17. Coffee break
Mika's POV.
Aku menghela nafasku, setelah aku selesai mengetik dan membetulkan tugas akhir kuliah S2 - ku yang sudah dicorat coret oleh dosen pembimbingku yang super kejam itu. Tugas yang akan menentukan hasil akhir kelulusanku nanti. Hah, rasanya aku sudah tak sabar untuk segera menyelesaikan kuliahku ini. Di umurku yang masih 21 tahun, aku adalah salah satu mahasiswi termuda di fakultas pasca sarjana yang sedang aku dalami saat ini. Biasanya diumur 21 tahun mereka baru menyelesaikan S1. Tapi tidak untukku, Aku salah satu anak special. Itu semua berkat intelegensiku yang diatas rata - rata. Ini adalah anugerah terindah yang Allah berikan untukku. Tentunya semua ini tak lepas dari penggabungan gen dari Abi dan Umi yang super WOW. Mereka berdua adalah penggabunggan yang sangat sempurna. Tak heran jika aku dan abang tercintaku pun menjadi anak yang special.
Kutatap laptopku, sedari tadi aku menunggu skype dari lelaki tercintaku. Namun tak ada tanda - tanda apapun darinya. Hah, benar kata abangku, LDR itu pacaran rasa jomblo. Sebenarnya bisa saja aku mengikuti jejak kekasihku yang sedang melanjutkan kuliah S2 nya di Oxford University. Namun aku tipe orang yang tak bisa jauh dari keluargaku. Aku tak bisa membayangkan jika aku harus hidup jauh dari Abi, Umi dan juga abangku. Aku tak peduli jika kalian menganggapku anak manja atau anak mommy, tapi aku tak bisa hidup tanpa mereka. Lalu bagaimana aku bisa menjalani LDR dengan kekasih tampanku itu? Semua bisa berjalan dengan baik karena kekasih tercintaku yang super duper sabar. Bayangkan, lima tahun dia bisa bertahan denganku. Kalau kalian butuh extra sabar, mungkin kalian bisa belajar darinya. Hahaha.
Al Dzaky Reihan Muhammad. Dia adalah lelaki pertama yang mampu membobol pertahanan hatiku dan juga mampu bertahan bersamaku hingga detik ini. Reihan bukan teman sepermainanku. Dia adalah kakak kelasku sewaktu SMA. Namun karena aku lompat kelas, akhirnya aku pun bisa mensejajarkan diriku dengan tingkat pendidikannya. Kerenkan aku?! Ok skip. Kalian ingin tahu, awal hubungan kami??
Semua berawal dari sebuah taruhan antara diriku dan juga Reihan. Reihan adalah salah satu siswa terfavorite disekolah waktu itu. Namun aku membencinya. Karena dia selalu menggangguku. Sampai pada akhirnya saat kami berlatih Tae Kwon Do bersama, Reihan memintaku untuk fighting bersamanya. Aku bersedia namun dengan syarat. Jika aku menang Reihan harus berhenti menggangguku, dan jika aku kalah, aku akan mengabulkan satu permintaannya. Dengan sabuk hitam yang aku miliki, aku sangat percaya diri bahwa aku bisa memenangkannya. Diluar dugaanku Reihan dengan gampangnya mengalahkanku. Dia menggunakan kelengahanku untuk mengalahkanku. Damn! Akhirnya dengan terpaksa aku pasrah pada tantangan konyolku. Reihan memintaku untuk menjadi kekasihnya saat itu juga. Awalnya terpaksa, namun akhirnya aku luluh juga. Witing tresno jalaran rak ono liyo. Kata temanku seperti itu. Well, tak ada ruginya menjadi kekasih Reihan. Dia tampan, tubuhnya tinggi tegap dan atletis, dengan hidung mancung dan juga kulitnya yang putih menjadi daya tarik sendiri baginya. Reihan juga memiliki darah Arabian dan Turki. Sebelas dua belas jika dibandingkan dengan abangku. Tingkat kereseannya pun tak jauh berbeda. Sepertinya aku memang dilahirkan untuk mendampingi para lelaki yang memiliki keresean tingkat Dewa.
"Hai sayang..." Suara lelaki yang sedari tadi kutunggu akhirnya muncul juga. Aku terdiam. Aku mengerucutkan mulutku.
"Uh... baby bala balaku ngambek. Cini cini aku tium." Cibir Reihan yang membuatku semakin sebal.
Cup.
Terdengar suara kecupan dari laptopku. Aih, sungguh kasihan pacar tampanku ini. Dia terlihat seperti orang gila sekarang. Memperagakan mencium tapi dengan udara. Inilah resiko LDR. Aku masih terdiam. Mencoba menahan tawaku. Reihan selalu bisa membuat rasa kesalku menguap begitu saja.
"Maaf sayang, aku tadi sibuk. Cari - cari dosenku yang nggak jelas. Hah, makin lama deh lulusnya. Terus kapan ngelamar kamunya." Ocehnya padaku. Aku masih terdiam, menatapnya dengan menopang daguku.
"Udah dong yang, jangan ngambek terus. Kangen tau." Ucapnya sedih.
"Kamu jadi pulang minggu depan?" Tanyaku pada Reihan. Dia menggeleng perlahan. Aku menghela nafasku.
"Kenapa lagi? Kamu mah gitu, janjinya pulang, tapi gagal terus." Ucapku kesal.
"Maaf sayang. Aku nggak tahu kalo minggu depan ada acara dikampus. Sabar ya, aku pasti pulang ko." Katanya menenangkan ku. Aku menghela nafasku kembali. Reihan selalu seperti itu. Sudah beberapa bulan kami tak bertemu. Dia sangat sibuk untuk menyelesaikan thesisnya. Kami sama - sama sedang berjuang untuk menyelesaikan study kami masing - masing. Mataku mulai berkabur karena air bening yang bergumul dikedua pelupuk mataku.
"Terserah." Kataku pasrah. Tak terasa air mataku menetes.
"Sayang jangan nangis dong. Aku minta maaf." Ucap Reihan berulang - ulang seperti kaset yang rusak.
"Aku kangen." Ucapku sambil terisak. Kudengar helaan nafas Reihan dari sana. Dia menyentuh laptopnya.
"Mika, aku mohon jangan nangis lagi. Aku juga kangen banget sama kamu. Kamu tau kan aku disini gimana? Aku udah gak sabar pengen nyelesain kuliah aku disini, jadi kita bisa sama - sama lagi. Sabar ya sayang. Sebentar lagi aku bakal balik lagi ke Jakarta. Kalo dalam minggu ini aku bisa ketemu dosenku, bulan depan aku pasti bisa ikut ujian thesis. Setelah itu aku pulang. Doain aku ya sayang." Jelas Reihan padaku. Aku selalu sedih setiap Reihan menjelaskan itu padaku. Ya, Reihan sudah berusaha dengan keras. Dia juga sudah mengambil program fast track agar dia bisa mempercepat pendidikannya disana. Semua dia lakukan untukku, agar dia bisa kembali ke Indonesia dengan cepat.
"Kalo aja ada bang Byan disini, aku pasti nggak akan ngerasa kesepian Rei. Kamu jauh, bang Byan juga nggak pernah pulang." Ceritaku padanya.
"Sabar ya sayang. Kamu doain aja bang Byan selalu baik - baik aja. Bang Byan masih butuh waktu buat sendiri." Timpal Reihan menenangkanku.
"Bang byan udah kaya zombie tahu Yang. Kantong matanya udah kaya mata panda. Badannya juga mulai kurus. Aku nggak tega lihatnya. Hampir sebulan ini bang byan nggak pulang kerumah." Ceritaku pada kekasihku.
"Aku kangen sama jahilnya bang byan, sama rewelnya, sama senyumnya. Bang byan yang sekarang bukan bang Byan yang dulu." Celotehku lagi.
"Kalo gitu gantian kamu yang jahilin bang byan. Buat bang byan senyum lagi." Kata Reihan. Aku menggeleng.
"Cuma kak Keiza yang bisa ngelakuin itu." Balasku.
"Aku ada informasi tentang kak Keiza." Kata Reihan yang membuatku tersenyum.
"Beneran sayang? Kamu udah dapet informasi tentang kak Keiza??" Tanyaku penasaran. Reihan tersenyum kemudian mengangguk. Inilah salah satu keberuntungan diriku menjadi kekasih seorang hacker, dia seperti seorang detektif.
"Iya sayang. Nanti aku kirim ya lewat email. Hapus tuh air matanya. Sekarang bobo ya! Udah malam. Besok kita ngobrol lagi. Gimana?" Kata Reihan sambil megerlingkan matanya padaku. Aku menatapnya dari layar laptopku. Reihan terlihat sangat lelah sekarang. Kalo aja ada pintu ajaib doraemon, aku pasti memeluknya.
"Sayang... ini udah tengah malam, aku nggak suka kamu begadang terus tiap malam." Ucap Reihan geram. Perbedaan waktu antara Indonesia dan UK ( tepatnya Jakarta - London) adalah enam jam. Hanya tengah malam seperti ini aku bisa berkomunikasi bersama kekasihku. Jika saat ini di Indonesia pukul 00.00 di London masih sore hari. Akhirnya aku mengangguk pasrah.
"Kamu baik - baik ya disana. Jangan begadang juga. Aku tunggu email kamu. Good luck my Reihan. Miss you so much." Ucapku sebelum menutup skype ku. Senyum Reihan mengembang. Senyum yang selalu sukses membuatku melayang.
"Thank you my baby Mika. Sleep tight baby. Have a nice dreams. Miss you too so much. Muuuaaach." Balas Reihan yanh membuatku terkekeh.
"Muuaaaaach..." Ciumku dari jauh.
Aku terkekeh. Itulah kekonyolan kami, saat kami berkomunikasi. Aku merasa seperti orang gila setiap mengobrol bersama Reihan dari balik layar flat ini. Tiap malam menunggu kabar pangeran tampanku, kemudian tertawa terbahak - bahak, dan menangis hanya didepan laptop. What a pity I am!
Setelah menerima email dari Reihan, aku segera mengeprintnya. Membacanya sekilas. Semua data tentang kak Keiza lengkap disini. Kedua sisi bibirku tersungging. Bang Byan pasti senang mengetahui kabar baik ini. Aku sudah tak sabar untuk memberikan beberapa lembar kertas ini pada abang tersayangku.
Setelah mematikan laptopku, aku segera menghempaskan tubuhku keranjang king size ku. Rasanya mata ini sudah seperti lampu lima watt yang hampir padam. Kututup mulutku saat aku menguap. Sebuah suara mobil membuat mataku melebar. Suara mobil yang sama seperti mobilku. Suara pintu yang mencoba dibuka pun tak luput dari pendengaranku. Dengan segera aku keluar dari kamarku untuk memastikan siapa yang datang. Itukah Abi atau abangku? Tak ada siapapun saat aku mengintip dari balik jendela. Aku hanya melihat sebuah mobil Nissan Juke berwarna putih. Senyumku mengembang. Kudengar suara pintu kaca yang terbuka, pintu yang menghubungkan ruang tengah dan kolam renang. Aku segera menghampirinya.
"Abang..." Panggilku pada abangku. Abang menghela nafasnya. Raut wajahnya terlihat kesal. Dengan takut, aku menghampirinya. Aku sentuh wajah tampan abangku yang sedikit lebam dan sisa darah disisi bibirnya. Hatiku terasa nyeri seketika.
"Abang kenapa?? Berantem ya?" Tanyaku penasaran. Abangku menangkis tanganku yang memyentuh wajahnya. Aku terkejut. Air mataku menetes.
"Abang nggak papa." Kilahnya datar. Kemudian pergi menuju kamarnya.
Aku seka air mataku. Ini bukan yang pertama kalinya bang Byan mengacuhkanku. Abangku sudah benar - benar menjadi orang asing untukku. Dengan segera aku mengambil air dingin dan juga es untuk mengompres luka diwajahnya. Tak lupa aku mengambil beberapa lembar kertas yang Reihan kirimkan untuk aku berikan pada bang Byan. Kuketuk pintu kamar abangku. Berharap Umi tak mendengar ketukanku saat ini. Aku tak ingin terjadi keributan di pagi buta ini. Terlebih Abi belum pulang dari urusan bisnisnya yang sedang oleng saat ini. Keluargaku benar - benar sedang krisis saat ini. Aku terkejut saat pintu kamar bang Byan terbuka. Bang Byan menatapku tajam tanpa senyum, aku sungguh takut saat ini.
"Masuk." Suara bang Byan menyadarkanku. Aku masuk mengekori abangku yang sedang membuka kemejanya, membuangnya sembarangan dan menghempaskan tubuhnya ke ranjang king size nya. Inilah kebiasaan buruk abangku beberapa minggu ini. Dengan bertelanjang dada dia memejamkan matanya. Aku pasti kehabisan oksigen jika yang berada dihadapanku adalah Reihan. Super Damn!
"Abang, Mika obatin dulu ya wajahnya." Kataku. Bang byan masih terdiam. Aku duduk disampingnya. Ku kompres wajahnya yang hampir dipenuhi oleh lebam dengan es yang sudah aku balut dengan handuk. Abangku masih terdiam. Dia tak bergeming sedikitpun. Apakah dia tidak merasakan sakit?
"Udah dek." Suaranya menghentikan aktivitasku. Kemudian dia duduk. Bang byan menatapku kembali. Bagaimana bisa kak Keiza tahan dengan tatapan abangku yang tajam seperti silet ini? Aku saja sudah ketar ketir dibuatnya. Ya Allah!
"Makasih ya." Ucapnya sambil tersenyum dan tak lupa mengacak acak rambutku. Aku tersenyum. Kemudian mengangguk. Tak terasa air mataku menetes kembali.
"Hey... ko nangis sih??" Ucap bang Byan kaget. Dia menyeka air mataku. "Kamu kenapa Mik? Ada apa? Ko tiba - tiba nangis gini??" Tanyanya kembali. Aku menatapnya. Lidahku serasa kelu. Aku sangat merindukan abangku saat ini. Aku langsung berhambur memeluknya. Tangisku pecah seketika. Bang Byan memelukku dengan erat. Dia mengusap usap rambutku.
"Hey, udah dong nangisnya. Kamu mau abang dimarahin umi lagi gara - gara kamu nangis kaya gini?" Tanya bang Byan. Aku masih terisak didekapan dada bidangnya. Aroma wangi tubuh bang Byan sedikit menenangkanku. Abi, bang Byan dan Reihan mempunyai aroma tubuh yang selalu bisa membuatku nyaman dan rileks saat mereka memelukku. Bang Byan melepas pelukannya. Kemudian menyeka air mataku.
"Gih tidur sana udah malam." Suruh bang Byan padaku. Aku menggeleng.
"Mika masih kangen sama abang." Kataku yang membuatnya mengerutkan dahinya. Dia menatapku kembali. Mataku memanas.
"Mika kangen sama jahilnya abang, sama senyumnya abang. Mika kangen sama abang Mika." Ucapku dengan air mata yang menetes kembali. Bang Byan kembali menyeka air mataku namun air mataku sepertinya sudah tak bisa dibendung lagi.
"Abang juga kangen sama Mika. Kangen banget." Ucap bang Byan sambil mengacak acak rambutku.
"Sampai kapan abang kayak gini?? Mika yakin kak Keiza pasti sedih lihat abang kayak gini. Kembaliin abang Mika yang dulu. Abang mika yang jahil dan juga selalu menebar senyum mautnya." Pintaku. Bang Byan tersenyum.
"Ini abang Mika. Masih ganteng kan??" Kata bang Byan sambil menarik hidung mancungku. Rasanya sakit, tapi aku menahannya.
"Ganteng tapi nggak seganteng dulu." Cibirku padanya. Abangku terkekeh. Oh ya Allah, bisakah Engkau mengembalikan tawa dan candanya yang manis ini?? Aku mohon.
"Mau kaya gimana juga abang bakalan tetep ganteng. Orang ganteng dari lahir mah nggak bakalan luntur kegantengannya." Balas bang Byan dengan over confident nya. Aku tersenyum.
"Kalo kayak gini, abang Mika tambah ganteng." Seruku padanya.
"Cius?? Mi apah??" Tanyanya alay. Aku terkekeh.
"Mie oleng..." Timpalku tak kalah alay. Aku dan abangku tertawa membahana. Kemudian bang Byan memelukku.
"Abang, Mika punya sesuatu buat abang." Kataku yang membuat abangku melonggarkan pelukan eratnya. Dengan segera aku mengambil beberapa lembar kertas yang tadi kubawa. Bang byan mengerutkan dahinya.
"Biodata kak Keiza." Ucapku singkat sambil menyerahkan beberapa lembaran kertas pada abangku. Dengan segera abangku mengambilnya. Dia membacanya dengan seksama. Kedua sisi bibirnya tersungging. Aku tersenyum. Berharap informasi itu bisa mengembalikan abangku seperti yang dulu.
"Dapat dari mana kamu dek?" Tanyanya penasaran sambil membaca.
"Dari Reihan." Jawabku singkat yang mampu membuat bang Byan menoleh padaku.
"Reihan? Pacar kamu??" Tanyanya kembali. Aku mengangguk.
"Ko bisa? Bukannya dia di luar negeri? Dia bukan agen secret service kan??" Tanyanya kembali. Aku terkekeh.
"Bisa lah. Jangankan jebol situs internet, Reihan juga orang pertama yang jebol pertahanan hati aku." Cicitku yang sukses membuat abangku tertawa.
"Aseeek... cem hacker ye??" Cibirnya padaku. Aku tersenyum dan mengangguk.
"Abang bisa ngobrol sama Reihan? Abang pengen ngucapin terima kasih sama Reihan sekaligus pengen kenalan sama laki - laki yang sukses menjebol pertahanan hati adek abang yang cantik ini. Boleh?" Kata bang Byan. Aku mengangguk. Bang Byan mengacak acak rambutku.
"Makasih ya dek." Ucap bang Byan padaku. Kemudian memelukku kembali.
"Sama - sama abang." Balasku. Setelah bang Byan melepas pelukannya. Aku pun pamit untuk keluar dari kamarnya.
"Ya udah, Mika keluar dulu ya. Ngantuk. Nanti Mika atur biar bisa ngobrol sama Reihan. Good night abang. Have a nice dreams." Pamitku sebelum beranjak dari kamar abangku. Bang Byan mengangguk.
"Night too my lil sist." Balas bang Byan.
Kututup pintu kamar abangku. Aku sangat senang malam ini. Setidaknya aku bisa melepas rindu dengan abang tersayangku. Saat aku berbalik, aku terkejut. Aku melihat Umi berjalan menuju kamarnya. Aku menghampirnya.
"Umi..." Panggilku lirih. Umi tersenyum. Senyum yang membuatku sedih.
"Makasih ya sayang, sudah bikin abang kamu ketawa lagi." Ucap Umi padaku. Aku mengangguk. Umi memelukku. Mataku memanas kembali.
"Mika boleh nemenin Umi tidur malam ini?" Tanyaku padanya. Umi mengangguk.
Umi merangkulku dan berjalan beriringan masuk kekamar Umi. Aku tahu apa yang dirasakan Umi. Baik Umi maupun bang Byan, mereka sama - sama tersiksa. Ego mereka sama - sama keras. Aku memposisikan diriku berada ditengah - tengah saat ini. Seperti yang sedang Abi lakukan. Aku yakin dalam diam dan tenangnya Abi, Abi pasti sudah merencanakan sesuatu untuk menghentikan ketegangan keluarga kecilnya. Ditengah usaha kerasnya Abi untuk membuat krisis perusahaan eyang menjadi stabil kembali, aku tahu Abi tak mungkin membiarkan keluarganya hancur juga. Umi memelukku dalam tidurnya. Setetes air mata Umi membuat hatiku serasa teremas. Semoga semua bisa kembali seperti semula.
***
Kyaaaaa...
Kita coffee break dulu ya my beloved readers. Mana nih suara penggemarnya bang byan???
Dulu ada yang minta cerita Mika, aku bawain nih POV Mika ditengah - tengah kegalauan bang Byan dan Keiza. Semoga nggak gagal ye POV Mika nya.
Please give your vote and comment. Thank you All. Lope you.
See ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top