4. Perusahaan
Naruto sudah bekerja di O-Ring lebih dari enam tahun. Secara pasti tahu bagaimana sistim pengelolahannya, karyawannya, struktur organisasinya, bahakan hal-hal terselubung seperti 'siapa dengan siapa' tengah pacaran sembunyi-sembunyi agar jangan sampai ketahuan atasan dan mendapat teguran.
Para karyawan baru kini tengah diajak berkeliling kantor untuk memperkenalkan lingkungan dalam perusahaan. Seperti biasa, para karyawan lantai satu terlihat mengerjakan tugas mereka sambil bercengkrama dan menyeruput kopi panas di pagi hari. Namun semakin jauh kaki melangkah, semakin tinggi mereka naik dari lantai satu ke lantai 17 di perusahaan, dan semakin dekat dengan ruangan direktur milik Sasuke, suasana semakin tenang hingga hanya terdengar bunyi keyboard yang diketik dari tiap meja karyawan yang tersedia.
Sasuke keluar dari lift, bergerak menuju Fuji-san yang masih menjelaskan beberapa ruangan-ruangan atau devisi-devisi yang ada di dalam kantor lantai sepuluh.
"Masih belum selesai?" tanya Sasuke.
Ia melirik sejenak pada Naruto, tapi hanya sebentar hingga melihat ke arah lain seolah tatapan mereka tidak pernah bertemu.
"Sudah Uchiha-sama. Mereka akan segera aktif setelah kunjungan ke lantai sebelas sebentar lagi."
"Tidak perlu," ucap Sasuke tegas. "Mereka masih sangat baru untuk mencapai lantai itu. Butuh pengalaman bertahun-tahun untuk bisa duduk di sana. Maaf Tuan dan Nona sekalian, kalian bisa langsung bekerja sekarang juga. Lantai sebelas sampai enam belas tidak perlu dikunjungi atau dilihat-lihat kondisinya. Anda sekalian hanya perlu bersaing untuk dapat duduk di sana. Selamat berjuang."
Sasuke pergi dengan gaya khas penguasa yang baru saja memberikan sumbanggan pada para rakyat jelata. Naruto tak habis pikir, bagaimana caranya Sakura bisa cinta mati pada pria menjengkelkan seperti orang ini. Itu sungguh di luar nalar.
Namun apa yang dikatakan Sasuke ada benarnya. Untuk mencapai lantai sebelas butuh benar-benar keinginan kuat, kerja keras, dan keberuntungan. Bersaing ketat, kecurangan, saling menjatuhkan satu sama lain, adalah hal bisa untuk meraihnya. Lantai enam belas adalah tempat semua kepala devisi berkumpul dan mengerjakan tugas mereka. Gaji tiga kali lipat dari karyawan biasa, jam kerja sama, tunjangan yang tiada habisnya, bahkan tambahan bonus pada bonus akhir tahun.
Hanya orang-orang tertentu yang bisa berada di sana. Perusahaan Sasuke menerapakan sistim kasta berdasarkan lantai tempat mereka bekerja. Naruto saat ini berada pada lantai satu, devisi pemasaran. Tugasnya satu, membawa brosur untuk ia sebarkan pada orang-orang di pinggir jalan.
Fuji-san mengakhiri sesi keliling kantor, lalu membagikan kertas yang berisi jobdesc yang harus mereka lakukan selama bekerja. Juga banyak pamflet yang harus mereka sebar untuk menarik minat masyarakat pada produk perusahaan ini.
Masa trining ini adalah pokok yang paling penting untuk membuktikan diri. Naruto yang pernah mengalami situasi ini sebelumnya, tidak terlalu terbebani oleh tugasnya. Ia pernah berada di devisi pemasaran publik selama satu tahun, terjadi sekitar empat tahun lalu, yang membuatnya paham bagaimana cara pemasaran paling efektif, dan tempat yang strategis untuk menawarkan dagangannya. Dengan begitu, Naruto merasa percaya diri, bahwa dirnya tidak akan lama untuk dapat mencapai lantai tertinggi di perusahaan ini.
***
Jam 12.00 siang. Naruto sampai di depan kantor cacatan sipil, melihat-lihat mangasa yang mungkin dapat ia tangkap. Target pertama, ibu-ibu yang menor menggerutu setelah keluar dari catatan sipil. Naruto pun tidak kalah memasang wajah sebal sebelum menghadapi target.
"Laki-laki tidak berguna seperti dia. Akan aku buktikan bahwa aku bisa mandiri setelah bercerai darinya," kata Naruto keras-keras.
Lalu setelah mendapat perhatian dari si ibu, Naruto memasang wajah ramah untuk menunjukan profesionalitasnya. "Bu, apa Anda mau membeli prabot rumah tangga?"
"Maaf saya sedang tidak ingin membeli apa pun," jawabnya ketus.
"Sayang sekali, padahal sedang ada diskon 20% bagi pelanggan. Kalau saya punya uang, saya mungkin akan mebeli futon baru, sehingga saya tidak akan teringat lagi pada pria menjengkelkan itu," sambat Naruto, yang juga merupakan triknya untuk menarik pembeli.
"Kau juga baru bercerai, ya?" tanya sang Ibu ragu.
"Huft, sayangnya iya. Dan aku punya anak usia satu bulan yang harus aku nafkahi." Naruto tidak berbohong.
Si Ibu mulai menunjukan empati. "Kau masih sangat muda, dan kau punya anak?"
"Benar sekali Nyonya, aku terjebak cinta buta yang berakhir dengan perceraian. Demi melupakan pria itu, aku rela pindah dari rumah nenek moyangku untuk tidur di apartemen sempit. Kalau saja saya ada uang, saya ingin membeli futon agar semakin cepat melupakannya. Atau lebih baik membeli kasur sekalian.
Si Ibu terlihat berpikir keras. Sebelum memutuskan, "Kau benar. Apa kau punya kasur ukuran single?"
Berhasil.
Satu mangsa akhirnya takluk. Ia pernah satu tahun penuh menjadi sales. Bagaimana mungkin ia tidak paham cara mencari pembeli.
"Selamat menempuh hidup baru," ujar Naruto ceria. Ia telah menetapkan target baru, dua sejoli yang baru keluar dari catatan sipil dengan wajah bahagia.
"Anda tahu kami baru menikah?"
Namun di sisi lain, tepatnya seberang jalan. Terdapat mobil hitam mewah yang berhenti dan mengawasi tindakan Naruto dengan seksama.
"Anda melihatnya. Nyonya Sakura melakukan pekerjaan lebih baik dari yang kita kira. Dia terlihat sangat profesional," komentar Hatake, asisten pribadi Sasuke.
"Iya, sepertinya aku meremehkannya."
Lalu tiba-tiba ponsel milik Sasuke berbunyi.
"Hallo." Sasuke mengangkat telephone.
"Baik, aku akan segera membawanya padamu."
Sasuke mematikan telephonenya. Hanya sebentar, sebelum ia mencari lagi di kontak, untuk menelfon orang yang sedari tadi ia perhatikan dari seberang jalan.
Naruto yang tengah bergembira karena mendapat dua pembeli dalam waktu satu jam, menyetujui panggilan telefon yang sedari tadi terus berdering dari dalam tas.
"Hallo?"
"Kau ke mana saja?" tanya Sasuke, berpura-pura tak tahu keberadaan mantan istrinya.
"Apa lagi selain kerja. Kau tentu tidak memintaku berada di perusahaanmu hanya untuk melihat-lihat bukan?" jawab Naruto, ketus. Sejak mereka pindah, setiap harinya Sasuke selalu menelfon kurang lebih sepuluh kali dalam sehari untuk menanyakan kabar Orion. Itu sangat menjengkelkan dan sangat mengganggu baginya.
"Kau tidak hanya di sini untuk bekerja, tapi juga untuk menjaga anakku, dia sedang haus sekarang," pembelaan Sasuke terhadap tuduhan yang Naruto berikan.
"Aku sudah membelikan susu formula untuknya."
Naruto dapat mendengar suara helaan napas frustrasi dari Sasuke dalam telefon. "Aku baru saja mendapat telefon dari pengasuh bayi di kantor, bahwa Orion tidak mau minum susunya. Dia menangis dari tadi karena lapar. Cepat kembali ke kantor, bawa Orion ke ruanganku. Aku punya kamar yang bisa kau pakai untuk menyusui."
'Berarti anak itu tidak minum sama sekali sejak pagi?' iner Naruto, cemas.
"Ok, aku segera datang. Bisa kau lihat Orion untukku. Beri saja air putih untuk sementara sebelum aku datang," ujar Naruto, langsung menenteng tasnya, dan berlari ke arah pemberhentian bus yang sedikit jauh dari tempatnya berjualan tadi.
Kembali pada situasi dalam mobil tempat Sasuke tengah mengawasi dari kaca mobil, Naruto yang berlari ke perempatan untuk berbelok, lalu menghilang dari pandangan.
Sasuke mengira Sakura akan marah karena pekerjaannya di ganggu. Namun setelah melihat betapa pedulinya Sakura pada Orion, hal tersebut lantas membuat hatinya menghangat.
"Baik. Tapi cepatlah ...," ujar Sasuke, menimpali.
Bruk ...
"Suara apa itu?" Jantung Sasuke hampir berhenti saat mendengar suara keras suatu yang jatuh dari dalam telefon. "Sakura apa kau tidak apa-apa? Sakura?" Sasuke panik dan hampir keluar dari dalam mobil untuk mencari keberadaan Ibu dari bayinya.
"Tidak, aku hanya tersandung tangga. Aku tidak apa-apa. Aku akan secepatnya kembali ke kantor."
Sasuke mencengkram celana yang ia kenakan erat-erat. Saat mengetahui bahwa Sakura baik-baik saja, cengkaraman itu semakin longgar, dan melonggar. Hingga akhirnya ia mampu melepas cengkramannya. Setelah emosinya tenang kembail, ia langsung memarahi tindakan gegabah Naruto yang membuatnya cemas.
"Pelan-pelan saja. Kau tidak perlu terburu-buru. Orion bersamaku. Dia akan baik-baik saja."
"Ok, aku masuk bis. Aku matikan dulu."
Sasuke memasukan samartphone-nya dalam saku jas, kemudain menghela napas berkali-kali untuk mensyukuri kondisi Sakura yang ternyata baik-baik saja. Kakashi menjalankan mobilnya untuk segera kembail ke kantor. Asisten pribadi Sasuke itu telah bersama Sasuke sejak kecil. Ia mau tidak mau tahu seberapa rumit perjalanan cinta yang dialami bosnya. Karena tidak tahan untuk berkomentar, akhirnya Kakashi pun mulai bicara.
"Saya tahu, Anda sama sekali tidak menyukai Nyonya Sakura selama ini. Tapi saya juga tahu, Anda juga tidak dapat memnbencinya hingga tega melihatnya menderita," kata Kakashi, merespon perilaku Sasuke yang terkesan sangat perhatian pada mantan istrinya.
"Sejak kecil aku telah berjanji untuk menjaganya. Itu hanya seperti kebiasaan. Tapi karena kebiasaan itu pula, dia mengira aku pun menyukainya. Padahal, aku menganggap hubungan kami tidak lebih dari kakak-adik semata. Aku harus segera mengubah kebiasaan ini sebelum dia salah paham lagi," ujar Sasuke frustrasi.
"Tapi saya kira, Nyonya yang sekarang, tidak akan semudah itu untuk terpengaruh pada kebaikan Tuan. Saya kira Nyonya yang saat ini lebih terlihat benci, ketimbang 'selalu tergila-gila' seperti dulu saat kalian masih bersama."
"Hahaha, itu tidak mungkin. Dia akan selalu jatuh cinta lagi padaku, seberapa kali pun dia kehilangan ingatannya. Aku lah yang harus terus berhati-hati."
Kakashi yang mendengar ucapan itu, hanya bisa menggaruk rambut untuk menanggapi sikap narsis dan telalu percaya diri yang merupakan sifat dari bossnya. Semoga percintaan Boss-nya ini dapat berakhir dengan bahagia.
Bersambung ....
Ingat Vote dan Koment menentukan kecepatan up date ....
Sampai jumpa ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top