II

Jantung Ryu memompa cepat.
Ryu bisa mendengar suara nafasnya yang menderu.

Seolah butuh kepastian lagi, Ryu keluar dari balik bayangan pohon agar dia bisa melihat sosok Kara lebih jelas lagi.

Ryu sebenarnya tak butuh apapun untuk menyakinkan dirinya kalau itu benar-benar Kara.

Sampai rambutnya memutih dan nyawanya melayang, Ryu takkan mungkin salah mengenali Kara.

Kara yang kini bersuamikan pria tak berguna. Ryu bisa menyimpulkan hal tersebut dari percakapan si gembul dalam ruang pesta tadi.

Balas dendam.... Balas dendam...

Kata itu menggema dibenak Ryu.
Ryu diam bagai malaikat kematian yang sedang mengamati mangsanya.
Ryu takkan melewatkan kesempatan ini, demi apapun hanya untuk membuat dendamnya terbalaskan.

Kara..
Airmata Ryu yang tak pernah keluar semenjak sepuluh tahun ini, membanjir hingga ke dagu nya.
Airmata yang sudah Ryu janjikan, takkan pernah mengalir lagi sampai tujuannya tercapai.

Melihat sosok Kara yang kini menjadi istri dari pria tak berguna itu, Semua kenangan pahit yang Ryu simpan langsung memenuhi benaknya.

Amarah membakar Ryu. Kuku Ryu terbenam ke dalam telapak tangannya. Darah yang mengalir disana akibat kuatnya genggaman Ryu, tak Terasa oleh Ryu.
Luka menganga dihatinya lebih terasa menyakitkan bagi Ryu.

Akhirnya... Setelah sekian lama menunggu, Ruu bisa membalas semua luka yang dirasakannya.

Akan dibuatnya Kara menangis Darah. Memohon agar Ryu lebih baik membunuhnya.
Seperti dulu, Ryu meminta pada papi Kara.

Ryu tak perduli air mata ataupun darahnya yang masih mengalir. RYU mundur kembali hingga Bayangan pohon melindunginya dari penglihatan siapapun, termasuk Kara yang kepayahan memapah suaminya masuk ke mobil.

Meski tanpa penerangan Ryu masih bisa melihat wajah Kara dengan jelas.
Ryu dapat melihat kalau pipi Mara lebih tirus dari saat pertama kali mereka bertemu.

Wajah Masa terlihat kuyu dan lelah. Ryu tertawa, tentu saja akan seperti itu jika suaminya seperti itu.

Dan kemana papi yang terhormat hingga membiarkan Putri kesayangannya diperlakukan seperti itu.

Bertahun-tahun setelah keluar dari penjara, Ryu menahan dirinya agar dia tak mencari tahu kehidupan Kara yang telah mengkhianati nya ataupun papi Kara yang sudah memfitnahnya.

Ryu mengabaikan keduanya karena dia sedang meniti tampuk pimpinan.
Ryu harus konsentrasi dan mematikan semua perasaannya.
Ryu harus menghilangkan segala sifat lemah di dirinya. Dan Kara selalu membuat Ryu Lemah.

Ryu sudah bertekat, saat Dia sampai dipuncak dia akan mencari tahu tentang Kara.
Namun nyatanya, meski pikirannya dipenuhi Kara, namun Ryu tak punya waktu untuk segala urusan pribadinya.

Hidup Ryu dipergunakan hanya untuk memperlebar daerah kekuasanya yang tak seberapa, yang telah diwariskan oleh paman Jonah padanya.
Dan untuk membuktikan dan juga berterima Kasih pada paman Jonah yang sudah memilihnya sebagai ketua, mengantikan sang paman, maka Ryu bertekat menjadi orang yang paling berkuasa dan ditakuti orang-orang dari golongan hitam mana saja dan membuat paman Jonah bangga padanya.

Dan sekarang saat Ryu sudah menjadi yang nomor satu, ternyata dengan sendirinya jalan untuk balas dendam terbuka lebar untuknya, tanpa perlu Ryu berusaha lagi.

Ryu mengamati Kara yang duduk dikursi pengemudi dan mulai membawa mobilnya menjauh dari rumah pak mentri.

Saat Kara melintas Di dekatnya, darah Ryu berdesir melihat wajah kurus dan pucat Kara.

Ryu tersenyum.
"Bagus" desis Ryu yang bisa menebak kalau Kara hidup menderita sebagai istri tuan Souza yang tak berguna.

Ryu terbahak...
Ternyata menantu pilihan sang papi hanyalah salah satu sampah yang sekarang ini sama sekali tak berharga dan berada dibawah telapak kaki Ryu.

Ryu bahkan bisa menghancur hidup kara dan suaminya dengan hanya menjentikkan jarinya.
Tapi jika begitu, dimana letak kesenangannya. Jadi sebelumnya, RYU akan bersenang-senang dengan pasangan suami istri itu, terutama Kara. Ryu membuat Kara jadi peliharaannya. Kara akan menari mengikuti telunjuk Ryu.
Ryu benar-benar tak sabar untuk melakukannya.

Ryu berbalik dan segera menuju mobilnya, Ardi yang merokok disamping mobil Ryu, langsung menginjak rokoknya dan segera membukakan pintu mobil bagi Ryu.

Beberapa pengawal yang menjaga Ryu dari jarak beberapa meter, ikut naik ke mobil satunya.
Setelahnya dua mobil berarakan keluar dari depan rumah pak mentri.

"Besok pagi, aku ingin menemui tuan souza. Aku akan sarapan dengannya. Beritahu dia jam dan tempatnya. Jangan sampai dia membuatku menunggu. Tapi kau harus membuatnya menunggu, paling tidak selama dua jam" kata Ryu dengan nada yang Ardi kenali sebagai nada yang penuh kekejaman.

Ardi mengangguk.
"Baik bos" ujar Ardi yang tahu maksud Ryu membuat tuan Souza menunggu.
Biasanya orang yang benar-benar butuh bantuan Ryu, akan sabar menunggu hingga berjam-jam.
Dengan demikian Ryu bisa menekan mereka dan mendapatkan penawaran yang selalu menguntungkannya.

Meski takut-takut, Ardi memberanikan dirinya melirik Ryu dari spion.

Wajah Ryu terlihat lebih dingin dan sorot mata Ryu terlihat sangat mengerikan bagi Ardi.
Ardi jadi penasaran kenapa sang Bos tiba-tiba saja ingin bertemu tuan Souza.

Tapi sebagai tangan kanan yang sangat ingin menjaga kepercayaan Ryu, Ardi akan memastikan agar tuan Souza bisa menemui sang big bos, besok.

Sampai di penthouse yang Menjadi tempat tinggalnya selama enam tahun terakhir, hal yang pertama yang Ryu lakukan adalah menuang minuman ke gelasnya.

Ryu tak merasa perlu untuk membawa anak buahnya sampai ke dalam.
Mereka hanya bergantian jaga diluar penthouse. Dan diluar gedung.

Sebenarnya itu hanyalah formalitas tak penting. Setelah Ryu berkuasa dan menghabisi siapa saja yang ingin mengkhianati ataupun yang ingin menyingkirkannya, maka sua orang langsung takut jika mencari masalah dengannya.

Dan sudah lebih dari tiga tahun ini tak sekalipun Ryu mendapat ancaman yang berarti.
Tak seorangpun yang berani mencari masalah dengan Ryu yang dijuluki sebagai malaikat kematian.

Ryu tak pernah mabuk didekat orang lain, tapi dia akan minum sepuas-puasnya jika sedang sendirian saat hatinya merasa tak senang.

Kali ini Ryu bukan tak senang. Ryu minum untuk merayakan awal dimulainya balas dendam yang sudah mendarah daging ditubuh Ryu.

Ryu membayangkan berbagai hal yang bisa dilakukannya untuk menyiksa Kara.
Membayangkan Kara yang meraung memohon ampun, membuat Darah Ryu memanas dan gairah Ryu bangkit.

Nanti saat bertemu Ryu, apa yang akan Kara katakan. Ryu sudah membayangkan segala kebohongan dan alasan yang akan Kara katakan untuk melindungi dirinya.
Sama seperti sembilan tahun yang lalu saat Kara lebih memilih menyelamatkan harga dirinya, dan memberikan kesaksian palsu hingga Ryu akhirnya divonis bersalah dan dihukum untuk kejahatan yang tak pernah dilakukannya.

Apa selama sembilan tahun ini Kara pernah mengingat Ryu?
Apa Kara pernah menyesal atas perbuatannya?
Apa Kara pernah mencari tahu dimana Ryu berada?

Ryu rasa tidak. Begitu Ryu dijebloskan kepenjara, Kara seolah hilang ditelan bumi.
Bahkan Saat Ryu iseng mencari tahu tentang Kara, Ryu menemukan kenyataan kalau Kara sudah meninggalkan negara ini setelah memberi kesaksian palsu untuk memberatkan Ryu.
Mungkin saja saat itu nama Kara Ibrahim sudah berubah jadi Kara Souza, karena menikah dengan si gembul itu.

Setelahnya Ryu berhenti mencari tahu tentang Kara.
Ryu yakin dengan kekuasaan yang tak terbatas seperti sekarang ini, suatu saat dia pasti bisa menemukan Kara.
Dan sekarang tak perlu dicari, kara sendiri yang masuk dalam neraka yang Ryu siapkan untuknya.

Ryu belum pernah merasa sepuas ini semenjak sembilan tahun yang lalu.
Sebenarnya siapa yang takkan bahagia jika tujuan hidupnya sudah berada didepan mata?
Dan tujuan Ryu adalah membalas semua penderitaan yang dirasakannya selama ini, pada Kara.

Keesokan paginya,Ryu makan menu sarapan yang sudah disiapkan Hengki salah satu orang yang Ryu percayai untuk bisa masuk dan keluar dari penthouse Ryu. Hengki jugalah yang mengawasi segala pekerja yang bertugas membersihkan tempat tinggal Ryu itu.

"Anda terlihat bersemangat bos" ucap Hengki saat kembali menuang kopi ke gelas Ryu yang sudah kosong.

Ryu mengangguk samar tanpa niat menjawab lebih dari itu.

"Kalau begitu semoga hari ini semua yang anda kerjakan berhasil" ucap Hengki yang selalu mengatakan hal yang sama sebagai salam perpisahan sebelum Ryu keluar dan menyerahkan pada Hengki segala urusan untuk menjaga penthousenya tetap nyaman.
Yang penting bagi Ryu, jam berapapun dia pulang, dia bisa istirahat sendirian dan merasa nyaman.

Keluar dari Lift, Ryu melihat Ardi yang sudah standby disamping mobilnya, sedangkan beberapa anak buahnya menyebar di seberapa titik.

Ryu naik tanpa merasa perlu untuk menyapa mereka satu persatu. Ardi menutup pintu dan tak lama mereka sudah meninggalkan area parkir tersebut.

"Tuan Souza sudah menunggu anda lebih dari dua jam. Dia sudah menelpon dan bertanya kenapa anda belum datang"
KATA Ardi.
"Saya katakan padanya kalau Anda punya hal lain yang lebih mendesak daripada hanya sekedar menemuinya. Dia bisa pergi jika dia mau, tapi itu berarti peluang untuk bertemu dengan Anda sudah tertutup"
Lanjut Ardi.

Ardi tersenyum puas.
"Dia bilang, dia akan menunggu sampai anda datang"

Ryu hanya mengangguk samar mendengar kata-kata Ardi. Namun dalam hatinya Ryu merasa puas mendengar penjelasan Ardi.
Ryu melirik jam tangannya. Hampir jam sebelas, sudah mendekati tiga jam dan suami tercinta Kara masih menunggu Ryu. seperti anjing saja, batin Ryu.

Apakah jika Ryu melemparkan tulang dan menyuruh suami Kara memungut dengan mulutnya maka dia akan melakukannya?
Ryu putuskan akan mencoba hal itu suatu saat nanti jika dia sedang butuh hiburan.

Ketika mobil berhenti di hotel tempat janjian mereka, Ryu meminta Ardi tak perlu menemaninya ke dalam untuk bertemu suami Kara.

"Tapi bos, apa anda mengenalinya"
Ujar Ardi ragu.

Ryu mengangguk.
"Kami bertemu di pesta pak mentri semalam"
Jawab Ryu yang segera berlalu dari hadapan Ardi yang terperangah.

Ardi tak mengerti, kalau sudah kenal, kenapa si bos masih menyuruhnya menghubungi tuan souza.
ArDi mengangkat bahu, tidak Akan ada yang bisa menebak jalan pikiran si bos, jadi UNTUK apa Ardi bingung sendiri.

Di Dalam restoran hotel, Ryu langsung bisa menemukan
Sosok suami Kara yang duduk menghadap ke pintu masuk.

Ryu tersenyum sinis saat melihat suami Kara menatapnya yang sedang menuju kesana.

Wajah Suami Kara terlihat bingung dan tak percaya.
Sepertinya dia ingat sudah menabrak Ryu semalam.
Bagus, batin Ryu.
Makin banyak yang bisa di gunakannya untuk menekan menantu tuan Ibrahim yang terhormat ini.

Saat jarak Ryu tinggal lima Langkah, suami Kara berdiri sambil menghapus keringat yang membuat keningnya berkilau, padahal Ryu merasa kalau suhu ruangan ini cukup rendah.

"Tuan Ryu??"
Suami Kara berujar diantara rasa takut dan penasaran.

Ryu mengangguk dan duduk di seberang kursi suami Kara.

Ryu mengangguk sebagai perintah agar suami Kara duduk.

"Ku dengar kau mendesak ingin bertemu. Katakan berapa banyak yang kau butuhkan?"
Ucap Ryu tanpa basa-basi

Tangan suami Kara yang terulur didepan Ryu begitu gemetar. Ryu menatap tanpa niat menjabat.

Suami Kara yang malu segera menarik tangannya.
Dan duduk.
"Mungkin Anda belum mengenal saya. Nama saya Niven Souza. Anda bisa memanggil saya Noven ataupun souza"

Ryu memotong ucapan si Niven tanpa hormat.
"Aku tak ingin buang waktu. Katakan apa yang kau inginkan dan apa yang bisa kau berikan sebagai gantinya"
Terang Ryu datar.

Wajah Niven bersemu merah. Kepalanya mengangguk kuat dan Ryu menampilkan wajah tidak sabar hingga Niven terlihat mulai kelabakan.

"Berapa banyak?" kata Ryu yang ingin sekali membenamkan wajah suami Kara ke permukaan meja.

Bibir suami Kara bergetar saat menyebutkan nominal yang diinginkannya.
Mungkin jika ada yang mendengarnya selain Ryu, orang itu akan bersiul atau mengangkat alisnya.
NamuN Ryu sama sekali tak beraksi, uang segitu tak ada Artinya bagi Ryu.

"Dan jaminannya?"

Mendengar pertanyaan Ryu, Niven langsung menyambar dan membuka koper kecil yang terletak di sebelah kursinya.

Niven meletakan sepuluh map berjejer di depan Ryu.
Ryu sama sekali tak melirik pada satupun Map yang Niven punya.

"Nilainya tak sebanding dengan jumlah uang yang kau pinjam ditambah bunganya yang sama besar dengan jumlah pinjamanmu"
Kata Ryu tepat ke mata Niven yang mengelap oleh rasa kecewa dan putus asa.

Namun Ryu memuji sifat Niven yang tak langsung menyerah.
"Ada beberapa lagi surat tanah dan rumah yang kami tempati sekarang. Jika anda bersedia, saya akan menjaminkan semuanya. Saya janji, uang pinjaman berserta bunganya akan kembali dalam jangka waktu dua tahun"

Ryu mengabaikan nada memelas dalam suara Niven dan malah tertawa mengejek.

"Dua tahun?
Aku bahkan tak yakin kau mampu melunasi semuanya dalam waktu lima tahun"
Hina Ryu.

Niven mulai terlihat menyerah dan Ryu harus segera memulai permainannya.

"Kau bilang tadi kami. Siapa saja yang menempati rumahmu?"
Tanya Ryu dengan nada Dingin.

Tanpa jeda Niven segera menjawab pertanyaan Ryu.
"Hanya aku dan istriku"
Gumam nya seolah enggan membicarakan istrinya.

"Anak?" ujar Ryu dan Niven menggeleng.
"Jadi kalian penganti baru?"
Dengus Ryu yang langsung di sambut gelengan kepala Niven.
"Bukan, dia mandul" jawab Niven dengan nada yang lebih tinggi.

Wajah Ryu masih sedingin dan sedatar tadi. Tapi dibawah meja, tangan Ryu mengepal. dadanya berdebar kuat saat menunggu jawaban yang akan Niven berikan padanya atas satu pertanyaan yang meluncur dari bibir Ryu.

"Sudah berapa tahun kalian menikah?" tanya Ryu tajam dan kejam.

"Mau masuk sembilan tahun" jawab Niven enggan.

Dada Ryu seakan bisa meledak oleh amarah yang selalu ditahannya. Jadi benar kalau Kara langsung menikah setelah membuat Ryu dipenjara?

Hanya satu hal yang Ryu pikirkan saat ini.
Yaitu,Takkan ada ampun bagi Kara!!!
Kara harus membayar Mahal atau berkali-kali lipat atas segala penderitaan yang Ryu rasakan selama ini!!

*******************
(14042018) pyk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top