saat aku melihat fotoku bersama bunda yang aku pasang didinding kamarku dengan ukuran yang lumayan besar. Senyumnya selalu bisa membuatku bersemangat saat aku terbangun dari tidurku.
Sejak ayahku menikah kembali, aku memutuskan untuk tinggal sendiri di apartment milik bunda. Bunda memberikannya padaku saat aku bisa masuk ke Perguruan tinggi ternama di Indonesia seperti keinginannya. Bunda bilang ini hadiah untukku. Bukan apartment baru dan mewah, bagi bunda tempat ini adalah tempat yang penuh kenangan baginya. Bunda membelinya dengan hasil jerih payahnya sendiri selama bekerja pada saat dia masih gadis dulu. Disinilah bunda mulai kehidupannya dengan baik dikota yang sangat hiruk pikuk ini, ditempat ini juga bunda membuat kenangannya bersama ayah. Aku sangat senang saat bunda menceritakan kisah cintanya dengan ayah. Walaupun ayah tak romantis, tapi cerita cinta bunda terdengar begitu berkesan dan indah. Namun saat ini semua telah berubah. Aku dan ayah tak lagi sedekat dulu. Aku selalu menjaga jarak dengannya semenjak dia menikahi sekretarisnya itu. Aku juga jarang pulang kerumah.
Setelah aku selesai mencuci mukaku, aku melangkahkan kakiku kedapur kecilku. Aku mengambil beberapa lembar roti, kemudian aku oleskan dengan selai cocho hazelnut kesukaanku, kemudian dibagian luar aku oleskan sedikit margarin. Setelah semua selesai aku masukkan roti itu kedalam toaster. Sembari menunggu roti bakarku matang, aku membuat Cappuccino latte kesukaanku. Beberapa menit kemudian lampu hijau dari toaster menyala, aku langsung membuka toaster itu karena roti bakar sudah matang. Aku duduk di mini bar seperti biasa, kemudian kedua tanganku aku tautkan dalam satu genggaman kemudian aku berdoa sebelum aku memakan sarapan pagiku.
Selesai sarapan, aku menonton TV. Sungguh membosankan acara weekend yang selalu itu-itu saja. Film spongebob pun sudah selesai, karena aku bangun siang. Suara bel berbunyi. Aku berjalan lemas kearah pintu. Aku melihat tubuh seseorang yang sudah aku kenal saat aku melihat lewat lubang kecil dipintu apartmentku. Dengan segera aku langsung membuka pintu apartmentku.
"Hai Kei..." Sapa Putri.
"Aaaaa... Putri, ayo masuk." Seruku padanya.
"Ko nggak bilang mau kesini?" Tanyaku padanya. Dia tersenyum.
"Aku tadi habis belanja Kei. Terus mampir deh kesini. Udah sarapan? Aku bawain Sushi nih buat kamu." Ucap Putri.
"Aaaaa... kamu emang the best deh. Mana sini." Pintaku padanya.
"Oia kamu mau minum apa Put?" Tanyaku padanya.
"Air putih aja. Jangan yang dingin." Pintanya. Aku mengangguk, kemudian mengambilkannya minum.
Kami berdua duduk didepan TV. Dengan lahapnya aku memakan Sushi yang Putri belikan untukku. Walaupun aku sudah sarapan, tapi demi sushi kesukaanku, it's no problem.
"Beneran belum sarapan Kei?" Tanya Putri yang sedang menatapku makan.
"Udah." Jawabku dengan mulut penuh Sushi.
"Udah ko makannya kayak nggak makan dari kemarin aja." Sahut Putri. Aku tersenyum.
Sahabatku ini selalu tahu apa kesukaanku. Aku bersahabat dengannya sejak SMA. Cukup lama memang. Dia adalah teman pertamaku saat aku baru pindah kembali di Indonesia. Aku sekeluarga pernah tinggal di Amerika, Ayah bekerja beberapa tahun disana. Ayahku orang Indonesia asli, ya walaupun ada keturunan Turki sedikit dari nenek moyangku. Hidungku yang mancung berasal dari dirinya. Sedangkan bunda blasteran Indonesia dan USA. Well, aku tak seperti orang bule, kulitku kuning langsat. Warna yang eksotis untuk orang Indonesia. Rambut pirangku berasal dari bunda, termasuk tubuh mungilku. Aku tak secantik Putri, tapi aku juga tak jelek, aku lebih suka dibilang manis atau imut daripada cantik.
"Kamu belanja buat apa Put? Ada acara dirumah? Mau ketemu camer ya?" Tanyaku padanya. Dia tersenyum.
Dua minggu yang lalu, Putri telah bertunangan dengan seseorang yang sudah dijodohkan dengannya. Aku masih tak mengerti dengan orangtua yang menjodohkan anaknya pada jaman modern seperti ini. Dan sahabatku ini sama sekali tak menolak perjodohan itu. Dia juga sama sekali tidak memperlihatkan bahwa dirinya sedih atau kecewa. Putri terlihat biasa saja. Sayangnya aku belum pernah melihat tunangan Putri, karena pada saat itu aku tidak bisa hadir.
"Nggak ada sih. Cuma belanjain ibu aja. Kebetulan udah pada habis dirumah. Oia Kei, nanti malam kamu ke cafe kan?" Tanyanya padaku. Aku mengangguk.
"Iya, kenapa emang? Kamu nggak bisa ke Cafe?" Tanyaku kembali.
"Bukan gitu. Nanti malam bang Razqa pengen ketemu sama aku. Tahu sendirikan, aku sama dia lagi ta'aruf, jadi nggak boleh ketemu cuma berdua. Kamu temenin aku ya Kei?" Pintanya padaku.
"Jadi nyamuk gitu?" Godaku padanya. Apalagi kalo bukan nyamuk namanya jika menemani orang berpacaran.
"Nggak gitu Keiza. Lagian aku juga nggak bakal cuekin kamu ko. Bukannya kamu juga pengen kenalan sama dia? Please Kei." Pintanya lagi. Aku mengangguk.
"Kamu udah cinta sama dia?" Tanyaku penasaran. Jujur saja, aku sudah ingin menanyakannya beberapa hari yang lalu. Kalau tidak ada cinta, mengapa Putri mau dinikahkan dengan orang yang belum dia kenal.
"Aku nggak tahu." Jawabnya singkat.
"Kamu sering ketemu dia?" Tanyaku lagi. Dia menggeleng. Ya Tuhan!
"Jadi setelah tunangan kemarin, kamu belum pernah ketemu dia lagi?" Tanyaku kembali. Dia mengangguk. Oh my God! Apa - apaan ini.
"Terus kamu mau gitu dinikahin sama dia?? Ya Tuhan Putri, nikah itu bukan mainan lho. Aku nggak pengen suatu hari nanti kamu bakalan nyesel." Ucapku kesal.
"Aku tahu ko Kei. Aku percaya sama pilihan Ayah dan ibu. Mereka pasti akan mencari yang terbaik buat aku. Dan kelihatannya dia baik, dia juga sopan, pintar. Apalagi yang mesti aku cari? Cinta ada karena terbiasa Kei." Jelasnya padaku. Putri memang pernah bilang dia akan pacaran setelah nikah, apa kaya gini caranya? Hah, pikiran yang aneh menurutku.
"Cakep nggak?" Tanyaku lagi. Dia tersenyum, mukanya sedikit memerah.
"Cakep nggak??" Tanyaku kembali. Dia mengangguk.
"Not bad." Jawabnya singkat.
"Cakep mana sama Zayn Malik?" Godaku padanya.
"Dua-duanya cakep." Jawabnya malu-malu.
Ini pertama kalinya aku membahas soal lelaki pada Putri, wajar saja jika dia menjadi malu. Wajahnya seperti kepiting rebus sekarang. Dan aku sangat senang menggodanya.
"Arabian Kei." Ucapnya lagi.
"Aaaa mau Put, masih ada stock nggak?? Tanya Ayah Ibu kamu dong." Kataku. Putri tertawa.
"Yakin mau dijodohin? Kalo mau aku bisa bilang sama Ayah Ibu, biar nyariin buat kamu." Ledeknya padaku. Aku tertawa keras.
"Boleh-boleh asal cowoknya kaya Zayn Malik atau versi Indonesianya kaya Aliando Syarief, aku nggak bakal nolak deh." Ucapku sambil tersenyum.
"Yeee maunya... cari aja sendiri yang kaya gitu." Cibir Putri.
Tawa kamipun membahana. Setidaknya aku bahagia jika melihat sahabat baikku juga bahagia. Karena aku tak akan membiarkan Putri menangis atau apapun itu yang membuat dia terluka. Saat ini hanya dia yang aku miliki. Dia yang selalu ada untukku saat ini.
***
Abyan's POV.
Malam ini aku berjanji untuk menemani bang Aka menemui tunangannya. Sebenarnya aku malas, karena sudah bisa aku pastikan aku akan menjadi nyamuk disana. Akhirnya bang Aka yang terkenal playboy juga akan segera menikah. Menurut cerita Umi, bang Aka mirip seperti om Aron. Cerita cinta mereka akhirnya berhenti saat perjodohan terjadi. Dan aku tidak akan mengakhiri kisah cintaku dengan cara yang sama seperti Abi, Umi, om Aron, tante Kaia, dan bang Aka. Big no!
Aku merapikan rambutku yang sudah aku spike sempurna, setelah aku mengenakan kaos putih didouble dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah yang aku lipat lengannya sedikit, celana jeans blue wash. Tak lupa aku kenakan sepatu converse hitam kesayanganku. Aku pakai jam tanganku, dan aku ambil kunci mobilku kemudian aku bergegas turun untuk berpamitan pada Abi dan Umi.
"Mau kemana kamu bang?" Tanya Umi saat aku menghampirinya yang sedang berada dipelukan Abi dan bersandar di antara leher dan bahu Abi sambil menonton TV. Abi pun menoleh kearahku. Begitu juga Mika.
"Byan mau nemenin bang Aka ketemu calon istrinya." Jawabku. Mika tertawa keras. Aku mengerutkan dahiku.
"Mau jadi nyamuk lo Bang?? Kasihan banget lo, nasib Jones yang malang." Ucap Mika.
"Kaya lo nggak jones aja, malam minggu cuma nonton TV dirumah, apa coba kalo bukan jones. Wlee." Kataku meledeknya kemudian menjulurkan lidahku.
"Yeee... gue bukan jones tau. Gue punya pacar ko. Ups!" Ucap Mika kemudian menutup mulutnya yang sepertinya sedang keceplosan. Aku terkekeh.
"Cieee... anak Abi nggak jomblo lagi. Lihat tuh Umi, awasin tuh anaknya yang nggak jomblo." Goda Abi. Mika mengerucutkan mulutnya.
"Boleh ko pacaran, asal nggak yang aneh-aneh aja. Nggak macem-macem. Kalo nggak, Abi sama Umi langsung nikahin nanti sekalian!" Ucap Umi yang seperti mengancam. Mika terdiam membisu, aku tertawa keras melihatnya. Abi terkekeh.
"Nggak macem-macem ko Umi. Mika tahu ko." Kata Mika yang mulai ketakutan.
"Rasain lo. Senjata makan tuan. Kualat lo suka ledekin gue." Kataku meledeknya dan mengacak acak rambutnya. Dia mendengus kesal. Abi Umi tersenyum.
"Ya udah Abi Umi, Byan pergi dulu ya. Nanti ditungguin bang Aka." Pamitku pada Abi dan Umi, kemudian mencium tangan mereka bergantian.
"Assalamualaikum..." Salamku sebelum pergi.
"Walaikumsalam..." Jawab Abi Umi bersamaan diikuti suara Mika yang masih terlihat kesal.
Aku meneekan tombol remote key untuk membuka pintu mobil Pajero Sport ku, setelah berbunyi aku langsung membuka pintunya dan bergegas masuk. Aku lajukan mobilku menuju rumah om Aron. Sebenarnya yang membutuhkan itu bang Aka atau Aku sih? Tapi kenapa malah aku yang harus menjemputnya kemudian menemaninya bertemu dengan calon istrinya. Aih, benar kata Mika nasib seorang jones. Ya Allah, semoga Engkau pertemukanku dengan tulang rusukku segera. Doaku dalam hati.
Setelah aku menjemput bang Aka, aku langsung melajukan mobil Pajero Sportku sesuai yang di instruksikan olehnya. Ya Allah, kali ini aku seperti supirnya sekarang. What a pity I am! Aku dan abang sepupuku bercanda dan mengobrol apapun secara random. Sesekali dia meledekku karena statusku yang jomblo. Aku hanya tersenyum kecut mendengar ledekannya itu. Lama-lama aku bisa gila mendengar ledekan semua orang yang berada disekitarku. Semoga Allah mendengar rintihan bathinku saat ini.
Setelah beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya kami sampai ditempat tujuan kami. Sebenarnya aku sering ke daerah ini, tapi aku tidak pernah tahu keberadaan cafe ini, Ours Cafe. Cafe yang didesain seperti ditengah - tengah sebuah hutan dan taman yang asri, dengan sebuah rumah kayu yang simple namun terkesan elegant. Beberapa lampu dibuat seperti sebuah lampion. Semuanya terlihat alami, didalamnya didekorasi hampir sepenuhnya oleh kayu. Sesaat setelah turun dari mobil, aku mengikuti Bang Aka yang berjalan mendahuluiku. Aku masih terpesona dengan pemandangan di cafe ini. Cafe ini terlihat ramai, jelas saja malam ini malam minggu.
Bang Aka langsung duduk disalah satu meja yang masih kosong. Tempatnya sedikit berada ditengah, dan membuatku tak nyaman. Karena beberapa pasang mata mulai melirik kearah kami. Well, wajah kami memang mirip. Dari bentuk badan yang tinggi tegap atletis, guratan wajah khas arabian, cara berpakaian, semua hampir mirip. Hanya senyum kami yang berbeda. Senyumku lebih mematikan. Dengan pasrah aku duduk berhadapan dengannya. Bang Aka yang sebelumnya sudah menelepon calon istrinya, akhirnya yang ditunggupun datang.
"Hai..." Sapa kak Putri.
"Hai..." Balas bang Aka. Tak ada jabat tangan atau apapun. Kak Putri melirikku. Sebetulnya kami sudah bertemu saat pertunangan minggu yang lalu. Tapi kami belum pernah berkenalan secara langsung.
"Kenalin Put, ini Abyan. Adik sepupu aku. Byan ini Putri." Kata bang Aka memperkenalku pada kak Putri.
Kak Putri mengangguk, kemudian menyatukan kedua tangannya diatas dada sambil tersenyum. Aku membalasnya dengan anggukkan, dan tersenyum padanya. Wanita yang selalu menjaga dirinya dengan baik. Pada tunangannya saja dia menjaga jarak, apalagi denganku. Bukan muhrim. Dia duduk disebelah bang Aka.
"Kalian mau minum apa?" Tanyanya padaku dan Bang Aka.
"Hot chocolate aja, Lo Yan?" Tanya bang Aka padaku.
"Cappuccino Latte." Jawabku singkat. Kak Putri tersenyum. Kemudian memanggil salah satu karyawannya. Dan memesankan pesanan kami.
Saat aku mengedarkan mataku, aku kembali terpaku saat mataku menangkap seseorang yang selama ini membuatku tiba-tiba tersenyum saat mengingatnya. Aku kembali menyungingkan senyumku. Dia terlihat cantik seperti biasanya, dengan atasan putih dan rok merah selutut membuatnya terlihat sangat manis. Rambut ikal pirangnya yang digerai bebas membuatnya terlihat sempurna. Dengan gitar akustiknya, dia menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits akhir-akhir ini. Petikan gitarnya yang di iringi oleh band akustik dibelakangnya membuat suara merdunya semakin membuatku terpesona.
...
Aku disini dan kau disana,
Hanya berjumpa via suara,
Namun ku sanggup menunggu saat kita akan berjumpa...
Meski kau kini jauh disana,
Kita memandang langit yang sama, Jauh dimata namun dekat dihati.
(RAN - Dekat Dihati.)
"Itu Keiza kan?" Tanya bang Aka pada Putri. Aku terkejut saat bang Aka tahu nama Keiza. Aku langsung menoleh kearahnya.
"Iya itu Keiza." Kata kak Putri.
"Dia nyanyi juga disini? Hebat banget dia." Kata bang Aka.
"Dia nyanyi disini cuma hari sabtu sama minggu. Katanya buat ngilagin stress." Jelas kak Putri.
Aku hanya mendengarkannya dengan seksama. Sepertinya baik bang Aka dan kak Putri sama-sama tahu tentang Keiza. Aku kembali tersenyum, kemudian melanjutkan kembali melihat Keiza yang masih asyik bernyanyi. Setelah Keiza berhenti bernyanyi, dia turun dari atas panggung. Dan bang Aka pamit ke toilet. Sesaat kemudian Minuman pesanan kami pun sampai.
Jantungku mulai berdegup kencang, dua kali lebih kencang dari biasanya. Keiza berjalan kearah meja kami. Dia tersenyum kearahku. Ya Allah, Senyumannya. Waktu seakan berhenti saat dia tersenyum manis padaku. Oh my God, jantungku mulai berpacu lebih cepat. Dia semakin mendekati mejaku. Aku mulai kehabisan oksigen saat ini. Umi Abi, help me please!
"Hai..." Sapanya padaku. Aku terdiam membeku saat dia duduk dikursi sebelahku. Aku tidak percaya dia berada disampingku saat ini. Ya Allah! Jantungku semakin berdetak tak beraturan.
"Oh my God, bang Razqa. Sumpah lo cakep banget bang. Zayn malik abis." Ucapnya saat melihat. Aku terkejut.
"Tante sama om Ibra emang pinter banget ya cari calon mantu." Cerocosnya lagi.
"Kei... dia itu..." Kata kak Putri yang sepertinya mencoba menjelaskan sesuatu pada Keiza. Aku masih terus memandang Keiza yang berada dihadapanku saat ini.
"Iya Put, aku tahu ko. Dia itu TUNANGAN kamu. Tenang aja aku nggak bakal ambil CALON SUAMI kamu." Kata Keiza sambil menekankan kata tunangan dan calon suami.
Aku tersenyum mendengar celotehan Keiza. Dia sungguh berbeda saat aku melihatnya beberapa bulan yang lalu. Baik diclub maupun dipesta pernikahan Nial.
"Gue Keiza bang, sahabatnya Putri. Abang bisa tanya apa aja soal Putri sama aku." Ucapnya padaku. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku. Aku membalasnya dan tersenyum. Semoga jantungku tak berhenti berdetak saat ini.
"Keiza..." Panggil kak Putri lagi.
"Astaga Putri, trust me please. Aku nggak bakal ngerebut ni abang cakep. Kecuali..." Dia melirikku. Kak putri menghela nafasnya.
"Astaghfirullahaal'adzim." Ucap kak Putri sambil menepok jidatnya dengan pelan. Aku tersenyum melihatnya.
"Bang Razqa punya stock lagi nggak?" Tanyanya padaku. Aku mengerutkan dahiku.
"Stock??" Tanyaku bingung. Dia mengangguk.
"Iya bang, stock cowo kaya abang. Yang mirip bang Razqa. Ada nggak??" Tanyanya kembali. Aku tertawa.
"Kamu mau? Yang kaya aku gini?" Tanyaku kembali. Dia mengangguk dengan semangatnya, tawaku semakin membahana. Dia membekap mulutku tiba-tiba. Aku terkejut, mata kami saling bertemu. Ya Allah! Kuatin jantungku.
"Biasa aja kali bang ketawanya. Dilihatin orang kan nggak enak. Bener ya, cakep - cakep tetep ada goresannya." Ucapnya lagi kemudian terkekeh dan melepas bekapannya padaku.
"Sorry ya, Keiza memang kaya gitu. Cablak orangnya." Ucap kak Putri meminta maaf padaku. Aku tersenyum.
"Nggak papa ko kak." Sahutku.
"Oh my God, so sweet banget sih kalian ini. Lo panggil dia kakak sama tunangan lo? Emang dia lebih tua dari lo bang? Ya Tuhan Put, nggak nyangka deh." Kata Keiza. Aku terkekeh kembali. Dia sungguh sangat lucu. Aku semakin gemas dibuatnya.
"Keiza... stop it! Listen to me!" Pekik kak Putri. Keiza tersentak.
"Kei, dia itu bukan bang Razqa. Dia itu adiknya bang Razqa. Namanya Abyan." Jelas kak Putri. Mata keiza melolot. Kemudian dia menoleh kearahku.
"Jadi lo??" Tanyanya padaku. Aku tersenyum.
"Hai... aku Abyan." Kataku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tanganku. Dia cengo melihatku. Kemudian menjabat tanganku.
"Kenapa lo nggak bilang kalo lo bukan bang Razqa." Ucapnya kesal padaku. Aku tersenyum kembali.
"Gimana gue mau ngomong, orang lo nya aja nyerocos terus dari tadi." Jelasku pada Keiza. Dia menghela nafasnya.
"Sorry." Ucapnya menyesal.
"Don't worry." Balasku. Dia tersenyum. Senyum yang mengalihkan duniaku seketika.
"Terus bang Razqanya mana?" Tanya dia penasaran.
"Tuh." Kata kak Putri sambil menunjuk bang Aka yang berjalan kearah meja kami.
"Oh my God. Dia bang Razqa?? No... no... no." Ucapnya yang membuatku dan kak Putri bingung.
"Mang kenapa Kei?" Tanya kak Putri.
Keiza menatap bang Aka dengan tajam saat bang Aka mulai dekat. Seperti saat dia melihatku diclub malam itu. Dengan sepersekian detik dia bisa langsung berubah dingin seperti ini. Aku makin bingung dibuat.
"Hai... Lo Keiza kan?" Tanya bang Aka saat dia sudah duduk disamping kak Putri.
"Tahu dari mana lo soal gue?" Tanya Keiza ketus. Aku meliriknya kemudian meminum Cappuccino Latte pesananku.
"Ya iyalah tau, foto lo itu selalu ada dijejaring sosial milik Putri. Ya pasti tau lah." Kata bang Aka yang kemudian meminum Hot Chocolatenya.
"Gue peringatin sama Lo ya cowo playboy, jangan pernah bikin sahabat gue sakit hati atau bikin dia sampe nangis. Kalo lo ngelakuin itu, jangan harap lo bisa nafas lagi." Ucap Keiza dengan tegas. Aku tersentak mendengarnya, begitu juga bang Aka.
"Nggak akan, gue bakalan bikin sahabat tercinta lo selalu bahagia sebisa dan semampu gue." Kata bang Aka serius.
"Ko lo bisa bilang abang gue playboy?" Tanyaku penasaran.
"Gue pernah lihat dia mesra - mesraan dijalan sama cewe. Dan gue pastiin cowo kaya dia itu cowo playboy cap teri." Kata Keiza. Bang Aka tertawa.
"Keiza..." Teriak kak Putri.
"Kapan lo lihat gue sama tu cewe?" Tanya bang Aka.
"Beberapa bulan yang lalu." Kata Keiza.
"Dan sekarang cuma Putri cewe gue. Beberapa bulan yang lalu gue udah putusin cewe gue sebelum gue dijodohin sama Putri." Jelas bang Aka sambil memandang kak Putri. Keiza mendengus kesal.
"Lo nggak bisa lihat kalo abang gue udah cinta sama sahabat lo?" Tanyaku pada Keiza.
"Tau dari mana Lo?" Tanyanya padaku.
"Dari cara abang gue natap kak Putri tadi. Gue nggak pernah lihat abang gue natap cewe se-intens itu." Jelasku pada Keiza. Keiza menatapku dengan lekat. Begitu pula aku. Mata kami saling bertemu. Kami saling memandang satu sama lain.
"Kaya Lo mandang gue sekarang?" Ucap Keiza yang membuatku kikuk setengah mampus. Oh my God.
Ya Allah. Aku langsung mengedarkan pandanganku seketika. Bang Aka tertawa keras, kak Putri terkekeh. Dan Keiza tersenyum puas padaku. Shit! Jebakan batman.
Kak Putri pun dengan sabarnya melerai sahabatnya, Keiza dan tunangannya bang Aka agar tak terjadi keributan. Kemudian kak Putri menawarkan kami makanan yang ingin kami pesan. Aku, bang Aka dan Keiza memesan green burger sedangkan kak Putri memilih memesan green Spaghetti. Sepertinya beberapa makanan disini adalah healthy food. Karena dari nama dan deskripsi di buku menu sudah cukup menjelaskan tentang makanan tersebut. Sambil menunggu pesanan datang, kak Putri mengajak kami bermain Truth or Dare. Aku tersenyum mendengarnya. Dia juga mengambil botol kosong dari meja kasir.
Kak Putri memulainya dengan memutar botol ditengah meja kami. Dan saat botol berhenti, botol itu mengarah ke arah bang Aka. Bang Aka mengerutkan dahinya.
"Truth or Dare?" Kata kak Putri.
"Truth." Pilih bang Aka. Kak Putri tersenyum.
"Gue yang kasih pertanyaan." Kata Keiza. "Berapa jumlah cewek lo sebelum lo tunangan sama Putri?" Tanya Keiza pada bang Aka. Bang Aka tersenyum.
"Sepuluh." Jawab Bang Aka singkat. Kak Putri terkejut. Aku terkekeh.
"Yakin cuma sepuluh?" Tanya Keiza lagi.
"Iya Kei, lo nggak percaya banget sama gue. Dan InsyaAllah Putri yang pertama dan terakhir. Pertama bikin gue klepek-klepek dan terakhir jadi istri sekaligus jadi ibu buat anak-anak gue." Jelas bang Aka.
Keiza mengerucutkan bibirnya. Dia benar-benar terlihat kesal pada bang Aka. Sedangkan aku semakin gemas dibuatnya. Giliran bang Aka yang memutar botol itu, beberapa saat kemudian botol itu berhenti dihadapanku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Keiza tersenyum nakal padaku. Aih, Keiza, senyumnya membuatku luluh lantak seketika.
"Truth or Dare?" Tanya bang Aka.
"Truth." Kataku singkat.
"Gue yang kasih pertanyaan." Ucap Keiza lagi. Aku menatapnya yang masih berada disampingku.
"Kapan ciuman pertama Lo? I mean your first kiss." Tanya Keiza padaku. Bang Aka tertawa keras. Aku menatap bang Aka dengan tatapan tajamku. Abangku emang sue! Dia pasti sudah tahu jawabannya. Keiza dan kak Putri menatap bang Aka bingung.
"Nggak pernah." Jawabku.
"Nggak pernah ciuman? Gue nggak percaya. Impossible. Abang lo aja playboy, masa lo ciuman aja nggak pernah. Bokis lo." Ucap Keiza padaku.
"Byan itu belum pernah pacaran. Ya kali dia pernah ciuman. Kecuali sama Uminya atau sama adiknya." Jelas bang Aka kemudian tertawa keras. Aku mendengus kesal.
"Atau lo mau gue kasih ciuman pertama gue buat lo?" Tanyaku pada Keiza. Dia melotot padaku sambil mengangkat tangannya yang sudah mengepal kearah wajahku. Aku terkekeh melihatnya. Bang Aka dan kak Putri tertawa.
Kemudian giliranku yang memutar botol itu. Dengan perlahan namun pasti, aku memutar botol itu. Botol itu berhenti tepat didepan seseorang yang aku inginkan, Keiza. Aku tersenyum senang. Keiza menghela nafasnya.
"Truht or Dare?" Tanyaku padanya.
"Dare." Jawabnya singkat.
"Gue yang kasih tantangannya." Kataku. Keiza menatapku.
"What?" Tanya Keiza.
"Lo harus jadi cewe gue selama satu bulan kedepan, mulai malam ini. Lo juga harus perlakuin gue selayaknya cowo lo, begitu juga sebaliknya. Gue nggak peduli lo punya pacar atau nggak. Dan Semua selesai saat gue yang mutusin. Gimana?" Tanyaku padanya.
Bang Aka terkejut, begitu juga kak Putri yang mulutnya dia tutup dengan salah satu tangannya karena tak percaya. Keiza menatapku tajam. Dia memutarkan bola matanya, pertanda dia sedang berfikir. Aku yang mencoba menahan tawaku karena tantanganku yang sungguh konyol.
"Ok." Jawabnya singkat.
Kemudian aku mengacungkan jari kelingkingku pada Keiza. Dia mengerutkan dahiku. Kemudian aku mengerlingkan salah satu mataku. Kemudian dia menautkan jari kelingkingnya pada jari kelingkingku.
"Deal." Kataku pada Keiza. Dia tersenyum kecut. Aku tersenyum senang.
Ya Allah. Aku tak percaya jika aku melakukan hal konyol seperti ini. Tapi sungguh, aku sangat senang saat ini. Aku tak bisa mendeskripsikan perasaan senangku saat ini. Semoga ini adalah salah satu cara Allah mendekatku pada Keiza. Makanan pesanan kami pun datang. Dengan segera kami langsung memakan makanan kami. Keiza dan aku hanya terdiam. Kami berdua hanya menjadi pendengar saat bang Aka dan kak Putri mengobrol. Karena itulah tujuanku berada disini.
Selesai makan, aku dan bang Aka masih menunggu Kak Putri dan Keiza selesai menutup cafenya. Setelah itu, kami berdua mengantar mereka ke mobil Nissan Juke milik Keiza. Dan mereka tidak mau kami antar, walaupun sebenarnya aku dan bang Aka sedikit khawatir karena sudah malam. Mereka bilang mereka sudah terbiasa pulang jam 10 malam seperti sekarang ini. Aku dan bang Aka pun pamit.
"Kalian hati-hati ya. Kita pulang dulu." Kata bang Aka.
" Lo nggak mau pamit sama cewe lo?" Ledek bang Aka. Aku terkejut. Aku lupa bahwa malam ini aku sudah memiliki kekasih. Aku tersenyum.
"Ah iya, handphone lo mana?" Tanyaku padanya. Dia mengkerutkan dahinya.
"Sini handphonenya!" Pintaku padanya.
Dengan kesal dia mengambil handphone dari tasnya, kemudian dia memberikannya padaku. Aku mengetik nomorku pada Iphone Keiza, dan menuliskan My Abyan untuk nama contactnya. Setelah selesai aku menghubungi nomorku sendiri dengan iphone Keiza ke smartphoneku agar nomor Keiza masuk kesana. Setelah selesai aku mengembalikan IPhone Keiza kembali.
"Selesai." Kataku sambil mengembaikan Iphone pada Keiza.
"Kalo ada apa-apa hubungi aku ya. I'm yours now. Hati-hati dijalan." Ucapku kembali sambil mengelus-elus pucuk kepalanya. Dia terkejut. Aku hanya tersenyum. Bang Aka dan kak Putri pun tersenyum. Kemudian aku dan bang Aka pergi meninggalkan mereka dan masuk ke mobil Pajero Sport Milikku.
Aku melajukan mobil Pajero Sportku. Sungguh hatiku benar - benar bahagia saat ini. Aku tidak peduli pada bang Aka yang sedari tadi meledekku. Kami berdua mengobrol secara random tentang kejadian dicafe tadi. Sampai aku dibuat bingung oleh sebuah pernyataan bang Aka. Aku sama sekali tak tahu apa yang bang Aka maksudkan.
"Gue harap lo nggak cinta buta sama Keiza. Dan jangan sampai lo kecewain Abi sama Umi lo." Kata bang Aka.
"Maksud lo Bang?" Tanyaku padanya.
"Keiza beda keyakinan sama kita. Jadi gue harap lo mesti mikirin baik-baik sebelum lo jatuh cinta beneran sama Keiza." Kata bang Aka menasehatiku.
Aku terkejut mendengarnya. Mulutku menganga. Dadaku serasa sesak. Mulutku serasa kelu seketika. Aku hanya bisa menelan ludahku. Aku serasa disambar petir saat ini. Mendengar kenyataan bahwa aku dan Keiza berbeda. Aku memijit pelipisku. Dan menyandarkan kepalaku dikursi kemudi, dan mencoba fokus untuk menyetir. Mungkinkah dengan perbedaan, aku dan Keiza bisa bersatu? Bagaimana dengan Abi dan Umi? Aku tak ingin menyakiti mereka atau membuat mereka kecewa. Karena aku rasa, aku mulai jatuh cinta pada Keiza. Ya Allah!
Tbc.
-----
Well, akhirnya selesai juga ni chapter.
Maaf ya yang sudah menunggu lama. Semoga bisa menghibur.
Yang dimulmed itu Keiza. Pas aku ngelihat dia, kayaknya pas aja. Kalo kalian nggak suka, kalian boleh bayangin yang lain. Whatever you want. Semoga kalian bisa menghargai ceritaku yang ini.
Terima kasih buat yang sudah mau membaca cerita ini. Aku harap kalian mau meninggalkan jejak kalian disini. Walaupun cuma satu bintang, itu dah lebih dari cukup.
Thank You All,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top