The 5th Shoot: Praduga
[Ada tambahan di chapter ini. Jadi buat yang udah baca sebelumnya, silakan aja scroll down^^]
*
Aku kian tak paham. Min Yoongi memakai seragam sekolah yang serupa dengan yang kukenakan, kendati presensinya di sekolah sama sekali tak pernah kutemui. Pria itu terlalu misterius. Kehadirannya membuatku ditempa heran.
Mengingat kuriositasku kian membludak, maka kuputuskan untuk melontarkan semua tanya padanya hari ini. Pukul empat lebih dan aku sudah duduk manis di halte; menunggu Yoongi, bukan bus. Waktu terus berlari, sehingga menit berhasil berevolusi menjadi jam. Tetapi, untuk tiga puluh menit menanti, pria berkruk itu tak kunjung menampakkan diri.
Bertanyalah aku, ke mana lagi pria itu?
Seiring dengan mentari yang turun perlahan merengkuh bumi, lembayung lantas menyemburat di cakrawala. Tak peduli bahwa ini sudah senja, aku masih menatap hampa; masa bodoh dengan beberapa bus yang kubiarkan berlalu. Toh, masih ada si Hoseok yang bisa kuandalkan untuk mengantar pulang.
Mengingat yang kuyakini Min Yoongi tak akan datang, maka kuputuskan untuk beranjak. Namun, baru saja niatku terkumpul, sebuah suara dari arah samping mendadak menginterupsi; membuatku stagnan.
"Jung Arina, ya?"
Sesosok pria jangkung bertopi hitam serta jaket bomber senada tahu-tahu sudah berdiri di sampingku; membuatku menengadah. Aku mengerjap-ngerjap. Kendati ditutupi masker berwarna senada, tetapi aku merasa bahwa wajah yang bersembunyi di baliknya begitu tak asing.
"I-iya ...?"
"Boleh aku duduk?"
Oh, gosh, padahal tidak perlu izin dulu begitu, 'kan? Selagi merutuk dalam hati, kuanggukkan kepala bersama seuntai senyum yang tersemat. Aku sempat mengernyit, sebab suara rendah nan dinginnya terdengar familier. Tetapi tatkala dia mendaratkan bokongnya, kutepis jauh-jauh asumsi liar yang berkelebat itu.
"Sebentar lagi naik kelas tiga, ya?"
Keningku berkerut. "Um ... ya?"
Dia masih bernotabene sebagai orang asing, tetapi pertanyaan itu meluncur dari bibirnya tanpa basa-basi; seolah sudah tahu betul hal-hal yang berkaitan denganku. Dan sensasi bingung kian berkemelut tatkala dia menambahkan, "Kau harus belajar dengan giat, oke? Oh, dan yang terpenting, jaga kesehatanmu. Jangan sampai jatuh sakit. Karena jika sakit, kau bahkan akan sulit untuk menyongsong masa depan."
"B-benar, tetapi-"
"Selagi tubuhmu bugar, jangan pernah putus asa dan tetap semangat dengan apa yang kau cita-citakan," potongnya secepat kilat sembari memokuskan atensi pada jalanan sana; tak memedulikan bahwa gadis di sampingnya ini ingin bicara. "Ah, kau memang beruntung. Kau masih bisa menjalani hari tanpa hambatan. Berjanjilah untuk selalu menjaga keberuntungan itu, ya?"
Serius, sebenarnya dia ini siapa?
Menghela napas, memincingkan mata, aku menimpali hati-hati, "M-maaf, tapi ... Anda siapa? Kenapa Anda tahu nama saya dan status sekolah saya?"
Tak ada jawaban.
Keheningan mengambil alih untuk sejemang waktu; kami sama-sama bungkam. Tetapi, sungguh, rasa penasaranku mulai bergejolak. Aku menunggunya membuka mulut, dan lagi-lagi hanya diamnya yang kudapat.
"Tuan, maaf telah lancang mengatakan ini," Aku mulai mencairkan suasana sementara dia masih menatap lurus. "tetapi ... kita bahkan tidak saling mengenal. M-mengapa anda bisa tahu betul hal-hal detil tentang-"
"Tentangmu? Oh, tentu saja."
Betapa terperanjatnya aku tatkala pria itu menoleh. Matanya itu menyorot milikku tajam. Namun yang lebih membuatku stagnan adalah pada saat ia melepaskan maskernya; pahatan wajah amat familier tertangkap retina.
Mataku membelalak tak percaya. "K-kau ... Min Yoongi?"
***
"Jadi anda kakaknya? Astaga, wajah kalian benar-benar mirip, sih."
Kakaknya Yoongi-atau kalian dapat memanggilnya Min Wonwoo-terkekeh. Demi Tuhan, wajah mereka berdua mirip sekali. Mata, alis, hidung: serupa. Hanya saja, gigi Yoongi kecil dan bergusi sedangkan kakaknya tidak. Mungkin itu satu-satunya hal yang menjadi pembeda.
"Kami hanya beda dua tahun, kok," jelasnya. "Mungkin kemiripan ini kebetulan saja."
Aku mengangguk selagi terkekeh. Namun, sesuatu nan krusial tiba-tiba menyentil memori, lantas terlontarlah satu pertanyaan dari belah bibirku secara tergesa, "Um tetapi, kenapa kakak menemuiku dan berbicara seperti itu? Maksudku ... apakah itu-"
"Ya," potongnya. Kak Wonwoo langsung paham akan maksud yang kuutarakan sekali pun dia tak mendengar kalimatku secara utuh. "Yoongi menyuruhku untuk menyampaikan pesan itu padamu."
"Kenapa bukan dia sendiri yang mengatakannya, Kak?"
Hening sejemang, sebelum Kak Wonwoo tiba-tiba terkekeh yang sontak membuatku agak terperanjat, "Dia memang tipikal pria yang tertutup, kalau bisa dibilang. Jadi mengatakan beberapa kalimat saja seperti ujian paling berat untuknya. Poin utamanya, sih, dia tak punya cukup nyali saja untuk mengatakannya langsung padamu. Adikku memang begitu."
Well, yeah. Seolah menular, kikikan renyah ikut kuudarakan juga di detik berikutnya. Sebab, ya, kalau dipikir kembali, Min Yoongi memang begitu. Irit bicara, malas beraktivitas yang menguras tenaga berlebih, dan ... misterius. Entah darimana ia mendapatkan sifat semacam itu. Yang jelas, dilihat dari cara kakaknya bertutur, perbedaannya benar-benar kentara. Sangat.
Ah, bukankah sudah kubilang bahwa Yoongi benar-benar unik?
"Kau merindukannya, ya?"
Eh? Apa?
Refleks aku mengerjap-ngerjap tak percaya. Dan entah dari mana asalnya, sensasi hangat mulai merangkak; membuat rona semu merah tersemat di kedua pipi. Aku sebenarnya ingin mengelak, tetapi hati yang berdegup tak karuan ini sama sekali tak dapat diajak kompromi. Jadi, tolong ingatkan aku untuk merutuki diri sendiri setelah ini, oke?
"T-tidak begitu, kok. A-aku hanya-"
"Dia orang primitif, jadi wajar jika tidak bisa dihubungi lewat ponsel," potong Kak Wonwoo tiba-tiba yang sukses membuatku tergoda untuk bunuh diri saat itu juga-serius, aku gelagapan! Alhasil aku hanya mampu mengusak tengkuk kikuk begitu tangannya mengulurkan secarik kertas bertuliskan tinta hitam seraya menyambung ucap, "Besok Yoongi sudah ada di rumah. Aku yakin dia akan sangat senang jika kau menemuinya. Lagi pula pasti banyak yang ingin kau tanyakan, bukan?"
Serius, ini mimpi, 'kan?
***
Note; Serius, makasih banyak buat yang udah nunggu (siapapun itu) dan ngingetin aku buat update ini. Karena jujur, aku juga kangen Yoongi;(
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top