Bab I Hati Yang Menangis
Berakhir sudah acara perpisahan ini. Namaku Rika Rosalia berumur 15 tahun. Hari ini adalah hari terakhir kami bertatap muka, berbagi canda dan tawa di setiap waktunya. Sampai -sampai tidak terasa jika tiga hari tiga malam telah berlalu.
Di tengah perjalanan pulang sekitar pukul 19.30 WIB , kami berhenti disuatu rumah makan. Rumah makan ini sudah dikhususkan untuk acara perpisahan. Jadi tatanan didalamnya seperti acara prasmanan. Di sana kami bisa memilih hidangan mana yang disukai.
"Nana ayo kita ambil paha ayam itu, sepertinya lezat." kataku dengan nada berbisik.
"Kamu tahu saja disana ada paha ayam." jawab Nana kepadaku dengan nada malu. Kami berdua sama - sama menyukai paha ayam, seperti film upin dan ipin. Selalu lahap jika menemukan makanan yang satu ini.
Setelah selesai makan kami diberi waktu sekitar 10 menit untuk membeli oleh-oleh yang ada di sebelah rumah makan. Di sana aku membeli sebungkus keripik paru - paru kesukaan ibu. Ibuku bernama Rika Larasati biasa dipanggil ibu Laras. Ayahku bernama Farhan Ramansyah. Kubelikan sebungkus keripik nangka, karena di saat kami berlibur selalu ada keripik ini. Sedangkan sahabatku Nana, ia membeli sepasang souvenir cantik berupa gantungan tas.
"Wah ... Cantiknya!" Kata sahabatku Nana. "Rika karena ini sepasang jadi akan ku berikan satu untukmu, sebagai tanda jika kita sahabat bagai kepompong." Kata Nana penuh percaya diri.
"Oh Nana terimakasih kamu telah mempercayai aku sebagai sahabat yang terbaik, aku akan merawatnya dengan penuh kasih sayang!" Sahutku terharu mendengar ucapan Nana. Perbincangan kami terputus karena waktu telah habis. Kami pun segera kembali menaiki bus.
Malam yang panjang, tidak ada satupun suara murid yang bersuara. Hanya lalu lalang kendaraan disekitar bus. Serta klakson kendaraan yang menghiburku. Aku duduk ditemani tas ransel bewarna hitam pemberian ayah disampingku. Sungguh tidak mengasyikkan.
"hufftz ini salah air AC yang menetes, kan aku jadi duduk sendirian tepat dibelakang supir bus!" Gumamku dalam hati. "Seandainya air itu tidak menetes aku pasti duduk bersebelahan dengan sahabatku, Nana!" Terus mengoceh dalam hati.
Sembari memudarkan kepiluan dalam hati, kuputar musik di handpone ku pelan. Indah Cintaku yang divokaliskan oleh Vanessa Angel feat Nicky Tirta, oh sungguh lagu yang aku idamkan. Aku selalu mendambakan seorang pria seperti yang ada dilirik lagu ini. Tidak memandang cantiknya wajah melainkan mencintai tanpa memandang suatu kekurangan.
Tiba-tiba lagu yang kuputar berhenti, pertanda ada telepon masuk.
"Assalamu'alaikum, Rika." Kata ayahku ditelepon.
"Wa'alaikum salam. Ada apa yah?" Sahutku lemas.
"ini ibu mau bicara sama Rika!" Jawab ayahku sambil menyulurkan handpone kepada ibu. " Rika sudah makan? nanti kira-kira sampai pukul berapa?" Tanya ibu kepadaku dengan nada seperti menahan tangis.
"Rika sudah makan bu, nanti sekitar pukul 21.30 WIB jangan lupa jemput Rika, ya!" Sahutku menghiraukan nada ibu, karena kegembiraan telah menyelimutiku dan sebentar lagi aku akan disambut kedua orang tuaku. "Rika sudah nggak sabar bu, berjumpa dengan kalian setelah sekian lamanya!" Ucapku gembira. Bagiku tiga hari tiga malam bagaikan satu tahun lamanya tidak berjumpa.
"Iya ... Iya Rika, nanti kalau hampir sampai kesekolah telepon ibu lagi ya!" Sahut ibuku dengan nada seadanya. "Sudah dulu ya ... Assalamu'alaikum." Ucap ibu dan langsung mematikan teleponnya.
"Yah belum selesai aku jawab sudah dimatikan teleponya. Mungkin ibu kelelahan?" Kataku berfikir positif.
***
Setelah sekian lamanya menunggu dalam keheningan malam, satu-persatu temanku terbangun dari tidurnya.
"Rek... ini sudah jam berapa?" Tanya temanku yang terjaga dari tidurnya.
"Sudah pukul 21.00 WIB, sebentar lagi kita akan sampai" Sahutku pelan.
Akhirnya perjalanan pulang hampir tiba di lokasi lingkungan sekolah. Rasa senang ku mulai pecah, hampir tidak bisa kukendalikan. Begitu pula dengan temanku. Kami mempersiapkan barang bawaan yang akan di bawa pulang. Tidak lupa pula guru memerintahkan kepada kami untuk menghubungi keluarga dirumah.
"Oh iya ... Hampir saja aku lupa menghubungi mereka!" Kataku dengan nada gembira. "Ayah Rika sudah sampai di perempatan Pasar Mlati" Kataku dengan penuh semangat.
"Iya ayah tunggu Rika di depan lingkungan sekolah, dekat dengan jalan raya ya!" Sahut ayahku.
Ketika tiba di lokasi, aku menuruni anak tangga bus secara perlahan. Kulihat sekitar area penuh dengan para wali yang menjemput anaknya. Ada yang menaiki sepeda mini, honda bahkan mobil. Akan tetapi aku tidak melihat kedua orang tuaku. Padahal teman-temanku yang lainnya sudah berada dipelukan orang tua mereka masing-masing.
"Kenapa cuma Rika yang tidak melihat keberadaan ayah dan ibu?" Ucapku penasaran.
"Rika ... Aku pulang duluan ya, bye ..." Teriak Nana sambil melaju.
"Iya Na... Hati-hati di jalan" Sahutku sambil melambaikan tangan.
Tiba-tiba klakson mobil dari arah belakang berbunyi. Membuatku kaget dan penasaran. "Tit...tittt Rika ayo" ujar ayahku dari dalam mobil dengan senyuman di wajahnya.
"Ayah... Yeaayy" Sahutku dengan nada senang yang tidak bisa dibendung. Kubuka pintu mobil bagian depan dan kulirik tempat duduk bagian belakang mobil.
"Ibu mana yah? Kok tidak ikut menjemput kepulangan Rika?" Tanyaku kepada ayah penasaran.
"Ayah tidak tahu ibu pergi keman! Disuruh jangan berangkat dulu, malah nggak dengerin" Sahut ayah kepadaku dengan nada pelan. Tiba-tiba...
"Yah... Itu ibu, itu ibu di pinggir jalan raya!" Ucapku mengejutkan ayah. Ibuku mengendarai sepeda mini yang telah terparkir di pinggir jalan dengan mengenakan pakaian seadanya. Pakaian ala rumah tangga. Berdiri dalam dinginnya malam tanpa mengenakan jaket sedang mencariku.
"Sudah biarkan saja" Kata ayahku cuek. Menghiraukan keberadaan ibu di pinggir jalan.
Aku terdiam mendengar ucapan ayah, yang seketika berkata seperti itu. Hatiku gelisah, pikiranku melayang kemana-mana. Penuh pertanyaan dalam benakku. Apa yang telah terjadi selama aku tidak ada dirumah? Kenapa ibu tidak melihat ke arah mobil yang kunaiki. Seakan ia tidak mengetahui jika ada mobil yang melaju di depannya?
"Kenapa... Kenapa?" Kataku dalam hati yang menggerutu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top