4

Suara berat terdengar sayup sayup diantara kegelapan lorong ruang telpon. Aroma rokok tercium pekat disana.

"Ya aku sudah menemukan pelacur yang terbaik. Kau tau ternyata Phanthomhive memiliki pelayan baru. Ah bukan...bukan yang berkacamata tapi yang lain kau belum pernah melihatnya." Pria itu menghisap rokok serta membuang asapnya melalui bibir.

"Ah aku akan membawanya padamu. Hn sesuai perjanjian ya jangan kurangi nominal nya."

Sesuatu yang aneh muncul tepat di belakang pria tersebut, membuat ia merinding sekita. Respon pertamanya adalah menoleh ke belakang untuk mengetahui sesuatu yang membuatnya merinding seperti itu akan tetapi ia tak menemukan apapun.

"Ah tak apa disini agak dingin. Baik akan ku tutup telpon nya."

Setelah menutup telpon dan mematikan rokok, ia kembali menemui Chiel di ruang atas.

《♡●●♡●●♤●●》

"(Name)"

Suara berat Sebastian yang memanggil mengejutkan dirinya. Tumpukan piring kotor pada tangan nya itu hampir jatuh dan hancur jika saja Sebastian tak menahan nya dengan cepat. (Name) menoleh kearah sumber suara setelah meletakkan piring diatas meja.

"Ya Sebastian? Ada yang kau butuh-akh."

Sebastian memukul tengkuk (name) kencang hingga membuatnya pingsan. Pria itu segera menahan tubuh pendeknya lalu membopongnya ke suatu tempat.

"Maaf tapi ini perintah bõcchan." Bisiknya.

Ia kemudian pergi meninggalkan ruangan tersebut bersama (name) di dalam dekapan nya.

《◇●●◇●●◇●●》

"Terimakasih telah mengunjungi kediaman Phanthomhive." Ucap Chiel ramah.

"Ah sama sama, earl. Terimakasih juga atas hadiah yang kau berikan." Tamu Chiel menatap seorang gadis yang terduduk pingsan didalam kereta kudanya, tak lama ia kembali menatap si pemilik rumah besar tersebut.

"Ah...lagi juga dia sudah tidak di butuhkan disini, terimalah."

Tamu Chiel membungkuk hormat. "Baiklah kalau begitu saya pamit undur diri."

Setelah pria paruh baya itu masuk kereta kuda pun mulai beranjak pergi meninggalkan kediaman Phanthomhive. Senyum ramah yang Chiel dan Sebastian buat hilang sepenuhnya. Tatapan mereka berubah dingin dan tajam.

"Ayo, Sebastian."

"Ye, my lord."

《♡●●♡●●♡●●》

Pandangan nya gelap ia tak dapat melihat apapun, sepertinya kedua matanya telah tertutup sebuah kain. Mulutnya tak dapat bicara sebab sebuah kain yang lagi lagi mengekang mulutnya untuk berbicara. Kedua tangan dan kaki terikat pada sebuah kayu kursi yang tengah ia duduki saat ini. Wangi harum yang pekat bercampur menyengat menyeruak menusuk indra penciuman nya. Ia menggerang keras menyuruh siapapun yang ada diruangan tersebut untuk melepaskan nya.

Tiba-tiba sebuah tangan kasar menyentuh kedua rahang nya, meminta nya untuk mendongak. Berkat kain merah yang menutupi matanya ia tak dapat melihat wajah seseorang yang tengah berbicara padanya saat ini.

"Memang benar apa yang dikatakan Chiel Phanthomhive earl bahwa kau memang sangat cantik. Apa kau manusia? Atau dewi yang sedang menyamar?"

Perlahan tangan kasar itu bergerak turun perlahan hingga sampai ke area sensitif nya. (Name) memberontak dengan menggerakan seluruh tubuh, harap harap orang brengsek dihadapan nya tersebut dapat mengerti apa yang ia minta. Akan tetapi keberuntungan tak berpihak padanya. Bukan mendapat kebebasan melainkan sebuah tamparan keras yng mendarat di salah satu pipinya. Efek tamparan yang keras itu meninggalkan luka sobek pada ujung bibirnya.

"Diam! Atau kau akan kehilangan semua anggota tubuh mu." Ancamnya serius.

Di dalam kegelapan saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah mengharapkan sebuah keajaiban. Ia hanya bisa berharap kepada hal yang belum tentu pasti ada kebenaran nya.

Aroma ruangan yang terlalu menyengat membuat kepalanya sakit. Ia lebih memilih terlelap sehingga ia tidak perlu merasakan apapun yang akan orang asing itu lakukan padanya.

《♡●●♡●●♡●●》

Sebuah suara gaduh harus membuatnya berhenti mengukir mimpi. Beberapa jerit teriakan yang terdengar pilu sukses mengembalikan kesadaran nya dengan penuh.

"Si-siapa kau sebenarnya?!" Teriak seseorang.

"Ah...maaf jika perbuatan saya membuat anda marah. Ini saya kembali isi bom anda."

Beberapa detik kemudian sebuah ledakan terjadi dan bersamaan dengan itu ia merasakan seseorang tengah memeluknya dengan erat serta mendorong kursinya untuk menjauh, hingga saat ledakan berhenti ia tetap selamat.

Jantungnya berdegup tak sehat namun bukan karena penasaran dengan seseorang yang menjadi pahlawan kesiangan nya ini melainkan karena keterkejutan nya yang tiba-tiba mendengar suara ledakan setelah terbangun dari mimpi.

Kegelapan sirna ketika kain yang menutupi kedua matanya terlepas. Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatan nya. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah seorang pria tampan dengan pakaian serba hitam serta wajahnya yang ter kotori noda darah.

"Maaf membuat mu menunggu lama seperti ini." Pria itu melepaskan kain yang menyumpal mulutnya.

"Sebastian san." Panggilnya lemah.

"Oya, kenapa bibir indah ini bisa terluka?" Pria bernama Sebastian itu mengusap luka pada ujung bibir (name) dengan lembut. Mata merahnya yang tadi menyala terang hilang begitu saja, digantikan oleh warna coklat kemerahan.

"Tak apa jangan pedulikan aku. Apa kau bisa lepaskan tali ini? Tangan ku sakit."

"Tentu." Tak butuh waktu lama untuk Sebastian nenyelesaikan nya.

Setelah semua tali terpotong (name) segera berdiri tegap penuh percaya diri. Namun, dirinya kembali terduduk akibat kondisi yang masih terlalu lemah. Ia merasa seluruh tenaganya lenyap entah kemana.

"Jangan berdiri tubuh mu habis menghisap gas tidur dengan kadar yang tinggi. Kau harus menghirup udara bersih terlebih dahulu."

"Tak apa ini hanya memerlukan waktu untuk penyesuaian."

"Menurutlah pada ku gadis keras kepala."

(Name) tersenyum simpul mendengarnya, "jika kau tau mengapa kau tetap membawa ku ha?"

Ia tiba-tiba merebut sebilah pisau dari tangan Sebastian, berdiri lalu berputar cepat sebelum akhirnya mendaratkan ujung pisau tersebut pada jantung seorang pria yang hendak menyerang Sebastian dadi belakang. (Name) mencabutnya dengan kasar membuat darah segar tersembur mengenainya. Ia segera mundur beberapa langkah sebelum akhirnya kembali terjatuh.

"Diam dan jangan paksakan diri mu."

"Sudah ku bilang kan ini hanya masalah waktu pemulihan." Ia dengan cepat melempar pisau makan kearah belakang Sebastian. Lemparan nya tepat mendarat pada nata seseorang yang hendak memukul Sebastian dari belakang.

Tak membiarkan Sebastian kembali mengoceh ia bergerak gesit mengambil sebilah pedang dari pojok ruangan.

"Lagi pula kau tau pekerjaan ku dulu kan? Apa kau masih memandang kh wanita lemah? Sebastian?!" 

Matanya berkilat marah melihat sekumpulan pria berlari kearah nya. Ia yakin mereka sudah menyentuh dirinya dengan tangan kotor seperti itu.

"Menyentuh ku dengan tangan kotor seperti itu, tidak akan ku maafkan."

(Name) berlari ke tengah kerumunan kemudian mengerahkan seluruh serangan nya disana. Tangan nya bergerak cepat menusuk jantung secara bergilir. Sebastian yang melihat kejadian seperti itu hanya dapat terpaku tak percaya, tak lama kemudian bibirnya tertarik membentuk sebuah seringai.

"Menarik." Bisiknya.

《♡●●♡●●♡●●》

Setelah sampai di kediaman Phanthomhive dan membersihkan diri, (name) sengaja menemui tuan nya untuk membicarakan masalah tadi.

Chiel yang masih terjaga dengan beberapa lembaran kertas dihadapan nya merasa tertarik. Anak muda itu sudah bisa menebak apa yang akan (name) Katakan padanya.

"Sa-saya ingin penjelasan."

"Penjelasan? Ah aku terlalu lelah menjelaskan. Sebastian."

Pria yang dipanggil mengangguk faham. Ia segera memasang postur tubuh tegap.

"Alasan tuan melakukan ini terhadap mu adalah untuk menyelesaikan pekerjaan nya. Tamu bõcchan tadi adalah pemimpin perdagangan wanita dan anak, lalu bõcchan penasaran dengan markasnya-"

"Jadi kalian menggunakan ku sebagai umpan?" Potong (name) tak sopan.

Chiel mengangguk. "Maaf terlalu kasar dan membuat nu mengingat memori buruk itu tapi aku yakin Sebastian membantu banyak disana, kan? Lagi juga setelah kejadian ini kau semakin bertambah kuat."

Chiel meneguk teh dalam cangkirnya.

"Aku ingin kau menjadi perempuan kuat seperti saat kau masih berada dibawah perintah ratu."

(Name) menurunkan kedua pundaknya yang tegang. Mau bagaimana lagi, seseorang yang tengah ia hadapi ini adalah tuan nya. Jika ia menentang Sebastian akan dengan cepat menendang bokongnya keluar dari rumah. 

"Baiklah maafkan saya tuan."

"Hn. Sebastian antar dia ke kamarnya.:

《♤●●♤●●♤●●》

"Apa masih sakit?" Tanya Sebastian seraya mengobati luka pada ujung bibir (name).

Yang ditanya hanya mengangguk pelan. "Tapi tak sesakit diawal."

"Baguslah." Ia lalu berdiri kemudian menatap (name) dalam.

"Apa? Jangan bilang kau terpana karena kecantikan ku. Keluarlah cepat Sebastian perasaan ku sedang kacau."

"Oya oya, setelah aku menyelamatkan mu dan kau memberi balasan dengan cara seperti ini? Kasar sekali."

(Name) berdecak kesal mendengarnya. "Apa yang kau mau?"

"Tak ada." Sebastian membuat seringai mengerikan.

"Kalau begitu pergilah."

"Ah..ada satu permintaan ku pada mu."

"Cepat katakan."

"Tapi sebelum itu berjanjilah kau tidak akan marah pada ku setelahnya."

(Name) merasa Sebastian tengah mengajaknya bermain.

"Ya ku usahakan."

Setelah kalimat itu keluar tiba-tiba saja Sebastian mendekat dengan cepat lalu mencium luka (name) pelan. Memang kejadian nya berlangsung begitu cepat akan tetapi (name) masih bisa merasakan dinginya bibir Sebastian yang menyapu kulitnya.

"Dengan begini lukanya sembuh."

"A-apa yang kau lakukan?"

"Mencium mu apa lagi?"







-Halimah2501-
Itu gak bisa disebut ciuman iblis baka!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top