02. Kepindahan yang Ditunggu
Sekarang yang harus aku lakukan adalah move on dan menciptakan kehidupan yang lebih baik dari hari kemarin.
-An
Pada dasarnya kenangan masa lalu itu hanya akan kita tengok bila kita sudah jauh lebih baik dari masa itu.
-Si
Jangan salahkan masa lalu mu yang buruk, sebab semua itu akan menjadi pembelajaran buat kita. Kalau kamu sudah melewati masa sulitmu itu, berarti kamu hebat. Tinggal saja membuat masa yang sekarang indah untuk menuju masa depan yang cerah.
-qotd
😍HAPPY READING YA😍
Sudah sebulah berlalu, Ayahnya tak kunjung memberikan kepastian. Anne jadi ragu, pasti Ayahnya tak memperbolehkan. Dan sekarang dia sedang berada di perpustakaan sekolah, menyendiri di situ. Sebenarnya banyak anak-anak di situ, tapi bagi Anne berada di keramaian tetaplah sepi.
Buku yang sedari tadi dia buka masih bertahan di halaman itu, pikirannya mengembara ke mana-mana. Padahal dia ke perpustakaan ingin mengerjakan tugas, bukan malah melamun dan tak melakukan apa-apa.
Akhir-akhir ini memang Anne sering melamun, entah melamun karena kepikiran apaan juga tidak tahu pastinya.
“Gimana caranya biar Ayah setuju dengan kepindahanku ya?” tanya Anne kepada dirinya sendiri.
Sampai-sampai dia mencoba mencari tahu trik membujuk Ayah agar mau menyetujui kemauan anaknya, dia mulai mengetikkan itu di pencarian Youtube. Dia mulai menonton video hasil pencariannya, mengamatinya baik-baik agar ia bisa menirukannya dan berhasil membujuk Sang Ayah.
Selepas video itu selesai, tiba-tiba ada notifikasi pesan dari seseorang. Orang yang dulu sangat dinantikan mengirim pesan kepadanya. Namun tidak dengan sekarang. Rasanya ingin segera mengblock nomornya dan membuang jauh-jauh kenangan yang pernah ada diantara dia dulu
Nomornya belum di block namun tak tersimpan saja. Namun Anne hafal betul itu nomor siapa ketika ia melihat foto profilnya.
Anne ingin membuka pesan itu,namun tangan ini tak kuasa. Sudah muak juga. Lalu tiba-tiba dari arah belakang ada yang mengagetkannya, siapa lagi kalau bukan Ditta.
“Dorrr, Hayo ngapain sendirian di sini?” ucapnya mengagetkan lalu duduk di kursi sebelah Anne dengan percaya diri tanpa rasa bersalah karna telah merusak suasana yang Anne inginkan.
Anne terlonjak, “Dit apaan sih ngagetin tau nggak, kuker lo mah untung jantung gue masih normal coba aja kalau sakit pasti udah mati tadi tuh.”
“Heh ngapain ngomong gituan sih Ne, cuma ngagetin biasa doang lho,” ucap Ditta sambil mepet-mepet ingin tahu apa yang Anne lakukan disini sendirian.
Melihat kelakuan Ditta yang selalu aneh dan nggak terduga, Anne segera memasang tatapan mengintimidasi. Padahal seharusnya yang pantas diintimidasi itu dia bukan Ditta.
"Apaan sih Dit nempel-nempel, jauhan sana, atau pergi aja sono jauh-jauh," timpal Anne yang sedikit merasa terganggu.
Tau kan Ditta orangnya kayak gimana? Pastilah dia tetep kekeh berada di situ sampai dia bisa mendapatkan informasi atau mendapatkan jawaban dari pertanyaannya tadi.
"Gue tuh cuma mau ngadem, tau-tau liat lo karna gue masih setia kawan nih jadinya gue samperin deh, ternyata malah bergalau ria disini makanya betah," cerocos Ditta menjelaskan.
Anne merasa ada yang aneh dengan Ditta, nggak mungkin ngadem harus pergi ke perpustakaan. Yang notabenya Ditta pemalas bahkan cuma hanya sekedar mampir ke perpus 5 menit aja nggak betah, beda halnya kalau untuk tugas. Ini dia barusan bilang kalau mau ngadem? Sehat nggak dia?
"Hello, kesambet apa dek Ditta? Mau ngecium bau perpus bahkan mau masuk kedalam,"
Dan benar saja, mendapat pertanyaan itu Ditta semacam tertohok,
"Aduh bego lo, pelihara aja terus." batin Ditta.
Anne semakin yakin, kalau ada sesuatu yang disembunyikan darinya. Ditta nggak mungkin tiba-tiba beda gitu, dan Anne begitu menduganya sampai dia mengarahkan ini pada masalahnya dengan Dewa sang mantan.
"Emm itu, aku tadi disuruh jemput kamu," jujurnya.
Dan, semakin nggak bisa bohong lagi dia. "Siapa yang nyuruh? Dewa? Mau apa lagi dia?" tanyaku beruntun.
“Gak apa-apa Ne, laper nih kantin yuk,” ajak Ditta untuk mengalihkan pembicaraan.
"Apasih Dit, gak jelas banget deh," kesal Anne.
“Udah dari dulu kan Ne, ayo mau ikut apa enggak mumpung lagi ada yang mau nlaktir lo makan basonya Pak Kumis,”
"Siapa lagi?" tanyaku menerka-nerka dan sudah membuat kepalaku cukup pening.
"Mau tau banget ya? Makanya ayo let's go."
Supaya aku bisa mendapatkan jawaban artinya aku harus ikut, Ditta sudah berjalan duluan sedangkan aku masih memberesi bukuku di meja, sambil menutup ponselku tak menghiraukan lagi pesan dari orang itu.
-yio&anne-
Saat perut sudah kenyang dan ingin membayar, tak disangka Ditta dengan gaya akan membayari mengeluarkan uang yang ada di sakunya. Dan yang keluar hanya uang 10 ribu ditambah koin bernilai 2 ribu perak.
Melihat itu, Anne buru-buru mencegah dia akan mengucapkan permohonan untuk membayar sendiri baso yang sudah berseluncur masuk kedalam perut buncitnya.
"Iya, aku bayar sendiri nih." Ucap segera Anne dan menuju warung Pak Kumis yang berada dipaling ujung dari jajaran para pedagang dikantin sekolah. Memang tak banyak yang berjualan namun yang paling dinantikan ketika jam istirahat adalah baso Pak Kumis yang sudah terkenal hingga luar negeri, negeri SMAKARTA maksudnya. SMA KARTIKA NUSANTARA.
Disusul Ditta yang cengingas-cengingis tidak jelas.
"Hehe maaf ya Ne, kan tadi cuma kelepasan. Tau sendiri aku cuma dapet jatah sehari 20 ribu, kalau aku nlaktir kamu bisa habis nih duit, aku nanti makan apa dong?" jelas Ditta.
"Makan ati Dit, biar cepat kenyang." sambungku.
Dengan pendiriannya, Ditta tak mau kalah dan membalas perkataan Anne,
"Makan ati kalau nggak sama nasi ya jadinya kebawa emosi, gimana mau kenyang coba," terus saja dia tak mau dikalahkan soal debat yang gak jelas.
Saat itu juga, tiba-tiba ponsel Anne bunyi. Anne segera membuka ponselnya dan ada pesan dari Bunda. Pasti itu penting, makanya ia menghentikan omongan Ditta yang nanti arahnya makin bikin tersesat, "Sstt, diem dulu. Ini bunda mendadak chat."
"Aku duluan ya, mau mampir toilet dulu kebelet ini," pura ku kepada Ditta dan menyuruhnya agar nanti balik sendiri ke kelas dan Ditta pun menyetujuinya kan tadi dia seperti tamu tak diundang bagi Anne kini Anne yang mempersilahkannya balik sendirian tanpa ditemani.
Saat sampai di toilet, Aku langsung membuka pesan dari Bunda.
Bunbun :
Assalamu’alaikum syng, bunda mau blng kalo ayahmu mungkin akan setuju dgn kepindahanmu, bunda udh bujuk dan kyknya ayahmu tak ada alasan utk menolak lg, selamat ya syng, semoga stlh ini km bisa bahagia spt dl lagi
Perasaan ku saat itu gak bisa dideskripsikan lagi, benar-benar seneng dan pengen teriak kenceng “AKHIRNYA GUE PINDAH, HOREEE”
Sebelum itu, ku balas pesan dari bunda dulu.
Nda makasih byk yaa, aku sayang sama bunda😘
Setelahnya aku mengaca dan merapikan rambutku dan merubahnya menjadi tergerai dan segera keluar dari toilet itu menuju kelas.
Beda banget suasananya setelah itu, Aku jadi lebih sering senyum bahkan ke kakak kelas yang notabenya nggak ku kenal aku sapa sambil aku kasih senyum. Emang nih, satu pesan dari bunda merubah mood seketika.
"Habis ini harus bisa move on dong! Ayo Nee semangat kamu bisa!!" Ucapnya dengan suara kecil sewaktu di lorong kelas.
Anne mulai masuk ke kelas, dengan rambutnya yang tergerai saat masuk kelas rambutnya sedikit terbang kena angin dan itu membuat Anne kelihatan beda dari biasanya di tambah senyum yang dia pancarkan membuat anak-anak kelas memandangi dengan niat. Sampai ada yang melongo kaget. Tidak sadar, betapa sebenarnya Anne memang cantik untuk ukuran anak SMA kelas pertama.
"Ya ampun Ne, habis kena virus apa di toilet? Habis ngaca liat penampakan apa? Beda banget auranya masuk ini." Ditta juga sedikit kahet melihat perubahan Anne. Tapi itu bukankah baik? Anne sekarang sudah bisa senyum. Sebelumnya buat senyum saja harus dipaksa kalau yang sekarang murni senyum yang terpancar dari wajah Anne tanpa tambahan pemanis buatan lagi.
"Kenapa? Ada yang aneh?" tanya Anne dengan biasa saja tak mengira ada yang luar biasa dari perubahannya, itu dimaksudkan untuk menunggu kepindahannya. Bukankah harus terlihat lebih baik supaya tak ada yang merasa sedih kalau dia akan meninggalkan tempat yang sudah menjadi bagian dari kesehariannya menuntut ilmu.
"Kamu, kamu keliatan beda ne," tutur Ditta dengan memegang wajah Anne, menghadapkan ke kiri ke kanan.
"Hehe tambah cantik ya kan," balas Anne sekali-kali memuji diri sendiri.
"Udah dari dulu kali Ne," sahut Ditta spontan yang membuat Anne tertawa di situ.
Anne berpikir, karena sudah tak lama lagi ia bisa bersekolah di situ maka dari itu ia ada rencana untuk menghabiskan sisa-sisa harinya dengan Ditta. Salah satunya dengan mengajak dia main.
"Eh dit, gimana kalau kita main nonton gitu?" ajakku.
"Wah boleh tuh, bosen juga nih lama-lama lengket terus sama buku," setuju Ditta tanpa pikir panjang.
"Sip deh, nanti habis pulsek yaa jangan lupa izin sama mama kamu dulu." Suruhku.
"Siap!!" Seru Ditta.
-yio&anne-
Selepas menghabiskan sore dan hampir malam dengan Ditta, kini Anne sudah berada diatas kasurnya. Dengan pakaian masih lengkap hanya saja sepatunya sudah ia lepas dan hanya menyisakan kaos kakinya. Dia tidur telungkup sambil membuat kedua tangan menahannya. Dan memikirkan tadi, saat dia dan Ditta main. Disitu keduanya sangat merasa senang, bahkan tawanya tak ada habisnya dan setiap detiknya ia gunakan sebaik mungkin untuk mengobrol bahkan sampai hal yang gak jelas menurut Anne. Tapi itulah sisi keseruannya.
"Dit, maafin gue yang sebentar lagi bakal ninggalin lo sendirian disini."
Dan pikiran akan perpisahan sudah menghadang di depan mata. Tadi selepas Anne sampai rumah, bunda memberitahu bahwa ayah akan mengurus suratnya besok. Itu artinya minggu depan Anne sudah tidak bersekolah disitu dan sudah tidak memanjakan kaki di kota metropolitan ini. Walau Jakarta itu panas, macet, sesak tapi bagi Anne Jakarta itu kota yang akan menjadi tempat tujuan ia selalu pulang. Disitu masih ada harapan yang terbuang begitu saja. Banyak kenangan tentunya.
Setiap manusia tak bisa berjanji dia akan berada disuatu tempat secara menerus atau mudahnya tinggal menetap. Akan ada suatu hari kepergiannya. Dan suatu hari itu, akan Anne hadapi. Ia sudah menantinya dan ia sudah yakin dengan pilihan hidupnya.
"Kamu tak akan pernah tahu mengenai masa depan, tapi setidaknya buatlah sebuah rencana untuk menyusun supaya jalan yang kamu lalui tidak buntu dan tidak kesasar. Tujuan hidup itu perlu bahkan sangat perlu untuk menunjang apa yang kamu lakukan sekarang."
Anne mulai kehilangan satu persatu orang yang dia sayang dan dalam waktu dekat Anne akan jauh dari orang pertama yang ia sayang, yaitu orang tua, bunda dan ayahnya.
Tak ada pilihan, Anne harus lakukan dan jalani. Semoga apa yang ia pilih adalah pilihan yang tepat untuknya sekarang.
Semua pikiran itu terhenti ketika ia teringat akan sebuah pesan yang masuk tadi siang. Pesan dari Dewa. Anne ingin membukanya namun dia sudah muak. Alhasil pesan itu tak jadi ia buka, biar membusuk dan tertimbun pesan baru dari orang-orang baru juga. Yang akan mewarnai kehidupannya. Yang tak akan membuat ia terluka dan akan membuatnya selalu riang.
Tak ada yang tahu bahkan Anne tak memikirkan kalau Dewa masih ingin tahu bagaimana keadaan Anne. Selepas putus, Ditta lah orang pertama yang Dewa kasih tahu. Dan Dewa telah salah bercerita, harusnya nggak ke Ditta tapi teman dekat Anne setahu Dewa cuma Ditta. Padahal Dewa nggak tahu juga kalau Ditta itu suka dengannya semenjak MOS. Dan Ditta hanya diam, bahkan dia menyembunyikan dari Anne dan melihat betapa sakitnya orang yang disayangi malah berpacaran dengan teman dekatnya sendiri.
Jadi, disini ada dua orang yang sedang berjuang, dan ada seorang yang tak mau diperjuangkan dan mengorbankan perasaannya.
Anne adalah sosok tegar itu.
-To Be Continue-
Hallo, udah lama nggak nonggol di sini hehe
Semoga kalian suka sama new version nya
Jangan lupa vote ya biar ceritanya bisa lanjut dan selesei tepat waktu
💛💛
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top