第一章
第一章
[Chapter 1]
◆◇◆◇◆◇◆◇
*bugh! brak!!
"Keluar dari sini, dasar anak tidak diutung!"
Kami tidak perlu anak sepertimu!! Dasar beban!! Pergi kau dari sini! Menyesal aku pernah setuju membelimu!!"
Seorang pria tua menendang keluar seorang gadis 4 tahun yang tampilannya sangat memprihatinkan. Rambut putih keperakan-nya berantakan dan banyak luka lebam bahkan ada yang hingga berdarah di tubuh gadis kecil malang itu.
*hiks ... hiks ... hiks ...
Dengan berjalan tertatih-tatih, ia menjauh dari bangunan yang dulunya adalah rumahnya dan berakhir di sebuah desa yang cukup asri dan ramai.
Gadis kecil itu berteduh di sebuah toko lama yang sudah tidak pernah dibuka dan duduk terdiam di tengah hiruk pikuk desa.
"Hm? Ara ara ... Konnichiwa Ojou-chan, kenapa kau sendiri di sini? Kemana orang tuamu?"
Gadis kecil itu melihat ke arah orang yang bertanya padanya dan yang pertama kali ia lihat adalah mata yang tulus dari orang yang di hadapannya.
Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya pelan karena ia dari awal tidak pernah menganggap orang yang merawatnya sebagai orang tuanya karena ia selalu saja disiksa dan dimarahi bahkan ketika dia tidak melaukan apa pun.
"Kalau begitu apakah kau punya nama?"
Gadis kecil itu lagi-lagi menggeleng pelan karena jujur saja ia tidak pernah di beri nama oleh orang yang merawatnya. Jangankan memberi nama, mengurusnya saja enggan jadi ia tidak akan berharap diberi nama oleh orang yang merawatnya.
"Jaa ... Apa kau mau ikut bersama Nee-san?" tanya gadis itu dengan nada ramah dan terkesan hangat.
"Nee-san, aku sudah membeli bahan makanan. Hm? Dia siapa?" tiba-tiba ada gadis lainnya yang nampak lebih tua 1 atau 2 tahun dengan gadis kecil itu datang membawa keranjang belanjaan.
"Awalnya Nee-san rasa dia tersesat. Tapi sepertinya dia baru saja di buang oleh keluarganya." jawab gadis yang dipanggil kakak itu. Jika melihat sorot matanya, ia sangat ingin membawa gadis kecil itu ke rumahnya.
"Kita bawa saja ke rumah, Tou-san dan Kaa-san pasti ingin merawatnya." jawab gadis yang lainnya.
"Aku juga sempat berpikir demikian Shinobu. Nee ... apa kau mau ikut dengan kami?" tanya gadis yang paling besar.
"Apa aku akan dapat kasih sayang dan tempat untuk pulang?" pertanyaan yang tidak terduga keluar dari gadis yang bahkan belum genap 5 tahun membuat kedua gadis yang menghampirinya terkejut untuk sesaat sebelum keduanya tersenyum hangat kepada gadis kecil itu.
"Tentu saja kau akan mendapatkannya, Ojou-chan. Ayo pulang ke rumah barumu." kedua gadis itu mengulurkan tangannya dan gadis kecil itu menyambutnya dengan perasaan lega.
Ketiga gadis itu berjalan pulang dengan bergandengan tangan hingga tak terasa sampai di sebuah rumah yang tampak sederhana.
"Tadaima, Kaa-san." ucap kedua gadis itu.
"Okaeri Kanae-chan, Shinobu-chan. Ara ... Siapa gadis manis ini?" tanya wanita yang sedang membersihkan rumah. Wanita itu mengelap tangannya dan berjongkok di hadapan gadis kecil yang dibawa kedua anaknya.
'Mata itu, sepertinya aku mengenalnya. Seperti mata Hana-chan ... Hah ... Mungkin akan aku pastikan dulu dengan Yuoko-kun nanti.' wanita itu tersenyum hangat kepada gadis kecil itu.
"Kami menemukan nya di desa Kaa-san, sepertinya dia telah dibuang keluarganya dan tersesat di desa." jawab gadis yang dipanggil Kanae, Kochou Kanae(8), dengan tatapan mata yang ingin menangis.
"Kalau begitu ... Shinobu-chan bisa tolong siapkan air mandi untuknya dan Kanae-chan tolong carikan kimono yang kira-kira sesuai untuknya." kata wanita yang dipanggil ibu oleh Kanae, Kochou Yuki(38).
"Ha'i, Kaa-san." jawab kedua kakak beradik itu dengan kompak. Gadis kecil itu diperlakukan seperti bagian dari anggota keluarga itu. Mulai dibersihkan badannya, diberikan pakaian yang layak, dan juga makanan.
"Arigatou gozaimasu ..." ucap gadis kecil itu setelah diperlakukan baik oleh keluarga itu.
"Nee ... Kaa-san, apa kita bisa mengadopsinya?" tanya Kanae dengan penuh harap kepada Yuki.
"Tentu saja kita akan mengadopsinya, Kanae-chan." atensi mereka beralih ke seorang pria yang nampaknya baru saja pulang bekerja.
"Tou-san, okaeri." kata Kanae dan Sang adik, Koucho Shinobu(5), saat melihat pria yang baru saja masuk ke dalam kediaman yaitu sang ayah, Kochou Yuoko(38).
"Tadaima, Kanae-chan, Shinobu-chan. Tou-san sudah mendengarnya tadi dari kisatsutai dan kita akan mengangkatnya sebagai bungsu keluarga ini, bagaimana?" kata Yuoko ramah dan ia memberikan beberapa kertas yang berisi nama.
"Ide bagus, Tou-san!" kata Shinobu melompat ke pelukan sang ayah dengan tawanya.
"Karena kau belum memiliki nama, ini ada daftar nama dan marga yang boleh kamu pilih. Jika kau ingin marga yang sama seperti kami, boleh tapi jika kau ingin marga yang berbeda, itu tidak masalah. Ayo pilih." lanjut Yuoko dengan nada tenang, dan untuk sesaat ia melihat sebuah kalung yang melekat pada gadis kecil itu.
'Bukankah itu kalung milik Riki-kun? Kenapa ada dengan gadis ini?' heran Yuoko tanpa memperlihatkan wajah curiganya sama sekali.
Gadis kecil itu melihat kartu-kartu di hadapannya dan memilih dua kartu yang menurutnya bagus yaitu "Kuroichi" dan "Shiroi".
"Pilihan yang bagus dan sekarang namamu adalah Kuroichi Shiroi, bungsu keluarga kami." gadis kecil itu tersenyum lebar dan kini resmi ia menjadi bagian dari keluarga Kochou dengan nama Kuroichi Shiroi.
"Selamat datang, Shiroi-chan." ucap seluruh keluarga dengan perasaan tulus.
"Tadaima, minna." untuk pertama kalinya, Shiroi akhirnya tersenyum tulus dan senyuman itu akan terus bertahan hingga kapan pun.
Malamnya, Yuoko sedang termenung di teras belakang rumah seusai menidurkan ketiga purtinya.
"Yuoko-kun, apa kau sedang mencurigai putri bungsu kita?" Yuki yang tiba-tiba saja hadir disekitarnya tentu menghancurkan lamunan Yuoko.
"Anak itu, dia memiliki kalung dimensi kesayangan Riki-kun. Padahal tidak ada yang bisa membuatnya jauh dari kalung itu." kata Yuoko meminum teh yang dibawakan oleh Yuki.
"Matanya sama seperti Hana-chan, apakah mungkin dia adalah anak mereka?" Yuoko terdiam beberapa saat sebelum ia menjawab pertanyaan sang istri.
"Aku sudah menyelidiki ini semenjak gagak milik Riki-kun mengatakan jika ia akan menitipkan anaknya lewat perantara kisatsutai. Seharusnya kita sudah menerimanya beberapa menit setelah gagak itu sampai, tapi hingga kini..." Yuoko menggantungkan kalimatnya dan menyesap teh hingga tandas.
"Apakah Riki-san menyebutkan ciri-ciri anaknya?" tanya Yuki penasaran.
"Katanya, mata kanan anak itu akan berubah menjadi putih jika ia sudah mengetahui potensinya dan memiliki darah yang disukai oleh oni." jawab Yuoko menatap langit malam yang sedang menampilkan bulan sabit yang indah dan hening menghampiri mereka untuk beberapa saat.
"Yah ... mau dia anak Riki-kun atau bukan, mari kita merawatnya dengan sepenuh hati karena dia adalah anak kita." Yuki tersenyum kepada suaminya dan keduanya pun masuk kembali ke dalam rumah untuk istirahat.
2 tahun pun berlalu dan Shiroi baru saja pulang dari danau belakang rumah seusai memancing. Dilihat dari barang yang ia bawa, Shiroi mendapatkan banyak sekali ikan dan juga ada beberapa tanaman herbal.
"Kaa-san, Nee-san, tadaima." ucap Shiroi(6) saat masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang karena ia harus langsung membawa barang bawaannya ke dapur yang ada di belakang rumah.
"Ara ... Shiroi-chan, okaeri. Kau menangkap banyak sekali hari ini." kata Yuki(40) yang ternyata sedang memasak bersama Kanae(10).
"Tentu saja, siapa dulu yang menangkapnya." kata Shiroi mengangkat ikan hasil tangkapannya tentu dengan senyuman lebar.
"Ara ara ... Kau juga memetik tanaman herbal ya. Sugoi desu ne ... Shiroi wa." ucap Kanae saat melihat tanaman herba dipunggung Shiroi.
"Kebetulan di danau itu ada banyak tanaman herbal yang tumbuh subur, jadi Shiroi petik saja. Shinobu-nee pasti senang saat melihatnya." jawab Shiroi meletakkan ikan tadi di ember yang disiapkan.
"Melihat apa?" tanya Shinobu(7) yang baru saja datang ke dapur.
"Shinobu-nee, lihat aku menemukan apa di sekitar danau." ucap Shiroi riang sembari menunjukkan berbagai tanaman herba yang ia temukan.
"Sugoi! Arigatou, Shiroi, kau memang adik terbaik." kata Shinobu merasa senang dan dia mengelus kepala Shiroi yang sepertinya baru saja terkena air.
"Hehehe ... kalau begitu Shiroi mandi dulu, bau ikan soalnya." Shiroi pun masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya dengan langkah senang karena baru saja mendapatkan pujian dari Ibu dan kedua kakaknya
"Tak terasa sudah 2 tahun berlalu, ya. Tak kusangka Shiroi tumbuh dengan baik sehat." kata Ibu saat melihat pintu kamar mandi tertutup.
"Kaa-san benar, padahal waktu itu dia begitu berantakan. Tapi kini dia sudah tumbuh dengan baik bahkan cantik walau kelakuannya sedikit mirip dengan laki-laki." timpal Shinobu membawa tanaman herbal yang dibawakan Shiroi.
Di kamar mandi, saat Shiroi sedang merendamkan diri di bak mandi, tak sengaja ia melihat pantulan dirinya di air.
"Beruntung aku bisa menyembunyikan mata putih ini dari mereka dengan kekuatanku. Aku takut jika ketahuan, mungkin saja mereka akan mengusirku." gumam Shiroi memegang mata kanannya dan beberapa saat kemudian mata itu kembali berubah dari hitam menjadi putih kemudian kembali lagi ke hitam.
"Shiroi-chan, Tou-san sudah pulang." mendengar suara Shinobu membuat Shiroi langsung bangkit dari posisinya dan mulai mengenakan pakaiannya sebelum ia berlari kecil ke tempat sang ayah.
"Tou-san, okaeri!" Shiroi langsung memeluk Youko ketika melihat batang hidungnya.
"Shiroi-chan, tadaima. Apa putri ayah sudah makan? Tou-san dengar dari Kaa-san kalau kau memancing lagi di danau belakang." kata Youko menangkap si bungsu agar tidak terjatuh.
"Belum, tapi tadi Shiroi sudah makan bekal dari Kaa-san." jawab Shiroi dengan antusias.
"Kebetulan ikan tadi sudah Kaa-san masak, bagaimana kalau kita makan malam?" kata Yuki datang dari dapur.
"Ikou, Tou-san, Nee-san tachi." Shiroi langsung menarik kedua kakaknya dan sang ayah ke ruang makan.
Keluarga Kochou menghabiskan malam itu dengan rutinitas mereka seperti biasanya. Tapi mereka tidak tahu, jika malam yang tenang itu akan berubah menjadi malam yang mencekam bagi keluarga mereka.
Di tengah suasana damai malam, tiba-tiba saja pintu kamar mereka ditendang oleh sesosok makhluk dengan mata merah menyala, suara erangan yang mengerikan, dan penampilan mereka yang tidak bisa disebut lagi sebagai manusia.
"Oni da! Kanae, bawa adik-adikmu sembunyi! Yuki lindungi mereka!" Yuoko sebagai kepala keluarga langsung maju ke hadapan oni yang menerobos keamanan rumah mereka dengan mudah.
Dengan berbekal katana pemberian sahabatnya, Yuoko maju untuk menghalangi oni agar tidak menyentuh anak-anak dan istrinya.
"Kanae-chan, cepat sembunyi di kamar Shiroi-chan. Biar Kaa-san dan Tou-san yang akan menghalangi oni agar tidak mencapai kalian. Saling jaga satu sama lain, oke? Kaa-san menyayangi kalian." kata Yuki sebelum ikut bergabung dengan Yuoko yang sudah berhadapan terlebih dahulu.
"Nee-san, apa kita akan baik-baik saja? Oni tadi terlihat kuat." tanya Shinobu dengan perasaan takut yang belum pernah ia rasakan.
"Daijoubu, kita akan kembali berkumpul berlima seperti dulu. Lebih baik kita ke kamar Shiroi-chan, dia pasti takut sendirian—" belum juga berjalan, keduanya dikejutkan dengan Yuoko dan Yuki yang terlempar ke arah mereka dengan kondisi sudah tidak bernyawa.
"TOU-SAN! KAA-SAN!" mendengar suara teriakan sang kakak, Shiroi yang sedang bermeditasi langsung melesat ke asal suara dan ia terkejut dengan apa yang ia saksikan.
Kedua orang tuanya tewas dengan kondisi yang mengenaskan dan kedua kakaknya sedang terpojok dengan tatapan syok.
"Jangan ganggu keluargaku, kuso oni!" tekanan di sekitar mereka menjadi berat, bersamaan dengan rambut Shiroi perlahan berubah menjadi seputih salju dan kalung yang tidak pernah lepas darinya mengeluarkan sebuah katana.
*sring
"Argh! Kisatsutai, ah iie hanya gadis kecil biasa." kata oni itu saat Shiroi berhasil menebas tangannya hingga terputus.
"Berani sekali kau mengganggu keluargaku, kuso oni! Bahkan ... bahkan kau membunuh kedua orang tuaku!" Shiroi maju ke depan kedua kakaknya yang terpojok.
Kedua matanya berubah menjadi putih seperti mutiara dan rambutnya memanjang seiring warna putihnya mengeluarkan cahaya terang selayakya matahari.
"Argh! Kau ... kau pasti yang katanya keturunan terhormat yang terpilih—" belum juga oni itu menyelesaikan kalimatnya, oni itu merasakan jika ia sedang jatuh dan seolah menggelinding.
*sring
Kepala oni itu terpenggal dan berubah menjadi abu kemudian menghilang, tanpa meninggalkan bekas sedikitpun.
"Tidak ada yang boleh menyentuh kedua kakakku." kata Shiroi dengan datar dan sesaat kemudian ia pingsan dengan penampilannya yang sudah kembali seperti semula.
"Shiroi-chan!" seru kedua kakaknya saat melihat Shiroi hendak mencium lantai.
Shinobu mengecek keadaan Shiroi dan bersyukur jika dia hanya pingsan, tidak ada luka satupun di tubuhnya. Tak lama berselang, seorang pria dengan tubuh besar datang ke kediaman mereka.
"Ojou-chan, daijoubu desuka? Apakah ada yang terluka?" tanya pria itu kepada ketiga gadis, atau mungkin dua gadis karena Shiroi sedang pingsan.
"Ha'i, watashitachi daijoubu desu." jawab Kanae dengan nada biasanya walau wajahnya masih terlohat syok.
"Jika boleh tahu di mana oni yang menyerang kalian?" tanya pria itu lagi.
"Oni itu tiba-tiba menghilang setelah adik bungsu kami memenggal kepalanya dengan katana ini." jawab Shinobu memperlihatkan katana yang Shiroi gunakan.
"Sokka ... lalu, apakah ada korban lainnya?" Kanae dan Shinobu langsung menoleh ke arah jasad orang tua mereka terbujur kaku.
"Kochou-sama ka ... kami akan memakamkan mereka dengan layak." kata pria itu menepuk pelan kepala Kanae dan Shinobu.
"Kalian ikutlah denganku, di sini terlalu berbahaya apalagi kalian ini gadis kecil." mereka bertiga pun mengikuti pria yang diketahui bernama Himejima Gyomei(17) ke suatu tempat yang besar, markas utama kisatsutai.
"Oyakata-sama, saya ingin melaporkan misi saya." kata Gyomei saat mereka tiba di markas.
"Gyomei, bukankah kau baru saja berangkat beberapa saat yang lalu?" tanya anak sekitar usia 8 tahun yang bernama Ubuyashiki Kagaya, seorang pemimpin kisatsutai.
"Ha'i, saat saya sampai di sana oni itu telah lenyap karena gadis yang pingsan ini membunuhnya menggunakan nichirin yang mungkin dari salah satu kisatsutai." jawab Gyomei.
"Siapa nama kalian?" tanya Kagaya lembut kepada dua gadis yang terlihat seumuran dengannya.
"Kochou Kanae desu, lalu ini kedua adikku, Kochou Shinobu dan Kuroichi Shiroi." jawab Kanae mewakili kedua adiknya.
'Kuroichi? Masaka ...' Kagaya tersenyum ketika melihat Shiroi yang ada digendongan Shinobu.
"Kalian hebat bisa bertahan dan apakah kalian ingin bergabung dengan pasukan kisatsutai?" tawar Kagaya tanpa berbasa-basi.
"Tapi kami tidak berpengalaman." kata Shinobu dengan pandangan ke bawah, tidak percaya diri dan takut.
"Tidak masalah, Gyomei akan mengajari kalian. Kau sanggup?" kata Kagaya.
"Ha'i Oyakata-sama, saya akan melatih mereka." jawab Gyomei menunduk hormat.
"Kalau begitu, ikuti saja kakushi yang ada di belakang kalian. Mereka akan merawat anak yang pingsan itu dan kalian bisa istrirahat, oyasuminasai." singat cerita ketiga gadis itu pergi mengikuti kakushi yang tiba-tiba saja muncul entah darimana dan meninggalkan Gyomei berserta Kagaya.
"Anak yang bernama Kuroichi Shiroi itu mengingatkanku dengan seseorang yang pernah diceritakan oleh Okaa-sama kepadaku dulu sebelum aku bertemu dengannya 1 minggu yang lalu." kata Kagaya ketika ketiga kakak-beradik itu sudah pergi.
"Maksud Anda keturunan terhormat dari Izanagi-sama?" tebak Gyomei.
"Semoga firasat ini benar, Gyomei." Kagaya menatap langit malam dengan tatapan berharap akan masa depan yang mungkin saja indah.
***
"Anata! LIhat apa yang aku terima dari gagak Rengoku-san."
"Kochou Yuoko dan Kochou Yuki tewas, ketiga anaknya selamat dan sedang menjalani perawatan di markas bukan? Aku sudah menerima lebih dahulu dari Kagaya-sama."
"Tidak asik. Tapi aku senang jika anak kita baik-baik saja."
"Tapi dia sudah bisa memabngkitkan kekuatannya, Amaterasu atau Yang."
"Semoga saja dia bisa mengontrolmya."
⋇⋆✦⋆⋇
ℕ𝕖𝕩𝕥...
2023年12月16日(土)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top