YK3>7

"Halooo anak mama sayanggg, duhh panas yaaa, ouwhhh, kangen mama yaaa?" Prilly mendekati Caca yang sedang menyedot botol susunya diatas tempat tidur ditemani Ali.
Prilly menyentuh kening Caca, lalu dot Caca yang disangga sekotak tisu seketika terlepas saat ia mengeluarkan suara seperti rengekan melihat Prilly.

"Iya sayang, mama datangg..."

Prilly mengangkat tubuh kecilnya. Hangat tubuh Caca terasa ketika Prilly menempelkan pipinya kekepala bayi berusia dua bulan itu.

Sebulan yang lalu Alexa dijemput bahkan Prilly ikut mengantarkan kerumah Ali karna Ali sudah menemukan baby sitter yang direkomendasi Mbak Sarah.

Berat hati saat ia harus meninggalkan Caca dirumah papanya itu harus Prilly tekan. Apalagi saat itu ia sedang dipenuhi kesibukan. Dikantornya mendadak ia ditunjuk sebagai panitia acara ulang tahun perusahaan. Sudah menolak tapi ia harus menerima tanggung jawab tersebut karna Bu Lulu yang harusnya setiap tahun bertugas sebagai ketua panitia tiba-tiba masuk rumah sakit dan tidak boleh terlalu lelah. Akhirnya Prilly mengambil alih tugas itu hingga selama seminggu persiapan ia benar-benar sibuk. Seringkali menelpon Caca dengan berusaha selalu menghubungi Laila jika perasaannya tidak enak. 

Pulang malam dengan tubuh lelah, Prilly sempatkan untuk menelpon dan facetime dengan Ali untuk melihat kondisi Caca. Seminggu pertama, benar-benar tidak aman. Caca rewel, susah tidur dan gelisah tiap malam. Bahkan dihari sabtu pertama, Prilly melewatkan malam minggunya dirumah Ali karna Prilly mendengar Caca muntah setelah minum Susu.

"Kenapa bisa muntah?"

"Gak tau bu, padahal dia lama banget tidurnya, mungkin karna tadi malam rewel gak bisa tidur makanya dia hari ini nyenyak, jadi saya biarkan saja sampai dia bangun sendiri baru saya kasih susu eh tau-taunya muntah!"

"Kalau dia tidurnya kelamaan dibangunin buat minum susu, jangan sampai perutnya bunyi karna kosong," Prilly menegur Laila, baby sitter Alexa itu.

"Maaf, bu..."

"Siniin susunya Lai," Prilly meminta Laila mengambilkan susunya yang tadi terlepas saat dia datang.

"Ini sudah lama?"

"Baru bu, habis muntah setelah saya bersihin saya buatkan lagi!"

Prilly mencoba susu dari dot tersebut lalu menggeleng.

"Ini terlalu dingin Lai, kalau bikin yang hangat-hangat kuku!"

"Kamu ingetin lagi sama dia, apa-apa kebiasaan Caca, biar dia tinggal jalanin aja!" Ali ikut angkat bicara karna khawatir melihat anaknya. Pulang kerja dia sangat kaget ketika melihat Caca muntah dipangkuan Laila yang sedang memberinya susu formula.

"Ya kan kemarin waktu aku ninggalin Caca disini, aku sudah ingetin, jam berapa Caca biasanya minum susu, jam berapa saja dia tidur, popoknya juga harus diperiksa berapa lama..." Prilly menyahut. Mengingatkan kalau ia sudah berpesan saat Caca dibawa.

"Kasian Caca, perutnya kosong ya? Rewel ya tadi malam? Kenapa ciii, kangen sama mama? Mau dipeluk mama?" Prilly bicara sendiri dan Caca seakan paham ucapannya dengan mengeluarkan suara-suara menyahut khas bayi.

Dan malam itu Caca tidur dipangkuan Prilly semalaman. Prilly bersandar dikepala ranjang dengan bantal dibelakang punggungnya. Ketika menaruh Caca didalam boxnya anak itu  bergerak lalu rewel sehingga Prilly berinisiatif memangkunya. Sampai tengah malam baru tenang dan nyenyak didalam box, itupun karna Ali menengok melihat Prilly tertidur dengan posisi memangku Caca lalu pelan-pelan memindahkan anaknya itu kedalam box.

Prilly mengerjabkan matanya terjaga dan Caca sudah berpindah kedalam boxnya. Sementara lampu tidur sudah dinyalakan hingga cahaya didalam kamar meremang. Tubuhnya pun sudah tertutup selimut. Rupanya saat itu ia sangat kelelahan. Dari tempat acara ulang tahun perusahaan, melesat kerumah Ali dan Caca langsung tak beranjak dari dekapannya. Sampai ia tak menyadari, Ali yang membetulkan posisi tidurnya, menutup tubuhnya dengan selimut, mengusap kepalanya dan berlalu keluar dari kamar setelah mematikan lampu dari terang menjadi lampu tidur yang agak redup.

Paginya Prilly bangun paling pagi. Menyegarkan tubuhnya dengan mandi pagi-pagi menggunakan perlengkapan mandi Prully yang ditunjukkan Ali. Bahkan terpaksa ia menggunakan pakaian milik Prully karna ia sama sekali tak punya persiapan untuk menginap.

Sebelum Caca bangun ia jalan-jalan kedapur bertemu mbak Sarah yang sedang menyelesaikan tugasnya.

"Masak apa mbak Sarah?"

"Cuma goreng ayam non!"

"Sukaannya aa?"

"Iya non!"

"Makan cuma pake itu?"

"Bikin sop ayam juga non!"

Prilly mendekati kompor gas yang menyala dimana terlihat panci diatasnya. Prilly membuka tutupnya, dan mencium aroma kuah sop lalu mengambil sendok untuk mencicipi.

"Udah pake penyedap rasa?"

"Belum non!"

"Sini aku yang masukin penyedap rasanya, jangan banyak-banyak," Prilly meraih sebungkus penyedap rasa bergambar mangkok merah yang sepertinya belum sempat dimasukkan kedalam tempatnya.

"Nanti jadi generasi micin ya non?"

"Bukan salah micin, penyedap rasa itu baik saja jika digunakan secukupnya," Prilly menaruh kembali bungkus penyedap rasa itu setelah menumpahkan sedikit isinya untuk menyedapkan rasanya.

"Mbak Lai, buatin susu Caca dulu yang hangat ya, habis ini aku mandiin Caca!"

Setelah membantu mempersiapkan meja makan dan meminta Laila mempersiapkan susu Caca. Prilly bersiap memandikan bayi mungil itu karna terdengar suara tangisan Caca dari dalam boxnya.

"Selesaii!"

"Haii, selamat pagi sayang!"

Prilly terkejut ketika selesai memandikan Caca sudah ada Ali dibelakangnya dengan suara sapaan.
Ia tak menyadari ketika memasuki kamar, Ali termenung sejenak melihatnya memandikan dan menyelesaikan Caca dengan cekatan. Apalagi Prilly sedang memakai baju yang sering dipakai Prully sehingga sekelebat bayangan seandainya Prully tak koma, mungkin yang dihadapannya saat ini adalah istrinya, bukan iparnya.

"Haii selamat pagi, papaaaa, Caca udah mandii dong!" Prilly menyapa Ali dengan nada seperti saat Ali ada dirumahnya. Diam-diam Ali merasakan rindunya terhadap sapaan itu terobati. Bahkan bukan hanya dirinya. Prillypun setiap pagi teringat bagaimana ia menyapa Ali setiap pagi seakan Caca yang melakukannya.

"Pasti wangi!"

"Wangiii, cium dong ciumm, paa!"

Prilly mendekatkan Caca pada Ali dan Ali mencium pipi balon Caca.

"Hmm wangi yaa Caca, wangi chamomile!"

"Idihh, itu wangi sabun yang aku pakai tadi, a!"

"Berarti wangi kamu dong yang tercium aku tadi?"

Sesaat mereka terdiam. Merasa ada yang aneh tapi sama-sama menepis keanehan itu dengan menganggap bahwa mereka hanya merasa dekat karna sering bertemu dan merawat Caca bersama.

"Bukan a, wanginya aa Ui, kan sabunnya diaa..." Prilly menepis perasaan anehnya dengan menyadari yang tercium Ali bukan wanginya tapi wangi Prully.

'Oh iya!' Ali juga membatin dalam hati. Chamomile sabunnya Prully tapi ia tak pernah menciumnya langsung dari tubuh istrinya itu. Hanya wangi yang tersebar didalam kamar setelah ia mandi.

"Aa sarapan dulu, tadi udah aku siapin lho!"

"Iya..."

Dan hanya itu yang ia katakan ketika Prilly melangkah mendahuluinya menuju meja makan.

"Makan yang banyak papa, biar banyak energi...." Prilly berkata seakan Caca yang mengatakannya.

Ali tersenyum. Sebenarnya dia jarang sarapan. Sarapannya jam dua belas saat makan siang. Saat perutnya perih saat berada dirumah Prilly mungkin itu adalah puncak dari penyakit lambungnya. Prully tak pernah mengingatkannya sarapan apalagi menemaninya seperti Prilly saat ini. Dengan Caca yang berada dipangkuannya sambil menyedot susu formula, Prilly masih sempat mendorong ayam goreng yang dipenyet diatas sambal didalam ulekan kedekat piringnya dan menuangkan air putih kedalam gelasnya dengan sebelah tangan yang memegang dot Caca. 

"Nyambel pagi-pagi mbak Sarah?"

"Bukan saya den tapi non!"

"Kamu?" Ali mengangkat wajahnya memandang Prilly. Prilly mengangguk sambil tersenyum.

"Iya, sesekali sarapannya sambel a, tapi itu dibuat gak terlalu pedes kok, aa kan masalah dengan lambungnya!"

"Yang bikin kayaknya judes banget deh."

"Kenapa?"

"Sambal buatannya pedes banget!"

"Masa?"

"Bohong!"

"Ihh, aa ah, emang harusnya nggak terlalu kok, akukan tahu aa lambungnya bermasalah, yang aku tahu juga, rasa pedas yang dihasilkan oleh cabai itu untuk meningkatkan nafsu makan asal jangan berlebihan makanya aku bikinin buat aa, biar napsu sarapan pagi!"

"Tau darimana aku gak napsu sarapan pagi?"

"Dari mbak Sarah tuh yang bilang tadi, katanya aa jarang sarapan!"

Mbak Sarah tersenyum kecut mendengar namanya disebut. Untung saja ia tak mengarang cerita. Memang Ali jarang sarapan, itu yang ia tahu selama tinggal bersama Ali dan Pruly.

"Untung hari ini hari minggu ya, jadi mama nggak kerja, Ca, bisa nemenin kita sarapan!"

"Nemenin kita? Yang ada mama sama Caca yang nemenin papa sarapan, ya Caa... " Prilly mengangkat tubuh Caca dan menciumnya.

Ali terkekeh.

"Iya, papa yang untung ya, Ca, pas libur ditemani mama sama Caca..."

Akhirnya Ali menyadari, dia yang beruntung ditemani sarapan pagi itu. Sementara Prilly jadi teringat janjinya pada Cal untuk menemaninya pergi hari itu. Mungkin hari itu hari dimana Cal semakin tak suka perhatian dan prioritas Prilly jatuh kepada keponakannya. Terlebih bukan hanya Caca yang menjadi perhatiannya tetapi juga Ali.

"Caca rewel Cal, tadi malam aku terpaksa menginap," Prilly sebenarnya sudah hati-hati berkata, tapi tetap saja bagi Cal berita itu membuatnya harus meredam emosi berlebih.

"Menginap?"

Cal bertanya dengan nada yang sudah pasti tak senang terdengar diujung telpon.

"Tidur dimana?" Cal melanjutkan tanyanya dengan nada yang membuat Prilly menyadari satu hal. Bukan cuma karna Caca ia keberatan tapi juga ada hal lain yang mengganggunya.

"Caca tidur dipangkuanku semalaman, Cal, dia nggak bisa ditaruh diboxnya!" Jelas Prilly.

"Jadi kamu nggak bisa nemenin aku?" Cal mengalihkan topik, tak ingin  memperpanjang persoalan yang menyebabkan ia terdengar sangat posesif.

"Maaf, Cal!"

Klik. Dan telpon ditutup tanpa kecup jauh.

"Kalau kamu ada janji dengannya, tidak apa i, tinggal saja, aku dirumah aja kok, aku bisa ngawasin Laila jagain Caca," Ali merasa tak enak harus melihat Prilly bingung menentukan sikap gara-gara Caca.

"Nggak kok a, Cal ngerti," dusta Prilly. Meskipun begitu, Ali tahu pasti ia berbohong.

"Jangan begitu, kamu kan belajar seimbang, kamu sudah ngurus Caca semalaman, sekarang waktunya buat dia ..." Ali mencoba bijak agar tak membuat Prilly tak merasa berat meninggalkan Caca.

Dan pada akhirnya Prilly menurut pada saran Ali. Menemani Cal pergi yang ternyata tanpa tujuan jelas. Pada akhirnya Prilly merasa Cal hanya ingin mengujinya, mana yang lebih ia prioritaskan.

Dan saat ini, sebulan setelahnya, Prilly kembali mencemaskan Caca karna ketika ia menelpon, Laila mengatakan anak itu sedang demam.

"Kenapa baru saja bilang?"

"Bapak melarang bu, katanya ibu sedang ada acara penting diluar kota, jadi jangan diganggu nanti kepikiran!"

Prilly memijit kepalanya. Keluar kota karna ada acara penting. Ya, sebenarnya bisa saja disebut penting. Cal mengajaknya menemui kedua orangtuanya yang tak sempat ia temui kapan lalu. Tempat orangtua Cal ditempuh dalam waktu empat jam. Sebenarnya Prilly minta untuk pulang pergi satu hari saja. Tapi pada kenyataannya tiga hari. Perjalanan dua hari, dan sehari bersama keluarga Cal.

Ali mengetahuinya karna setiap hari mereka saling menghubungi. Untuk saling berbagi kabar mengenai Caca.

A, aku besok jadi pergi

Ohya, take care ya, i

Jaga Caca

Pasti, jangan dikangenin

Pasti kangen

Caca pasti juga kangen, jangan lama-lama

Enggak kok, mau pp aja, tapi dianya mau nginep

Mungkin biar kamu nggak capek

Tapi aku nggak mau ninggalin Caca lama-lama

Kan kamu tiap hari juga gak sama-sama dia, jadi jangan khawatir

Tapi aku ngerasa lebih dekat kalau aku ada dirumah a, rasanya khawatir Caca kenapa-kenapa lalu aku nggak bisa langsung datang padanya kalau aku jauh

Caca nggak akan kenapa-kenapa, percaya padaku

Prilly menghela napasnya. Mungkin itulah sebabnya Ali memilih tak memberi kabar padanya. Ternyata apa yang ia khawatirkan terbukti.

"A..."

"Sudah ya, i, jangan dibahas!"

Ali berlalu dengan wajah menolak membahas sesuatu yang menurutnya tidak harus dibahas. Ia memang sengaja tidak mengatakan Caca sebenarnya sedang tak enak badan. Agak demam tapi Ali tak ingin mengganggu Prilly. Ia tak mau egois menjadikan Caca sebagai alasan Prilly akan berniat pulang segera dan mengganggu acaranya dengan keluarga Cal.

"Aa tega, bukan sama aku tapi sama Caca, kalau dia apa-apa bukan cuma aku yang akan menyesal tapi aa juga!"

Bahkan ucapan Prilly didiamkannya saja. Ia tahu Prilly benar tapi ia juga merasa tak ada salahnya. Duduk dikursi yang ada dikamar itu Ali menyandarkan tubuhnya lalu menyandarkan kepalanya disandaran sofa dan memejamkan mata. Kelelahan.  Ia tak bekerja hari ini demi menjaga Caca yang sedang demam. Hampir putus asa ternyata Prilly datang. Prilly yang sedang duduk memangku menatapnya dengan berbagai rasa.

"Yang penting tenangin dulu Caca, Pril, kasian dia, Ali juga tak tidur semalaman..." ibu Ali yang ada ditempat itupun berusaha untuk bersikap netral terlebih ia merasa kedua-duanya memiliki kepentingan.

"Caca sudah kami bawa kedokter, kata dokter tidak apa, kemungkinan sedang lemah kekebalan tubuhnya, diakan tidak pernah tersentuh Asi, kurang istirahat karna rewel, kata dokter diperbanyak asupan cairan atau susu saja dan dipeluk untuk meredakan panasnya!"

Prilly memeluk tubuh Caca yang sedang mengenakan pakaian tipis itu.

"Memang dia susah tidur, tapi tadi agak tenang diselimuti dengan baju kamu!"

Prilly memandang wajah Caca yang sekarang memang kelihatan lebih tenang dipelukannya. Diselimuti bajunya? Mata Prilly berkaca seketika.

"Maafin mama, Ca, udah ninggalin jauh-jauh!"

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Surabaya, 28 Maret 2018

Haii, aku sedang berada di Surabaya 😊.
Dua minggu sebelumnya memang sudah ada informasi pekerjaan yang harus aku jalanin di sini jadi yah aku sejak kemarin sudah terbang kekota pahlawan ini.

Hari ini ada rencana nonton Danur2 gak?
Apl Banjarmasin tetap nonton dong karna udah pada beli tiket duluan tgl 14Maret. Sedih sih gagal gabung bersama mereka. Tapi semua tetap harus semangat nobar dihari pertama.
Kalau bisa aku juga tetep nonton dihari pertama ini lepas kerja diatas jam 5, ada yang mau ikut? Hehehe

Ohya, maaf kalau kurang gereget ya, semoga dipart part depan aku bisa kembali menemukan 'mood' aku...
Terima Kasih sudah menghargai usaha aku menyisihkan waktu untuk mengetik sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran aku.
Salam 💙

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top