6

Kata orang sakit itu hanya berlaku untuk orang pintar sepertinya Sebastian tidak mempercayai hal seperti itu. Sakit bisa datang kepada siapapun termasuk iblis sekalipun.

Pria berpakaian serba hitam itu memeras kain hangat kemudian meletakkan nya pada dahi (name). Ia menghela nafas mendapati peristiwa seperti ini. Sempat juga gadis ini sakit padahal tadi Elizabeth berniat menemui nya. Sebastian masih mengingat wajah tertekan Ciel karena bingung menghadapi rengekan Lizzy, tunangan nya. Ya..dia masih tidak menyangka jika bõcchan nya tersebut tak dapat berkutik dihadapan seorang lady.

Ia perhatikan wajah damai gadis dihadapan nya sebelum memeriksa jam dari sakunya.

"Sudah saatnya afternoon tea."

Sebastian memeriksa suhu badan (name) dengan santai. Pria itu beranjak membuka jendela, membiarkan udara sejuk masuk.

"Sepertinya aku harus pergi dulu, akan ku panggilkan Mey-rin untuk merawat mu." Ucapnya. Tak peduli akan didengar atau tidak.

Dirinya bisa berfikir lebih tenang ketika melihat wajah damai (name). Deru nafasnya juga terdengar lebih teratur.

"Aku heran mengapa manusia bisa tetap cantik walau dalam keadaan apapun." Jari Sebastian mengusap lembut pipi (name) seraya menatapnya datar.

"Disaat tidur pun kau masih terlihat anggun."

Dirinya terpana untuk sesaat namun segera tersadar ketika mengingat ia telah membuang banyak waktu. Setelah berdehem kecil barulah Sebastian beranjak meninggalkan kamar. Berharap gadis itu benar-benar tertidur, terbuai akan mimpi indahnya.

《♡●●♡●●♡●●》

Ciel menyeruput teh dengan beberapa lembar koran di depan wajahnya. Ekspresi tenang itu berubah secara perlahan. Safir indahnya bergerak, membaca tiap deret kalimat dengan khidmat. Menurutnya tak ada yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan mengetahui informasi lewat lembaran koran seperti ini. Ia letakkan cangkir diatas meja dan kembali membaca koran.

"Pesta lady kemaren ternyata mereka tulis juga di dalam koran seperti ini. Seperti inikah rasanya jadi manusia terpandang?" Ucap Ciel. Tak peduli Sebastian akan menanggapinya atau tidak.

Pelayan serba hitam itu kembali mengisi teh kedalam cangkir nya.

"Itu artinya anda harus lebih berhati hati dalam bertindak. Kesalahan sekecil apapun bisa dibesar besarkan oleh mereka." Tanggap Sebastian.

Ciel melipat koran dan meletakkan nya diatas meja. Cangkir teh kembali diraihnya. Ia tatap bayangan dirinya dari dalam cangkir.

"Ah...mereka memang merepotkan. Akan ku singkiran orang orang yang ingin menghilangkan keluarga Phanthomhive." Ciel menyeruput teh nya.

"Bagaimana keadaan nya?" Lanjutnya.

"Masih demam tuan ku. Mungkin besok dirinya sudah lebih baik."

"Kabari saja setelah sembuh karena Lizzy ingin bertemu dengan nya."

Sebastian membungkuk hormat "yes my lord."

"Dan satu lagi." Tuan muda menoleh kearah pelayan nya.

"Singkirkan semua kucing dari sekitar ku. Cuci baju mu itu, ada bulu kucing dimana mana."

Sebastian menatap pakaian nya sekilas sebelum akhirnya membungkuk hormat seraya tersenyum.

"Dimengerti."

《♡●●♡●●♡●●》

(Name) menoleh kearah pintu kamar, muncul Sebastian dari sana dengan sebuah ember merah ditangan nya dan tempat lilin di tangan yang lain. Setelah meminta izin dari si pemilik kamar ia pun melangkah masuk.

"Bagaimana keadaan mu?"

"Sudah lebih baik. Terimakasih karena sudah membantu Mey-rin merawat ku."

Sebastian meletakkan ember dan lilin diatas nakas. Melepas sarung tangan putih nya untuk memeriksa suhu badan (name).

"Masih panas tapi tidak separah sebelum nya. Apa kau ingin aku panggilkan dokter?"

Gadis itu menatap Sebastian cukup lama, menciptakan suasana keheningan yang cukup canggung. Mendapati hal tersebut membuat Sebastian bingung, ia sampai meraba wajahnya mungkin takut ada sesuatu disana. Keningnya berkerut bingung.

"Kenapa?" Tanya nya.

"Tidak, hanya saja aku bingung. Kenapa iblis seperti mu mau merawat manusia lemah seperti ku."

Kerutan di kening Sebastian lenyap, ia memasang wajah ramah.

"Ah entahlah aku juga bingung. Hanya saja ketika melihat mu lemah aku tak menyukai nya."

"Apa kau bilang?"

Sebastian terdiam. Ia menatap api lilin yang menari meliuk liuk di dalam kegelapan. Tak lama kemudian dirinya menghela nafas lalu kembali menatap gadis dihadapan nya.

"Lupakan saja. Berbaring dan istirahatlah jika besok belum sembuh akan ku panggilkan dok-"

"Kau saja dokternya." Sela (name) cepat.

"Maaf?"

"Kau saja dokter nya. Aku hanya ingin Sebastian yang merawat ku. Memanggil dokter dari luar bisa menjadi ancaman untuk bõcchan kan?" (Name) memeluk bantal lebih erat.

"Kau benar baiklah jika mau mu seperti itu." Sebastian kembali memakai sarung tangan nya. Ia beranjak mengambil tempat lilin.

"Kau tidak tidur?" Tanya gadis itu.

"Biarpun iblis seperti ku tidak membutuhkan tidur akan tetapi aku masih bisa menikmati aktifitas seperti itu. Berbaring."

(Name) menurut, ia membaringkan tubuh dengan perlahan. Sebastian mendekat, menaikkan selimutnya hingga sebatas dagu. Mata mereka saling bertumbuk.

"Apa kau tertarik pada ku?" Tanya nya memecahkan keheningan. Sebastian terkejut hingga ia menahan nafasnya.

"Aku hanya peduli. Sebagai sesama rekan kerja harus saling membantu kan."

"Oh begitu, baiklah." (Name) bergerak membaringkan tubuh ke kanan. Ia mencoba terlelap.

"Selamat malam, sebelum tidur alangkah baiknya kau minum obat mu."

"Ah nanti saja."

"Nanti kau tertidur."

"Tak apa. Aku lelah."

Sebastian terdiam sejenak.

"Baiklah kalau begitu ku harap besok bisa melihat mu di ruang tengah. Selamat malam."

Kelopak mata (name) terbuka ketika dirinya merasakan sebuah elusan lembut pada kepalanya. Ia menoleh dan mendapati Sebastian tengah mengelus kepalanya. Dirinya bingung namun tak berani bertanya, ia hanya menatap heran kearah mata coklat kemerahan milih Sebastian. Baiklah ia mulai menyukai sentuhan sebastian. Dirinya kembali memasang posisi awal kemudian menutup mata. Merasakan kelembutan Sebastian pada rambutnya.

Perlahan elusan lembut itu membuatnya benar benar terlelap dengan cepat, barulah Sebastian menghentikan aktifitas mengelusnya.

"Seperti kucing saja."

Ia kemudian beranjak pergi dengan cahaya yang dibawanya, menyisakan kegelapan dibelakangnya.

Benar benar seorang iblis.

《♡●●♡●●♡●●》

Angin malam memainkan rambut indahnya. Dirinya terlihat lebih cantik ketika cahaya bulan meneranginya. Kelopak mata terpejam perlahan mencoba merasakan keheningan yang menenangkan, merelaksasikan pikiran serta membuang pikiran pikiran negatif.

"Apa yang kau lakukan disini? Kau bisa sakit lagi."

Suara berat Sebastian membuatnya harus membuka mata. Ia menunggu Sebastian berdiri dihadapan nya.

"Tadi aku memberi makan beberapa anakan dan induk kucing disini. Karena tenang jadinya aku berniat berdiam diri untuk beberapa saat."

Sebastian meletakkan sebuah selimut pada kedua pundak (name).

"Terimakasih." Ucap gadis itu.

"Masuk lah, kalau kucing yang membuat mu harus keluarkan biarkan saja. Lain kali abaikan saja."

"Tidak bisa, aku suka mereka." (Name) mendongak menatap lurus safir indah Sebastian.

"Jika kondisi mu sudah benar-benar pulih kau bisa menemui mereka. Hari ini saja kau tidak menemui ku di ruang tengah kan." Sebastian berjalan mendekat, memangkas sisa jarak mereka.

Angin kuat bertiup membuat rambut (name) menari dengan kencang. Ia menunduk mencoba menghindar dari terpaan angin yang mengenai wajahnya. Tangan terkepal di depan dada, merapatkan selimut nya.

Tak terduga, tangan milik Sebastian memeluk tubuhnya erat, merengkuhnya seakan tengah mencoba memberikan kehangatan. (Name) terbelalak tak percaya. Ia mencoba melepaskan diri namun Sebastian justru semakin mempererat rengkuhan nya.

"Kenapa?" Tanya (name) di depan dadanya.

"Mencoba melindungi mu dari dingin. Hangat kan?"

(Name) rasa wajahnya sepertinya memerah. Ia menyembunyikan wajah pada dada bidangnya, tak ingin pria berpakaian serba hitam itu tahu. Walau mustahil sih.

"(Name)" panggil Sebastian memecahkan keheningan. Angin sudah berhenti bertiup.

"Apa?"

"Kau indah."

(Name) mendongak menatap Sebastian, "maksudnya?"

"Tak perlu menanyakan maksud nya. Aku hanya sedang memuji mu, kau indah. Gadis manusia terindah yang pernah ku lihat."

Ucapan Sebastian lagi lagi membuat wajahnya terasa panas. Ia buru-buru menunduk dan kembali menyembunyikan wajah pada dada bidang Sebastian.

"Terimakasih tapi aku sudah tau karena aku terlahir dengan indah."

Sebastian terkekeh sejenak, "ku harap aku bisa melihat mu besok di ruang tengah. Cepatlah sembuh dan bantu kami."

"Ku usahakan."

"Jangan pingsan lagi."

"Aku tau aku tau."

Sebastian melepaskan rengkuhan nya namun ia kini memegang kedua sisi wajah (name). Meminta gadis itu mendongak menatap nya. Tatapan mereka saling bertumpuk, menyiratkan perasaan masing masing.

"Kemarin kau bertanya apa aku tertarik pada mu kan? Jawaban nya iya. Aku tertarik pada gadis manusia seperti mu."

"Ketertarikan iblis kepada manusia kan? Itu hal wa-"

"Bukan." Potong Sebastian cepat. Ia terdiam sejenak, mencoba menciptakan suasana yang mendukung.

"Ketertarikan antara pria dengan lawan jenisnya."





-Halimah2501-

Iblis punya perasaan??

Ku harap Sebastian tak terlalu OOC disini 😅😅

Oh ya semangat untuk kalian yang sedang ujian.... biar tidak stress alangkah baiknya sebelum atau sesudah ujian kalian baca cerita ku 😆😆
Berharap bisa mengurangi beban pikiran kalian dan rasa cemas kalian. Ok, semangat!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top