9. Pilihan

Naruto mencoba menekan persaan marahnya karena ketidak adilan yang ia terima. Cinta macam apa yang Sasuke miliki hingga membuat Naruko sangat berharga menurutnya?

Sedangkan Naruko hanya tersipu malu mendengarkan perkataan dari Sasuke yang menyebut dirinya sebagai wanitanya. Naruto sudah tidak sabar untuk memberikan semprotan lain agar Naruko segera bergegas.

"Apa lagi yang Anda tunggu, Nona? Letakan cangkir Anda dan segera bersiap-siap pergi rapat bersama Sasuke-sama." Kali ini Naruto tidak menggunakan bahasa kasarnya. Ia menggunakan bahasa super halus yang sengaja ia tunjukan sebagai sindirian untuk Sasuke.

"Tidak, kau tunggu di sini saja. Sakura, kita pergi bersama," koreksi Sasuke.

"Hah? Tapi—" Naruto bingung dengan reaksi yang harus ia berikan. Namun ia bahkan tidak punya waktu untuk melamun. Langsung mengecek kondisi lalu lintas. Karena menemukan kemacetan pada jalan yang akan mereka lalui, Naruto langsung membuat inisiatif.

"Kita minta supirmu untuk pergi ke setasiun. Kita naik kereta," perintah Naruto.

"Kenapa?"

"Ada kecelakaan di daerah Beika."

"Ok, berkas?" tanya Sasuke.

"Sudah semua." Naruto mengambil jas juga tasnya, langsung bergerak maju membukakan pintu untuk Sasuke.

"Kita berangkat."

***

Naruto dan Sasuke sampai di setasiun kereta bawah tanah. Naruto dengan cekatan memesan tiket kereta lewat mesin tiket. Menaiki kereta bawah tanah yang ramai karena hari aktif kerja dan kemacetan padat yang ada di jalan utama. Sasuke menjadikan dirinya tameng untuk melingkup Naruto yang terpojok di depan jendela. Karena terlalu malu untuk saling memandang dengan jarak terlalu dekat dengan Bos-nya, Naruto memunggungi Sasuke seraya menundukan wajah.

Setelah pemberhentian selanjutnya, barulah kereta menjadi sedikit longgar. Naruto dan Sasuke bahkan dapat mengambil tempat duduk. Dalam suasana yang canggng itu, Naruto yang masih marah pada Sasuke, sama sekali tidak ingin mengambil inisiatif untuk memulia percakapan. Maka Sasuke lah yang akhirnya mengambil umpan.

"Kau masih marah padaku?"

"Untuk apa? Aku bukan siapa-siapa kan?" Naruto sengaja menekan kata-katanya.

"Itu hanya caraku untuk mengambil hati Naruto. Maafkan aku, ok!"

"Dengan menjadikan aku kambing hitam? Kau sungguh menyebalkan," ujar Naruto ketus, membuang mukanya sinis.

"Please, jangan marah. Jangan marah. Sakura. Maafkan aku, ok. Sakura ...." Sasuke menggosok kepalanya di lengan Naruto seperti kucing yang lapar.

"Apa sih!" Naruto menyingkirkan Sasuke yang terlalu dekat menurutnya. Padahal hatinya sudah berdebar dengan tidak karuan karena tindakan manja pria itu.

"Yaaah ...?" bujuk Sasuke menggunakan tatapan anjing kecil yang kesepian.

"Kenapa kau tidak mengajak Naru?" tukas Naruto, akhirnya luluh dengan permintaan maaf Sasuke. Tidak menyebutkan huruf terakhir dari nama Naruko, masih tidak terima karena adiknya menggunakan nama dan identitasnya dengan lancang.

"Dia masih perlu belajar banyak untuk menjadi sekertaris," jawab Sasuke santai. Merasa lega karena Naruto memaafkan tindakan kekanakannya.

"Lalu kenapa kau tempatkan dia sebagai sekertarismu kalau begitu?" Naruto menggeleng-geleng tidak paham apa yang Sasuke sedang pikirkan.

"Tentu jelas, agar dia segera menjadi milikku pastinya." Sasuke tersenyum bangga menyatakan niatnya pada Naruto. "Tapi setelah menikah, mungkin aku lebih suka dia tidak bekerja," ujar Sasuke, yang sesungguhnya sedikit kecewa dengan kinerja yang ditunjukan Naruko minggu-minggu ini.

"Dia pasti merasa cemburu padaku. Apa kau tidak takut dia sakit hati?" balas Naruto.

Naruto pikir Sasuke akan kalah kali ini, tapi pria itu malah makin tersenyum sumringah oleh pertanyaan lanjutan.

"Kalau dia cemburu, itu lebih baik. Karena semakin cemburu, semakin cepat pula aku menyatakan cinta. Inilah nasibku, para wanita selalu mudah jatuh padaku," ujar Sasuke penuh kesombongan.

Kini giliran Naruto yang tertawa oleh kekonyolan Sasuke yang benar-benar terlihat seperti seorang narsis alami sejak lahir.

"Dari mana saja aku. Hingga baru menyadari, di sini ada laki-laki paling besar kepala di dunia. Hahaha .... " Naruto yang tidak dapat menahan tawanya, hanya dapat memegangi perutnya yang kaku.

Sasuke terdiam, menatap gaya Naruto yang tertawa dengan lepasnya. Tidak pernah meliat Sakura yang seperti ini selama mereka bersama. Namun juga tidak asing menurutnya. Ia pernah diam-diam mengawasi tawa lepas yang sama dari jauh, dengan gaya yang sama, tapi oleh orang berbeda. Mau tidak mau ia mendapati hatinya sedikit tergetar. Perasaan ini tidak asing, tapi tidak ingin ia akui. Bahwa getaran itu berasal dari wanita yang dulu adalah istrinya.

"Apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" Naruto merinding saat Sasuke secara terang-terangan menatapnya dengan intens.

"Tidak." Sasuke memalingkan wajah. "Tawa jahatmu sungguh menjengkelkan bagiku." Sasuke malu oleh tindakan yang ia lakukan tanpa sadar.

"Lalu, kau ingin aku selalu bertampang jutek di depanmu? Baik," ujar Naruto, melengos marah.

"Tidak, meskipun menjengkelkan, lakukanlah sering-sering," jawab Sasuke, bahkan tanpa menatap Naruto. Memilih berpura-pura membetukan dasinya.

'Orang ini maunya apa sih?' iner Naruto. Namun mau tidak mau, ia tetap tersenyum karena kalimat terakhir itu.

Perhatian yang Sasuke diberikan padanya, mencerminkan laki-laki ini tidak benar-benar membenci mantan istrinya. Hanya saja Sakura tidak bisa memiliki hatinya. Sehingga hati itu ditempati orang lain. Dan tidak dapat menjadi miliknya hingga kematian memisahkan mereka.

Lalu siapa yang bisa menyalahkan cinta?

***

Rapat berjalan dengan lancar. Jam lima sore mereka kembali ke kantor. Naruko menunggu mereka di depan pintu. Sedangkan Naruto tanpa ba-bi-bu, langsung melesat menuju penitipan untuk menyusui Orion.

Sasuke sedang duduk di kursinya, melihat beberapa pesan penting yang masuk, saat Naruko mendekat dengan hati-hati dengan perasaan bersalah jelas tercetak di wajahnya yang merah seperti habis menangis.

"Sa-sasuke-san, aku ingin minta maaf—"

"Kau mau makan malam denganku malam ini?" tanya Sasuke, memotong ucapan Naruko dengan tiba-tiba.

"Heh ...?" tanya Naruko tidak mengerti. Harusnya dia mendapat teguran, kenapa malah diundang makan?

"Mau makan malam, denganku, malam ini?" ulang Sasuke sekali lagi.

Naruko bersemu merah karena malu. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Naruko langsung mengguk dan berkata, "Tentu."

Sasuke sangat bahagia dengan jawaban yang ia terima. Tersenyum cerah pada Naruko, yang pasti membuat yang menerima semakin terpesona dibuatnya.

***

Sesampainya di restaurant hotel bintang lima yang Sasuke segaja pesan hari ini.

"Aku sering melihatmu pergi ke Yakiniku dekat kantor bersama teman-temanmu. Restauran hotel ini terkenal dengan steak-nya yang enak. Kau yang penikmat daging, pasti menyukainya," ujar Sasuke berbasa-basi.

Sejujurnya saat mendengar itu Naruko sedikit risih. Dirinya adalah seorang vegetarian. Jadi untuk memakan daging, itu menurutnya sangat menjijikan.

Saat troli telah datang membawa pesanan yang terdiri atas wain, steak dengan sedikit potongan ketang, es cream, dan pudding susu, Naruko mau tidak mau meringis jijik dengan makanan di depannya. Semua adalah kesukaan Naruto. Bukan dirinya.

Dia tidak suka susu, tidak suka daging. Bagaimana caranya untuk menghabiskan semua makanan ini tanpa dicurigai bahawa dirinya adala palsu?

"Apa kau tidak mau mencobanya?" tanya Sasuke yang telah mulai makan.

"Tidak, ak-aku sedang diet," kilah Naruko, gugup.

"Tubuhmu sudah susut banyak sejak kau kehilangan Adikmu, bagaimana bisa kau masih ingin diet?"

"Bukan begitu. Aku merasa tidak nyaman dengan tubuhku akhir-akhir ini. Saat terakhir aku ke dokter, ia menyarankanku untuk mengurangi makanan dengan kandungan lemak hewani." Semakin dirinya fasih berbohong, semakin hatinya tidak nyaman.

"Apa ada penyakit serius di tubuhmu? Apa kita perlu memeriksakannya lagi? Aku akan menghubungi Dokter kepercayaanku." Sasuke yang cemas, langsung memegang tangan Naruko, dan segera mengambil smartphone-nya untuk menghubungi dokter pribadi keluarga.

"Tidak-tidak-tidak. Aku tidak apa-apa. Sungguh! Hanya saja, aku tidak bisa memakan makanan ini lagi. Aku sama sekali tidak apa-apa." Naruko hampir membuka kedoknya sendiri.

"Kau sungguh-sungguh?" tanya Sasuke masih terihat cemas, tapi sedah berhenti mencoba menelepon dokter pribadinya.

"Iya."

"Kalau kau merasa sakit di mana pun itu, kau harus segra memberitahuku. Sejak pertama kali aku bertemu denganmu, kau adalah seorang yang hobi makan. Melihatmu menjadi pemilih yang tidak dapat memakan makanan ksukaanmu, membuatku sedih."

"Tidak, sungguh, tidak ada masalah dengan tubuhku. Hanya saja, ada sedikit yang membuatku teranggu," ujar Naruko mencoba mengalihkan topik tetang masa lalu.

"Apa?" tanya Sasuke.

Akhirnya, Naruko memberanikan diri untuk memulai, "Anda tidak marah padaku?"

"Untuk apa?" Sasuke tidak paham dengan arah pembicaraan.

Naruko menunduk malu saat menjawab, "Karena aku tidak becus sebagai seorang sekretaris."

"Kau masih belajar." Dalam situasi ini pun Sasuke masih saja membela.

"Sakura pun telah belajar, dan menjadi lebih mahir dariku dalam segala hal." Walau Naruko merasa seanang karena mendapat dukungan dari atasan, tetap saja dirinya merasa diremehkan karena selalu mendapat pertolongan.

"Tapi tetap dia bukan kau," jawab Sasuke sambil tersenyum licik.

"Hah?" Naruko tidak paham.

"Kau adalah kau. Kau istimewa karena siapa kau. Begitu pula rasa ini." Sasuke memegang tangan Naruko yang ada di atas meja, lalu membawa, dan mengecupnya dengan mesra. "Aku mencintaimu walau bagaimana pun engkau. Bukan karena kau memiliki sesuatu," ujar Sasuke, tulus. Akhirnya setelah sekian tahun, ia dapat mengatakan rahasianya.

"Sasuke-sama?" Naruko menunduk, tersipu malu.

"Naruto,maukah kau menjadi pacarku?"

Bersambung ....

Komentar kalian kemarin sangat cetar ... Aku senang sekali lihat banyak yang komment. Alhasil aku up date cepat.

Ayo koment banyak-banyak lagi ya, supaya aku semakin semangat.

Jangan lupa Vote + Comment  ya ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top